Chapter 31

1.9K 191 34
                                    

"Bim. Rheina kecelakaan."

Satu kalimat itu sukses membuat Bima langsung menegakkan tubuhnya yang sedari tadi duduk manis di bangku penonton. Sedetik kemudian dia berjalan keluar studio agar bisa mendengar suara si penelpon dengan jelas.

Keyra yang melihat Bima keluar dari studio pun merasa terkejut dengan tindakan tiba-tiba lelaki itu. Dan mau tidak mau, Keyra pun menyusul Bima untuk keluar dari studio bioskop itu.

"Gue kesana sekarang." Hanya kalimat itu yang bisa di dengar Keyra saat dirinya sudah mengikuti Bima keluar studio.

"Kenapa?" Tanya Keyra yang dapat melihat ekspresi khawatir Bima.

"Aku pergi sebentar ya, kamu disini aja, nonton filmnya. Dua jam lagi aku jemput, oke? Sorry, Key." Kata lelaki itu sambil memegang pundak kecil gadis di depannya, lalu pergi berlari kecil meninggalkan Keyra di tempatnya yang bingung dengan apa yang sedang terjadi.

Belum sempat Keyra protes, tubuh Bima sudah hilang dari pandangan matanya.

*****

"Tapi nona, anda masih harus istirahat." Ucap seorang perawat menenangkan pasiennya yang sedari tadi berusaha untuk melepaskan jarum infus dari punggung tangan kirinya.

"Tapi saya mau ketemu ayah saya, Sus. Saya mau melihat keadaan ayah saya!" Ucapnya dengan nada tinggi pada perawat itu.

"Saya mengerti, tapi anda baru saja diobati. Tubuh anda masih lemah."

"Tolong, Sus. Saya cuma mau lihat ayah saya." Kata perempuan itu yang sekarang sudah menangis hebat.

"Ayahmu sudah ditangani oleh dokter spesialis, Na. Beliau sudah aman." Kata seorang dokter lelaki yang memasuki bilik rawat pasien perempuan itu.

"Dika?"

"Dik, please. Gue pengen ketemu papah, Dik. Please."

"Tenang dulu, Rheina. Lo masih lemah. Lo juga butuh istirahat." Dokter bernama Dika itu menenangkan Rheina.

"Dik..."

"Gue nggak akan temuin lo sama bokap lo, kalo lo masih ribut kayak gini." Ancam Dika pada Rheina.

"Lo istirahat!" Perintah Dika tanpa mau dibantah dan kemudian lelaki itu pergi meninggalkan bilik rawat dimana Rheina dirawat sementara.

Sedangkan Rheina, wanita itu hanya menghela napas pasrah ketika mendengar perintah Dika yang terdengar menakutkan. Ditambah kepalanya yang masih sedikit pusing membuat dia memutuskan untuk mengistirahatkan kepalanya saja, mematuhi perintah Dika.

*****

Lelaki itu berlari di lobby rumah sakit menuju ke arah ruang IGD yang tadi sudah diberitahu oleh satpam rumah sakit.

Telinganya menempel sebuah benda berbentuk persegi panjang yang dapat menghubungkan dirinya dengan lelaki yang harus ia temui sekarang.

"Dimana lo?" Tanya Bima setelah teleponnya diangkat oleh si penerima telepon.

"Arah jam tiga." Jawab seorang laki-laki yang ditelepon Bima.

Bima menoleh ke arah yang tadi disebutkan oleh lelaki yang dihubungi Bima. Ia melihat temannya yang menggunakan jas putih khas dokter itu melambaikan tangan ke arahnya. Membuat langkah kaki Bima secara otomatis berlari kecil mendekati lelaki itu.

"Gimana keadaan Rheina?" Tanya Bima dengan nada sedikit cemas.

"Dia baik-baik aja. Sudah ditangani walaupun tadi sedikit membuat keributan sebentar."

BETTER WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang