Chapter 14

219 4 0
                                    

Davin POV

"Heh, lo kok ga nginep di rumah Lana?" Tanya ka Lian.

"Dia sendiri yang bilang, anggep kita itu temen aja" jeda gue, "Yaudah gue anggep dia temen gue"

Ka Lian menoyor gue, gile, salah apa sih gua?

"Lo tuh ya, itu cuman bahasa cewe aja, lo minta maaf ke dia bedon, lo peka dikit napa, lo kasih dia surprise, atau apa kek, payah lo"

Anjay, gue di bilang payah.

Okay, gue kasih dia surprise, tapi apa ya surprisenya?

"Ka, btw, mamih sama ayah udah pulang belum? Bukannya katanya mau pulang ya?" Tanya gue.

"Njir, lo kemana aja? Udah ada dari kapan taun tuh mamih di bawah, sama dek Danies"

Wowwww, gue punya ade baru bung semoga ganteng ya ade gue, walaupun ade angkat.

"Mamih, don't leave me alone! mam .... Hi, who you are?" Tanya seorang cowo ganteng mannn.

Eh, tunggu, kenapa jiwa homo gue keluar? Sadar Davin.

"Me? Davin, your brother, Danies?" Tanya gue.

"Yappp, aku, eh gue Danies" ucapnya dengan exited.

Nah loh? Bukannya setau gue dia itu masih kecil ya? Hidih kalau gini caranya gue ga mau punya ade angkat seumuran dia.

"Mamih, he's my brother, right?" Tanya Danies saat mamih dateng ke arah gue.

"Yap, Davin, maafin mamih ya, ternyata mamih salah informasi, abisnya foto yang mamih dapetin dianya masih bayi, eh taunya pas di ajak pulang dia segede gini"

Gue menepuk jidat gue, malahan tinggi kita aja hampir sama, jangan bilang dia anak basket.

"Mih, dia umurnya sama ya kayak aku?" Tanya gue.

"Engga kok, beda setahun, maafin ya, mamih kira dia itu masih bayi, dia baik kok, anak basket juga lagi, liat tinggi kamu sama dia hampir sama" widih, gue ngerasa tersindir man.

Jadi maksud mamih gue itu pendek, ah damn!

Yang penting gue baby face.

"Dia udah dua hari loh les di guru les kamu, katanya cewe yang di sebelah rumah gue les kamu, nanyain kamu, kamu kenapa jarang les lagi sih?" Tanya mamih.

"Gapapa, besok aku mau les deh" ucap gue.

Huh, gue merasa tersaingi sama tuh anak, yaudah seenggaknya, gue bisa comblangin Vier sama Danies lah, jadi gue ga di ganggu lagi.

--------------------

"REALLY? DANIES SEKELAS SAMA AKU? AH DAMN, I HATE THIS MOMENT" teriak gue di meja makan.

"Yap, sekelas di tempat les kok, ga usah lebay deh" eh mamih mah.

Danies yang baru keluar dari kamarnya langsung membenarkan rambutnya.

God, yang bener aja, gue makin keliatan jelek dong.

"Mamih, Danies jadikan setempat les sama ka Davin?" Tanya Danies.

"Ofcourse, you look so handsome" gue melihat ke arah mamih.

Jadi maksudnya gue ga ganteng gitu?

Ah udahlah, mending sekolah.

"Mam, aku berangkat dulu, ka Lian, gue berangkat dulu"

"Yoo" ucap ka Lian yang ada di ruang TV.

"Danies, ka Davin berangkat dulu, bye" ucap gue sambil menepuk pindak Danies.

"Take care" ucap Danies

-----------------

Seperti biasa, jalan di koridor yang masih sepi, dan hanya ada beberapa siswa yang lagi diem di koridor.

"Davin!"

Otomatis gue nengok ke arah suara, sejak kapan pagi-pagi ada yang manggil gue di koridor sekolah?

"Lana?" Bisik gue, yang pastinya ga bakalan ke dengeran sama Lana.

Gue ga tau harus seneng atau harus kesel, di saat gue lagi jauhin dia, dia malah deketin gue.

"Davin! hosh, hosh, hosh, cape tau ga ngejar kamu, hosh"

Dia memegang pundak gue, gue beneran seneng kali ini.

"Siapa ya? Dan siapa suruh lo ngejar gue?" Ucap gue datar.

Lana keliatan diem dan langsung meluk gue.

"Davin! jangan so-soan ga kenal aku deh, kita sahabatan dari kecil juga, masa cuman gara-gara masalah sepele kita jadi jauhan" ucapnya.

Dia yang mulai duluan juga.

"Kamu yang minta, dan lepasin, aku ga mau ini jadi bahan gossip di sekolah kita" ucap gue.

Dia melepaskan pelukannya, dan melihat wajah gue.

"Baikan?"

Gue mengangguk dan menarik iket rambutnya.

"Tumbenan pake iket rambut, yaudah aku duluan ke kelas, bye"

Gue jalan beberapa langkah dari tempat Lana.

"Davin! hari ini nginep loh di rumah aku!" teriaknya.

Gila ya, kalau ada yang denger gimana?

Ga punya malu emang Lana, dasar.

--------------------

Nanta mana sih? Kok ga keliatan, tumbenan.

Gue cari ke kelasnya ga ada gue cari ke kantin ga ada.

Huh, nanta-nanta.

"Davin, lo di panggil sama kaptem basket tuh, di aula" ucap seorang cewe ber rok mini dan sedang memegang pom-pom.

Ga salah lagi, pasti ini anak pemandu sorak.

Gue mengangguk dan verjalan menuju aula.

"Eh Dav!" ucap kapten basket, yang gue ga tau namanya siapa.

Gue melihat sekeliling aula, dan ... Nanta? Ngapain dia pake rok mini dan megang pom-pom?

"Lo mau ga jadi anggota basket?" Tanya si kapten.

Gue menggelengkan kepala.

"Lo harus mau tapinya, kata Lana lo harus ikutan, dan lo kenapa kayak ga kenal gue ya? Gue Dri, pasti lo kira gue anak Voli! kagak itu mah sahabat gue aja yang anak Voli, jadi gue kadang suka ikutan latihan Voli" ucapnya.

Gue ga nyangka si Dri sebaik ini, kirain jengekelin orangnya.

"Okay, tapi, jangan minta gue jadi anak populer"

"Setiap anak basket di sekolah kita harus gitu Dav, lo ga bisa tiba-tiba ngeganti kebiasaan yang udah ada, sesegera mungkin gue kenalin lo sama ade kelas, dan satu lagi, sebenernya lo jago kan main basket?"

Kenapa Dri bawel banget siii.

Baru nyadar kalau si Dri bawel banget.

"Liat aja nanti" ucap gue lalu merebut basketnya dan menggiringnya ke ujung aula.

Tapi kenapa Lana mau gue ikut basket? Dia malu punya sahabat yang ga populer?

Jadi prasangka buruk kan.

------------//-----------

Di mulmed itu Danies yooo, adik angkatnya Davin sama Dalian(Lian), love yaa.

Changed MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang