Chapter 9

3.1K 283 11
                                    

Mobil sport putih memasuki sebuah kawasan perumahan elite di ibu kota dan berhenti tepat di gerbang rumah bercat putih yang gagah dan besar.

"Ini rumah lo? Tajir parah ya lo." Bima sedikit mendongakkan kepalanya dibalik stir memandang kagum rumah besar bercat putih itu.

Gadis yang duduk di kursi penumpang itu mengangguk dan tersenyum menanggapi kalimat Bima yang dia anggap sebagai pujian.

"Turun gih, ngapain masih disini?" Kata Bima kemudian menoleh ke sebelah kiri, melihat Gadis itu memilin ujung bajunya dan menunduk. Memikirkan sesuatu yang ingin dia katakan.

"Emm... Nggak mau mampir dulu Kak?" Tawar Shinta pada Bima.

"Nggak. Gue mau langsung balik."

"Tapi papahku pasti mau ngucapin terima kasih."

"Bokap lo katanya meeting?"

"Iya tadi. Tapi sekarang dia udah pulang. Habisnya Kak Bima kelamaan di parkiran ekonomi, jadinya jam pulangku mundur tiga puluh menit sama seperti jam pulangnya papah. Terus papah bilang minta ketemu sama yang nganter aku pulang. Mau bilang terima kasih katanya."

Bima mendengus kasar mendengar pernyataan gadis berambut panjang itu. Ingin rasanya dia mendorong gadis ini keluar dari mobilnya karena dia sama sekali sedang dalam kondisi tidak ingin bertemu dengan orang baru. Namun semua itu dia pendam dan berakhir memarkirkan mobilnya masuk ke area halaman yang luas milik keluarga Shinta. Shinta yang duduk di samping Bima tersenyum menang karena berhasil merayu lelaki es ini.

"Yuk Kak masuk. Pasti papah sudah nunggu di dalam." Shinta menarik lengan Bima pelan, menuntunnya masuk ke rumahnya.

"Papaaaah." Shinta memeluk ayahnya dengan sangat manja.

"Manja banget sih." Kekeh Tuan Fariz, ayah Shinta.

"Mana teman kamu yang antar kamu pulang?" Tanya Tuan Fariz. Shinta lalu melepaskan pelukannya lalu menunjuk Bima dengan malu-malu.

"Lho Bima?" Bima yang mendengar suara berat dan sedikit serak itu lalu menoleh ke arah sumber suara.

"Om Fariz?"

"Wah kamu yang sudah antar anak saya pulang ya? Terima kasih ya Bim." Tuan Fariz menyalami dan menepuk pundak Bima pelan beberapa kali. Bima pun hanya bisa tersenyum kikuk.

"Jadi Shinta anaknya Om Fariz." Batin Bima.

"Iya Om sama-sama. Kalau gitu saya pamit dulu om, mau ada acara soalnya." Kata Bima sopan lalu dibalas dengan anggukan Tuan Fariz.

"Makasih ya kak Bima." Shinta mengantar Bima sampai depan pintu. Senyum di bibir gadis itu tidak henti-hentinya mengembang. 

Bima hanya mengangguk menanggapi ucapan terima kasih Shinta dan segera pergi menuju mobilnya. "Bisa gawat kalau gue lama-lama disana." Batin Bima sambil berjalan cepat menuju mobilnya.

***

Keyra berjalan disepanjang lorong fakultas Elektro sambil mengintip ke setiap jendela kelas, siapa tahu lelaki yang dicarinya ada di dalam kelas. Dia sama sekali tidak merasa canggung berada di fakultas orang lain, karena memang dia sudah biasa kesini sebelumnya untuk mencari seorang bernama Bima.

"Kemana sih tuh makhluk kutub. Di chat nggak bales, di telepon nggak diangkat. Huh." Keyra berbicara sendiri sambil sesekali mengumpat untuk lelaki yang dia panggil makhluk es itu.

"Keyra?" Tanya Ghani saat melihat Keyra sedang berjinjit untuk melihat ke salah satu kelas melalui jendela.

"Eh pacarnya Shella." Keyra menampilkan cengiran andalannya di depan Ghani.

BETTER WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang