Chapter 41

2K 194 34
                                    

"Jadi, siapa namanya?"

"Angga. Nicholas Anggara Havik."

"Havik?"

"Iya, putra tunggal pemilik Havik Group. Salah satu perusahaan besar di Indonesia."

"That snake!" Umpat Darren.

"Kenapa Bang?" Tanya Bima penasaran

"Perusahaan saingan tender di Jepang."

"Dan Samuel Havik, pria tua itu -ayah dari Angga- dia akan melakukan apapun agar menang tender."

"Ternyata emang buah nggak jatuh jauh dari pohonnya." Darren tersenyum miring. 

Di sisi lain, Bima menajamkan indera pendengarannya, walaupun dia sedikit bingung dengan apa yang diucapkan Darren, tapi Bima tahu, jika ia harus waspada dengan nama keluarga Havik tersebut.

"Dia tahu nama lengkap Keyra?" Tanya Darren tajam.

Bima menggelengkan kepalanya pelan yang tentu saja tidak dapat dilihat oleh Darren. "Sepertinya enggak, Bang. Keyra lebih dikenal dengan nama Keyra Adinda dan tanpa embel-embel nama keluarga kalian."

Darren membuang napas pelan. Ada sedikit rasa lega dalam dirinya walaupun ia harus tetap waspada jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. 

"Gue minta tolong banget, jagain adek gue. Gue takutnya Angga bakalan semakin ngincer Keyra kalo dia tau adek gue adalah keluarga Arsena." Pinta Darren memohon pada Bima. Terdengar nada yang sangat serius dari setiap ucapan Darren.

"Gue bakalan jaga Keyra. Lo bisa pegang omongan gue, Bang." Timpal Bima yakin.

"Thank you, bro."

*****

Gadis itu membuka matanya dan menghapus peluh bening yang sedari tadi keluar dari matanya yang terpejam dan meninggalkan jejak basah di pipinya. Mata gadis itu menatap wajah lembut  seorang wanita di depannya yang sedang tersenyum hangat kepadanya.

"Bagaimana Key? Lebih tenang?" Tanya wanita itu.

Keyra mengangguk lalu tersenyum. "Iya dok, terima kasih. Beberapa beban rasanya sedikit menghilang."

"Baguslah kalau begitu." Ucap dokter wanita itu masih dengan senyum hangatnya sambil mengelus pundak Keyra pelan.

Dokter wanita itu keluar dari kamar Keyra diikuti si pemilik kamar di belakangnya. Mereka berdua menuju ke arah dua orang laki-laki yang sedang berbincang di table bar dapur apartemen Keyra.

Seorang lelaki yang menggunakan pakaian formal dengan jas hitam serta dasi yang terpasang rapi di lehernya melangkah mendekati dokter wanita itu.

"Dok, gimana Keyra?" Tanya lelaki berjas itu pada perempuan ber-name tag  Wita, si dokter perempuan.

 "Terapi lancar kok, karena dia juga pengen sembuh dari traumanya. Dia lebih terbuka sekarang dibandingkan terapi-terapi sebelumnya." Ucap wanita itu sembari tersenyum ke arah Keyra.

"Kamu habis nangis?" Tanya lelaki berkaos hitam polos itu pada kekasihnya karena melihat hidung dan mata gadis itu yang memerah.

Keyra mengangguk pelan. "Aku juga nggak sadar aku nangis."

"Itu karena saya buka memori lama kamu tentang kejadian itu, dan secara nggak sadar kamu nangis sebagai bentuk ekspresi yang ingin kamu jelaskan walaupun tanpa kata-kata sekalipun." Jelas dokter spesialis kesehatan jiwa itu.

"Oiya, kamu nggak perlu minum obat lagi. Cukupin tidur aja, jangan begadang." Pesan dokter Wita pada Keyra.

"Dengerin tuh dek." Darren menimpali.

BETTER WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang