Meninggal?, Pikir Alana.
"Lalu mana foto ibunya?" Tanya Lana lagi.
"Apa kamu bisa diam! aku bahkan tidak mengenalmu, orang asing"
"Tentu saja kamu mengenalku, aku yakin, karena dahulu aku adalah sebagian hidupmu"
Davin menautkan alisnya. "Quenna masuk kamar okay? Nanti daddy bawakan makan malammu" jedanya, "Hey, jangan lupa, cium pipi dulu" ucap Davin lalu memeluk anaknya dan mencium pipi anaknya itu.
"So? Boleh kamu keluar? Besok aku harus nganter anakku, jadi nona model yang sangat terhormat bisa kah kamu keluar sari rumah ku?" Usir Davin lagi.
Lana melihat Davin dan dengan deras air matanya turun begitu saja tanpa Lana sempat menundukkan kepala.
Air matanya terus keluar tanpa henti, sehingga Davin sedikit khawatir akan keadaannya sekarang.
Davin bingung apakah ia harus memeluknya dan menenangkannya atau membiarkannya dan tak usah ikut campur dengan apa yang ia rasakan sekarang.
"Disini bukan tempat buat mengeluarkan air mata" ucap Davin ketus.
"Kamu berubah" ucap Lana.
"Apa kamu pikir setelah kejadian kamu ninggalin aku, aku akan terap sama? Ga, apa kamu pikir setelah aku liat kamu sangat tidak membutuhkan aku, aku masih sama? Ga" ucap Davin sembari berdiri.
"Udah berapa kali aku bilang, apa kamu ga sadar bahwa aku butuh kamu, aku emang ga cukup buat kamu tapi-"
"Kamu emang ga cukup, kamu itu kelebihan buat aku, jadi bisa kita lanjut lain kali, maaf bisa anda pulang?" Ucap Davin.
Lana mengangguk dan pergi begitu saja.
"Daddy, jangan biarkan perempuan itu pergi, aku suka dengannya, daddy juga begitu kan?" Tanya anak perempuan itu.
"Tentu daddy sangat suka dengannya"
"Jadi? Jangan biarkan dia pergi, ayo kejar dia"
Davin pun menggelengkan kepalanya, dia masih mempunyai malu, yang benar saja, tadi dia menyuruh Lana pulang, yang benar saha dia langsung mengutarakan perasaannya.
"Daddy, berjajilah! besok daddy pulang harus bersama tante cantik tadi! aku tidak mau tau" ucap anak perempuan itu memajukkan binirnya kedepan dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Itu tidak pasti sayang, dunia ini bukan pengabul harapan" ucap Davin lalu mencubit pipi anak itu dengan pelan.
"Jadi? Apa dia bisa aku panggil 'mom' kan daddy?" Tanya anak itu.
"Kalau kau terus berdo'a mungkin akan menjadi kenyataan"
Anak perempuan itu tersenyum lalu berlari ke kamarnya.
------------------------
"Morning daddyyyy! cepat! nanti aku tidak tepat waktu! ayo jangan banyak melihat dirimu di pantulan kaca!" teriak anak perempuan itu.
"Sayang sebentar ya, daddy hanya mau mengambil cucian di laudry daddy, okay? Kamu ke mobil duluan, tidak apa-apa kan?" Tanya daddy.
Anak perempuan itu mengepalkan tangannya dengan keras, sehingga ujung-ujung kukunya menjadi putih.
"Aku benci daddy! yang dipikirkan daddy hanya perkerjaan daddy! aku benci!" teriak anak itu lalu berlari keluar dari apartemen itu.
Pasti dia berangkat sendiri, sudah biasa, setidaknya dia punya uang, pikir Davin.
Walaupun Davin seperti yang tidak peduli dengan omongan anaknya tadi, dia menggigit bibir bawahnya dengan keras, sangat sakit jika anak yang sangat kita sayang, tidak mencintai kita.
Tanpa terasa bibir bawahnya sudah berlumuran daah karena gigitan giginya yang sangat keras.
Davin memegang bibir bawahnya dan melihat cairan merah itu, Davin dengan spontan mengambil hpnya.
"Yap Natsha, ini dengan dokter Davin, ya tolong cancel swmua acara saya hari ini, saya mengalami sedikit kendala di rumah, sampaikan maaf saya untuk rumah sakit ya" ucap Davin.
"Ya dokter, semoga cepat selesai kendalanya, saya berharap anda cepat masuk" jawab Natasha yang notabennya asisten dokter yang sedang magang.
Davin menutup telefonnya dan keluar dari apartemennya.
"Hey, kenapa kamu menangis?" Tanya seseorang yang sedang memeluk anak kecil.
Davin memperhatikan anak perempuan.
"Tante, daddy, hiks" anak perempuan utu terus menangis di pelukan perempuan itu.
"Lepaskan anakku" ucap Davin ketus.
Anak Davin memberontak saat Davin mengambilnya dari pelukan Lana.
"Bibirmu berdarah" ucap Lana sembari mengambil tisu dari tasnya.
"Hatiku yang berdarah saat kamu pergi" ucap Davin, Lana langsung terdiam.
"Kamu jangan ambil hatiku! aku cape memikirkanmu setiap saat, aku cape mencintai kamu! kenapa kamu tidak mati saja" ucap Davin.
Anak perempuan itu melihat ke arah Davin dan menautkan alisnya,"Daddy tidak boleh begitu!" teriak anaknya.
"Tidak apa-apa, walaupun aku mati sekali pun, kamu akan lebih tersiksa Davin, berhentilah menyiksa dirimu, jangan biarkan ke egoisan mengalahkan yang kamu rasakan" ucap Lana lalu pergi entah kemana.
Anak perempuan yang sekarang ada di pangkuannya mencubit pipinya dengan keras.
"Apa yang kau lakukan?" Davin menautkan alisnya.
"Daddy, kenapa kau tidak mengejarnya lagi? Ya ampun kenapa aku punya daddy yang mendekati bodoh"
Davin tertawa, "Kenapa mendekati?" Tanya Davin sembari menciumnya.
"Jika daddy bodoh sekali, harusnya daddy tidak menjadi dokter" Davin tertawa dengan sangat lebar.
Beberapa wanita yang lewat pun memperhatikannya sembari melewatinya, bahkan ada yang berbisik-bisik, Davin langsung merubah raut wajahnya menjadi datar, semua wanita itu langsung kesal karena wajah tampan sudah hilang seketika.
"Sekarang, ayo kita ke sekolahmu" ucap Davin sembari menggendong anaknya dan berjalan menuju sekolah anaknnya.
--------------------------
"Ini pesanan anda, jika ada tambahan bisa panggil pelayan kami, terimakasih" ucap salah satu pelayan di cafe itu.
"Ya, terimakasih" ucap Davin ramah lalu meminum pesanannya tadi.
Davin berfikir, apa cara ini sudah benar untuk hidupnya, ya, dia mempunyai anak dan menjauhi Lana.
"Enak sekali ya, duduk di cafe sembari memandangi luar jendela, sedangkan di rumah sakit banyak sekali pasien yang sedang menunggu" ucap seseoram sembari duduk di depan Davin.
"Dan enak sekali ya kamu duduk di depan saya, dan membuat perhatian di cafe ini" sindir Davin balik.
Perempuan itu melihat ke seluaruh sisi cafe.
"Pergi. Dari. Hadapan. Aku, nyonya Alana yang terhormat"
Alana sontak kaget atas perkataan Davin, ini kata-kata yang paling menyakitkan bagi Alana.
Beberapa orang di cafe meminta foto kepada Lana, tentu saja mereka memanfaatlan momen dimana model yang sangat terkenal berada di depan mata mereka, tanpa penjagaan khusus.
Bahkan ada pria yang terlihat mapan, meminta Lana menciumnya, apa itu berlebihan? Menurut Davin? Ya, tepi menurut Lana? Biasa saja.
Cup! satu kecupan jatuh di pipi pria itu.
-----------------------//-----------------------
![](https://img.wattpad.com/cover/19887759-288-k341953.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Changed Me
Teen FictionSebelumnya Klise kalau cuman karena gue, sahabat gue bisa berubah drastis, okay emang itu janji, tapi tidak sampai membuat perubahan besar. -Alana Gue berubah demi dia, jangan tanya kenapa, gue dengan senang hati nepatin janji gue. -Davin Sesudahnya...