Davin POV
Tapi ada benernya juga kok perkataan Danies waktu di halaman rumahnya pa Aldo.
Ngapain kita harus nembak kalau kita bener-bener suka, semua datangnya dari hati, kita bisa bilang dia pacar kita, tapi kalau kita ga tulus buat apa?
Kenapa omongan Danies kebawa-bawa terus sih sama gue?
Ah, aneh-aneh aja fikiran gue.
"Ka, kenapa kakak ga ikut turun?" Tanya Danies.
"Hari ini gue nginep di rumah Lana, sahabat kakak, bilangin ke mamih ya" ucap gue.
Ga tau kenapa gue beneran sayang banget sama Danies, ga ngerti lagi deh.
"Ayayay capten, take care" ucapnya lalu masuk ke dalan rumah.
Gue menagangguk dan tersenyum ke arahnya.
Dan kenapa gue sekarang-sekarang jarang ngejar Lana, padahal Lana baru pacaran sama Dri belum nikah kan? Jadi masih ada kesempatan buat gue.
Mending sekarang gue buat sesuatu dari bunga edelweis yang ada di tas gue.
Mau tau dari mana? Gue kan nakal, pas ke gunung gue ambil deh tuh edelweis.
Ya sekarang mending gue beli jar aja deh ya, sama lego!
---------------///--------------
Alana POV
Wow, lucu banget ini edelweisnya, dari siapa ga? Kenapa ada di kamar gue?
Ahhh, lucu banget, dari Dri palingan, kan dia suka romance gitu orangnya.
Aghhh, sweet banget siii.
Mana ada mainan lego yang lagi megang edelweisnya.
Gue memegang semua bunga itu dan bawa ke Davin.
"Vinnn, liat Dri kasih ini dong buat gue" ucap gue.
Davin langsung tersenyum dan tiba-tiba datar ekspresinya.
Kenapa sih? Salah gue apa lagi?
"Kenapa sih Vin?" Tanya gue, cuman mastiin aja.
"Ga" ucapnya.
Gue melihat ke arah hpnya.
"Itu banyak line dari, Danies Vanoino, siapa itu, kok aku baru denger namanya? Dan inisialnya kayak inisial keluarga kamu" ucap gue.
Emang bener semua inisial nama anaknya ayah aka om Kaishar aka ayahnya Davin, semuanya 'DV'.
"Ade angkat aku"
Kok? Loh emangnya kapan tante Clarinta ngadopsinya.
"Ga usah nanya, aku udah tau apa yang kamu mau tanya, jadi waktu di German, mamih aku tuh adopsi anak semenjak anak itu masih bayi, pas mau di bawa ke Indo, taunya udah segede aku, cuman beda satu tahun sama aku juga" ucap Davin.
Ohh.
"Ayah masih di german ya?" Tanya gue.
Dia mengangguk.
"Kangen nih, kalau ayah udah di Indo kita nginep di rumah kamu yu, besok ayah aku pulang yeay!"
Kalian belum tau ya? Ayah kandung gue besok pulanggggg, uhuy!
Gue seneng asli, udah berapa bulan gue ga ketemu ayah gue, ahhh kangen parah ini sih namanya.
"Besok mau jemput?" Tanya Davin.
"Ga ah, nanti aku lagi yang nyetir ke bandaranya, mana udah di suruh bayar uang bensin" keluh gue.
Davin tersenyum kecil lalu mengacak rambut gue.
Deg!
Jantung, jangan alay deh.
"Aku kok yang nyetir, aku juga yang bayar bensin" ucapnya.
Wooo, akhirnya dia mengalah, abis biasanya kalau pergi jauh pasti pake mobilnya Davin, tapi aku yang bayar tol, bensin, dan aku yang nyetir.
"Jam berapa pulangnya om Vino?"
Gue melihat jadwal pesawat yang ada di aplikasi hp gue.
"Jam, 7 malem nyampe di bandara SoeTa" ucap gue.
"Okay, besok aku jemput jam 5 an ya, sekalian mau ambil mobil di rumah, sana udah ah keluar, mau tidur, bye"
What! princess kok di usir, ckckck.
---------------------
Paling kesel, kalau udah bangunnya kesiangan, terus ga di tungguin, langsung di tinggalin.
"Bun?" Ucap gue pas lagi make sepatu.
"Ya? Aduh nak kalau mau berangkat jangan sama bunda ya, ini lagi ada project, ada yang mau nikahan jadi ada yang minta di designin sama bunda, take care ya sayang"
Yah bunda mah, gue sama siapa dong berangkatnya?
"Ohiya nak, dari tadi di ruang tamu ada yang nungguin tuh" ucap bunda yang sedri tadi di taman belakang.
Gue langsung lari ke ruang tamu.
"Lan? Ayo dong cepet, dari tadi aku nunggu kamu, ayo yo naik motor aja ya, pake nih helmnya"
Davin? Dia yang nungguin gue? Kirain gue Dri.
"Lan! kenapa kaos kaki kamu warna-warni lagi sih? Nanti kalau di hukum kamu doble loh jadinya" ucapnya.
Gue memakai helm dan berlari menuju motor di luar.
Davin hanya menggeleng di depan gue dan langsung mengendarai motornya.
-----------------
"Bagus ya, udah telat, pake kaos kaki bergaris, dan warna-warni, Lana, dari dulu itu selalu terulang, kamu itu benar-benar ya, kamu dan Davin sekarang harus mengajar anak kelas X di lab, cepat ajar mereka!" suruh guru gue, ahelah ribet amat sih sekolah gue.
Gue berjalan menuju lab.
"Vin? Kenapa kamu ga duluan tadi pagi?" Tanya gue.
Dia hanya membaca buku biologinya.
Gue tau dia sebenernya denger, tapi males jawab pertanyaan gue.
Pintu lab sama Davin di buka dan keadaan kelas acak-acakan banget.
"Hey! jangan berisik dong!" teriak gue di depan kelas.
Ga ada satu pun yang dengerin gue.
Sakit.
"Ehm!" Davin berdehem aja semuanya langsung diem.
"Sekarang saya yang mengajar kalian, jangan berisik, perhatikan" ucap Davin.
"Tau ngga kakak kelas ini pinter banget, katanya waktu itu ikut olimpiade mipa di Spore tapi ga tau lagi deh cerita selanjutnya" ucap seorang ade kelas, cewe, yang ada di pojok depan.
Gila, gossip mulu dah.
"Kalian mau pelajaran waktu SMP di ulang?" Tanya Davin.
"SMP! kelas 8" ucap salah satu ade kelas.
"Okay jadi, blabalablabla" dengan panjang lebar Davin menjelaskan.
----------------//--------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Changed Me
Teen FictionSebelumnya Klise kalau cuman karena gue, sahabat gue bisa berubah drastis, okay emang itu janji, tapi tidak sampai membuat perubahan besar. -Alana Gue berubah demi dia, jangan tanya kenapa, gue dengan senang hati nepatin janji gue. -Davin Sesudahnya...