Alana POV
Bhak, rame ya kalau ngegodain sahabat sendiri, beda feel nya sama ngegodain pacar sendiri.
Drtt ... drttt ...
Adrian Xavier : Aku udah di depan rumah kamu ya
Yeay, pacar koeh tercintah mau ngapel.
Gue langsung turun ke bawah, dengan tertatih-tatih, ya karena ini luka yang terlaknat.
"Hai, helm kamu simpen aja di meja ruang tamu" kata gue saat membuka pintu.
"Hai juga, okay, eh tau ga kenapa aku hari ini bawa motor bukan mobil?" Katanya sambil menaruh helmnya di meja.
Gue menggeleng.
"Soalnya aku lagi pengen aj-, loh dengkul kamu kenapa? Luka lagi?" Tanyanya sambil memeriksa luka gue.
"Iya hehe, tadi kesandung, eh aku mau kenalin kamu sama sahabat aku dari ee aku masih di tampung di popok" kata gue sambil narik Adrian.
"Kamu tuh ya, bilang aja sahabat dari kecil, ga enak banget ngomongnya" kata dia sambil mengacak rambut gue.
Sesampainya di atas gue ngeliat Davin yang lagi belajar di kasurnya sembari dengerin lagunya dari Mackbook kesayangannya.
"Pinnnn, liat nih Adrian, lo kenal ga? Pacar gue nih" kata fue saat mencopit earphonenya.
Dia menatap Adrian dengan datar lalu mengangguk.
Gila emang, dikira dia kalau ngomong bayar kali ye.
"Adrian Xavier, panggil aja Adrian, kelas XI ipa-3" kata Adrian sambil menjulurkan tangannya.
"Udah tau" kata Davin lalu mengaitkan earphonenya ke telinga lagi, dan ga menyambut uluran tangan Adrian.
"Vin, kenalin diri kamu dong" kata gue sambil menoel pundaknya.
"Davin" kata Davin sambil membuka lembar baru dari bukunya.
Ebuset, dikira hemat ngomong pangkal kaya kali ya.
"Davin Vionano, kenalin diri kamu dong, mulai dari kelas kamu, semuanya deh, ngomong ga bayar kok, jadi ngomongnya jangan irit-irit, hemat ngomong juga ga jadi pangkal kaya" kata gue sambil nyuntrungin kepalanya.
Davin menarik nafas panjang.
"Okay, nama gue Davin Vionano, kelas XI ipa-1, sesekolah sama lo, anak dari mamih Clarinta dan ayah Kaishar, anak kedua dari dua saudara, sahabat Lana dari kecil, umurnya 16 tahun, punya kakak namanya Dalian, apa lagi yang kurang lengkap, huh?" Tanya ketus.
"Ga gitu juga jelasinnya, Davinnn" kata gue sambil menggelengkan kepala.
Adrian cuman tertawa sambil merangkul pinggang gue.
"Ga ada rangkul-rangkulan di kamar gue, so kalian berdua keluar" katanya dengan muka datar sambil menunjuk pintu keluar kamarnya, ralat, pintu keluar kamar ka Devo.
Gue sama Adrian langsung keluar kamar dan turun kebawah.
Adrian memainkan tangannya, dari mukanya sih kayaknya dia mau nanyain sesuatu, gile macem peramal aja ya gue.
Dia sesekali tersenyum ke arah gue, tapi tetap dengan raut muka yang sama.
"Eh, Lan, aku mau nanya, maaf kalau pertanyaan aku lancang, tapi kamu kenapa panggil Davin dengan kata 'kamu' kalian ga pac-" gue langsung memotong perkataannya.
"Ngahahahaha, ga mungkin lah aku pacaran sama Davin, sebenernya itu tuh kayak panggilan sahabat aja, dari kecil kita emang gitu, jangan cemburu loh" kata gue sambil menaik turunkan alis.
Dia tertawa sambil mengacak rambut gue.
"Ih, jangan di ajak, jadi berantakan tau rambut aku, nanti ga cantik lagi"
Dia menggeleng lalu merapihkan rambut gue.
"Ah, kamu mah dari dulu juga udah jelek tau, makanya aku pacarin, kasian ga laku-laku"
Gue memanyunkan bibir gue, ya kali barbara palvin macem gue ini di bilang ga laku.
Dia ketawa makin keras, waduh ketawa ga kekontrol aja manis, ganteng, gimana kalau lagi di kontrol mukanya, waduhh, gue jadiin takjil juga dah pacar gue kalau lagi bulan puasa.
"Eh tapi jangan terlalu deket sama Davin, nanti kamu suka lagi sama dia, nanti aku di telantarin di jurang hati kamu deh" gue cuman tertawa garing.
God, oksigen di dunia ini kenapa mendadak menipis sih.
"Tapi kan dia sahabat aku dari kecil, jadi kalau aku terlalu deket sama dia juga jangan nyalahin aku, orang dari dulu kita gitu wle"
Suasana tiba-tiba jadi hening, tegang, macem kalau kita nonton acara horror terus hantunya mau keluar, nah gitu tuh keadaan yang sekarang di ruang tamu gue.
"Dri, kenapa? Kok jadi diem?" Tanya gue sambil memainkan rambutnya.
"Kamu, jangan bilang, kamu itu suka sama sahabat kamu, ya kan? Jawab Alana Vionina!" Bentak Adrian sambil menepis tangannya gue yang mainin rambutnya.
Nah loh? Ini otak Adrian ketendang sama Christiano Ronaldo kali ye, langsung ke balik otaknya.
"God, lebay kamu ini, setah lah, putus, pitus dah, cape aku, setiap pacaran pasti putusin aku gara-gara aku terlalu deket sama sahabat aku sendiri, apa salahnya sih? Ya udah sekarang pengennya gimana? Mau putus?" Tanya gue pasrah.
Emang gitu, semua mantan gue mutusin gue cuman karena gue deket banget sama Davin, apa salahnya sih? Sama sahabat sendiri ini deketnya.
"Jangan gitu juga Lan, kan aku sayang kamu, emang kamu mau putus?" Tanyanya lembut, mungkin empsinya udah redam.
"Terserah, aku sih pasrah aja, aku mending jomblo, dari pada ga boleh deket-delet sama Davin, so? Semua keputusan ada di kamu?" Kata gue sambil menaik turunkan pundak gue.
"Aku ga mau putus sama kamu, aku dapetin kamu itu susah Alana Vionina, jangan putus ya" gue tersenyum lalu mengangguk.
Etdah, pacar gue yang kali ini beneran sayng sama gue kayaknya, heran deh, ganteng iya, famous iya, tapi masih mau aja pertahanin gue, langka nih.
Dia mengacak rambut gue lalu merankul gue.
"Eh bunda kamu mana Lan?" Tanyanya sambil menyalakan TV.
"Di super market, lagi beli snack buat Davin, biasa lah anak bunda gue kayaknya cuman Davin ngahaha" kata gue sambil memperhatikan acara TV.
"Dasar kamu ini, eh liat itu mirip kamu ya, sama-sama cantik" katanya sambil hampir mencium puncak kepala gue.
"Ga ada cium-cium, belum mukhrim wle" kata gue sambil mendorong jidatnya.
Beruntungnya gue punya pacar kayak Adrian, thanks God.
----------------------//-------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Changed Me
Teen FictionSebelumnya Klise kalau cuman karena gue, sahabat gue bisa berubah drastis, okay emang itu janji, tapi tidak sampai membuat perubahan besar. -Alana Gue berubah demi dia, jangan tanya kenapa, gue dengan senang hati nepatin janji gue. -Davin Sesudahnya...