"Shinta, sudah berapa kali Saya memberi surat panggilan untuk Ibu kamu. Tapi kenapa tidak pernah datang?"
"Saya tidak pernah memberikannya kepada Ibu Saya."
"Kenapa?"
"Saya tidak tega melihat Ibu Saya sedih karena masalah biaya sekolah."
"Alasan saja kamu! Pokoknya saya tidak mau tau, besok Ibu kamu harus datang kesekolahan," kata guru itu semakin geram.
"Gini aja, Miss datang kerumah saya agar nanti ibu saya bisa datang kesini, bagaimana Miss?"
"Saya tidak mengerti?!"
"Jika Miss Rin menginginkan ibu saya datang kesekolah. Miss harus bersedia mengganti pekerjaan ibu saya agar ibu saya bisa datang kesini."
"Kamu menantang saya?"
"Saya tidak menantang ataupun berani sama Miss, saya hanya ingin Miss sedikit mengerti tentang kondisi saya, jika saya ada rejeki dengan sesegera mungkin saya akan membayar biaya Administrasi sekolah. Permisi," ucap Shinta yang sudah berdiri akan segera pergi dari ruangan wali kelasnya. Namun sang wali kelas menahannya.
"Tunggu Shinta!" Kata wali kelas tersebut dengan memegang lengan Shinta agar tidak jadi keluar.
"Ada apa lagi Miss?"
"Saya bisa membantu kamu."
"Bagaimana?"
"Kamu duduk dulu dong," ucap wali kelas itu dengan seringai yang sulit diartikan.
"Oiya, maaf Miss." Shinta sudah duduk kembali seperti semula.
Wali kelas tersebut bangkit dari duduknya menuju pintu ruangannya, dia menguncinya agar tidak ada yang masuk dengan sembarangan.
Dengan gaya tenangnya, wali kelas duduk dimeja tepat dihadapan Shinta, dengan posisi yang berhadapan. Shinta sangat kaget kenapa wali kelasnya duduk di meja, bukan di kursi.
Wali kelas itu memberanikan diri memegang dagu Shinta dan mengangkatnya agar dia bisa menatapnya dengat jarak dekat.
"Saya akan memberikan bantuan sampai kamu lulus agar kamu tidak memikirkan biaya sekolah, tapi saya perlu imbalan."
"I..imbalan ba..bagaimana maksud Miss?" Shinta salah tingkah ditatap oleh wali kelasnya dengat jarak dekat.
"Kita sudah sama sama dewasa sayang, kamu pasti mengerti apa keinginan saya," wali kelas tersebut mencondongkan badannya tepat di wajah Shinta. "Saya ingin kamu malam ini." Lanjut wali kelas dengan berbisik dan sedikit memberikan gigitan kecil pada leher putih Shinta.
Tubuh Shinta yang menegang karena diperlakukan seperti itu, seketika Shinta lemas dengan tatapan wali kelasnya yang menggoda itu.
"Bagaimana Shinta?" Kata wali kelas lagi.
Shinta tersadar, dia menghentakan tangan wali kelas itu yang masih memegangi dagunya.
"Saya bukan wanita murahan. Maaf, permisi."
Shinta segera buru buru keluar dari ruangan wali kelas yang menurutnya sangat sialan itu, beruntung kunci tersebut masih menggantung pada pintunya.
"AWAS KAMU SHINTA!!!" Teriak wali kelas dari dalam ruangannya.
Dia adalah Shinta Senjani yang akrab dengan sebutan Shinta atau Senja, dan wali kelasnya Rinrada atau biasa di panggil Miss Rin oleh para Murid muridnya, guru bahasia Indonesia.
Shinta bukan dari keluarga yang harmonis. Shinta adalah korban dari perceraian antara kedua orang tuanya yang dimana Tiga tahun lalu.
Setelah orang tuanya bercerai. Shinta lebih memilih menjual rumahnya yang berada di bandung dan hidup di Jakarta dengan membeli rumah yang sesederhana mungkin, di bandingkan rumah yang dulu. Shinta lebih memilih menjualnya karena itu adalah kenangan pahit. Katanya, padahal rumah itu adalah titipan dari orang tua mereka.
Dengan sisa hasil penjualan rumahnya Shinta membuka toko kue di jakarta 'Shinta's Cake' Adalah nama toko kuenya.
Orang tua mereka tidak pernah tahu kabar Shinta bagaimana , bahkan mungkin mereka tidak memikirkan akan hal itu.
Begitupun dengan Shinta, dia tidak tahu kabar orang tuanya, apakah sehat, bahagia. Ataupun sebaliknya.Kalau Ibunda Shinta lebih memilih menetap di jepang semenjak berpisah dengan suami lamanya, suami yang lamanya pun tidak kalah jauhnya, dia lebih menetap di Australi. Masing masing mereka sudah menikah.
Shinta pernah berkunjung kerumah mereka, itu pun hanya menghadiri acara pernikahan ayahnya atau ibunya. Sebagai anak yang baik menurutnya.
Shinta selalu percaya pada hukum alam, bahwa suatu hari nanti dia akan sukses tanpa bantuan orang tuanya, dia akan membuktikan bahwa dirinya mampu tanpa campur tangan orang tuanya.
Teman teman sekolahnya atau Guru tidak ada yang tahu tentang Shinta, tentang bagaimana orang tuanya yang sudah tidak bersama, tentang semuanya. Hanya Sahabatnya yang tahu tentang Shinta.
Mungkin karena orang tua mereka lah yang membuat sifat dan sikap Shinta sedikit berdeda semenjak perceraian itu.
Bagi Shinta, sukses adalah tujuan utamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shinta Senjani
Romance"Saya ingin kamu malam ini." Mrs "Gue uda bilang, gue bakal nidurin lo." RF "DUNIA INI MASIH PENUH DENGAN LAKI LAKI HEEYYY!!!" SS