Bab 20

2.4K 209 27
                                    

Jessica yang sedari tadi duduk di sofa melihat televisi mengubah posisinya dan berbaring di sofa tersebut. Hari ini dia memang sengaja tidak pergi ke kantor, dan ingin bermalas-malasan di rumah. Namun dirinya yang sudah terbiasa dengan kegiatan kantor yang aktif, membuatnya merasa bosan. Dari pagi sampai malam hari hanya dia habiskan untuk berbaring di tempat tidur dan sofa, sesekali dia berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air putih dan kembali berbaring di sofa

"hahhhhh, melelahkan dan membosankan sekali. kalau aku tau akan membosankan seperti ini aku memilih pergi ke kantor tadi" Jessica menjatuhkan diri ke sofa

"kau persis seperti Sinb ketika putrimu itu pertama kali datang ke rumah ini" kata ahjumma sambil mengupas buah apel

"hahaha, padahal dulu saat aku masih gadis dan tidak ada kegiatan apapun. Aku hanya akan berbaring di kamar bermalas-malasan seperti ini. Tapi setelah Sinb lahir, entah mengapa semua berubah dan Sinb benar-benar menjadi jiplakanku sekarang" ahjumma mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Jessica
"coba aku telfon putriku itu. Sedang apa dia sekarang?" Jessica mengambil ponselnya dan menekan panggilan cepat nomer 1. Sudah hampir 5 menit tapi panggilannya tak di jawab oleh Sinb. Jessica kemudian mematikan ponselnya dan menelfonnya lagi hingga berulang-ulang

"sebenarnya apa yang sedang di lakukan anak itu? kenapa dia tak menjawab telfonku?" gerutu Jessica masih meletakkan ponselnya di telinga kanan
"Jung Sinb.. angkat ponselmu.."

"ahjumma, apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Sinb?" ucap Jessica cemas

"coba kau telfon Max. Bukankah tadi kau meminta Max untuk mengantarnya?"

"ah, majja.. kenapa aku bisa lupa. Dasar pabo"

"yoboseo.. Max, kau masih di sekolah Sinb?"

"ne.. ada apa nyonya? Apa kau memerlukan sesuatu?"

"annia, apa Sinb masih di sekolah?"

"ne, dia masih berlatih dengan teman-temannya"

"syukurlah, dari tadi dia tak menjawab telfonku. Aku pikir terjadi sesuatu dengannya, tolong kau jaga dia" Jessica menutup sambungan telfonnya dengan Max, dia tersenyum kemudian meletakkan ponselnya

"apa kau masih menghawatirkan kejadian 13 tahun lalu?" tanya ahjumma tiba-tiba

"ne.. kau masih ingat dengan ceritaku itu kan ahjumma? Aku benar-benar takut, bila mengingat kejadian waktu itu" jawab Jessica

"sudah 13 tahun berlalu. Semua akan baik-baik saja" ahjumma menenangkan Jessica

"ne.." Jessica tersenyum mendengar ucapan ahjumma
"ahjumma, karena aku tak tau harus melakukan apa, hari ini aku akan membantumu memasak makan malam"

"jinjja? Kau tidak akan berteriak keras lagi saat memasukkan potongan ikan ke dalam minyak goreng?"

"kapan aku melakukannya?"

"kau lupa atau pura-pura lupa? Kau bahkan tidak dapat membedakan gula dan garam" goda ahjumma sekali lagi

"majja, aku bahkan melihatnya tak bisa memotong daun bawang dengan benar"

"ahjussi, kau juga membantu ahjumma untuk menggodaku?" Jessica berjalan mendekati ahjussi yang berdiri di dapur
"Aigo.. lihat saja hari ini, tidak akan ada triakan dan makanan yang ke asinan lagi"

"benarkah? Kalau begitu buktikan padaku" ahjussi menantang majikan yang sudah dia anggap putrinya sendiri dan di susul anggukan ahjumma. Jessica yang mendapat tantangan dari 2 orang tua yang selalu melindunginya seperti putri mereka, mengangguk yakin kalau dia kali ini bisa memasak tanpa drama yang membuat seisi dapur berantakan. Namun keyakinannya runtuh ketika minyak panas yang dia gunakan untuk menggoreng ikan memercik. Tanpa sadar Jessica mengeluarkan triakkan dolpinya yang membuat ahjumma dan ahjussi tertawa

Rahasia (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang