Bagian tanpa judul 21

3.7K 182 7
                                    


Bahagia itu sederhana, secangkir kopi dan kabar engkau putus dengan dia. Pikiran Shinta menerka nerka entah kemana tujuannya. Dia masih memikirkan Rize yang sudah jadian dengan Anton.

Sejak kemarin waktu dimana Rize bercerita tentang Anton yang menyatakan cinta padanya. Shinta mulai menghindar dari Rize, dia hanya tidak ingin perasaannya semakin begitu dalam pada seseorang yang sudah bertuan. Shinta tidak ingin itu terjadi. Shinta masih tahu diri, dia siapa dan Rize siapa.

Bahkan saat Rize mengirim pesan, namun Shinta tidak pernah membalasnya, sebisa mungkin dia selalu menghindar saat Rize berkata ingin datang ke rumah atau tokonya.

Mungkin Shinta berfikir bahwa Rize baik padanya ada sesuatu yang lain, dan nyatanya. Dia sudah jadian dengan temannya.

Terlalu banyak beban yang Shinta fikirkan, hidupnya, ekonomi, dan seseorang yang membuat Shinta tidak bisa berfikir jernih.

Hari ke empat ini sedang mengadakan Ujian pada sekolah Shinta. Shinta tidak ingin hilang fokus hanya karena terlalu memikirkan Rize, sebisa mungkin dia membuang fikiran yang mengganggu dia untuk fokus pada soal pelajaran.

Rin tidak di izinkan oleh kepala sekolah jika dia memilih untuk berhenti mengajar pada bulan ini, mungkin jika kelas tiga yang sekarang suda lulus. Baru Rin di izinkan. Pikir kepala sekolah mungkin hanya untuk menyelamatkan anak anak kelas tiga yang sekarang untuk memberi semangat pada mereka, mau tidak mau, akhirnya Rin menyetujui usulan dari kepala tersebut.

Rin tidak akan menelantarkan anak anak yang sedang haus akan materi, mungkin jika Rin keluar sekarang anak anak akan merasa drop dan tidak siap untuk jika bukan Rin yang mengajar.

Mungkin juga jika mereka akan lulus dengan seratus persen, disitu Rin akan ikut berhenti mengajar pada sekolahan omnya.

Shinta sudah selesai pada pelajarannya, dia terlebih dahulu keluar tanpa menunggu Yasmin yang masih mengerjakan soal. Shinta hanya ingin butuh waktu sendiri tanpa ada yang mengganggunya.

Tanpa di sadari oleh Shinta, seseorang sedang mengawasi langkah Shinta yang sedang keluar dari gerbang sekolahan.

Shinta sudah menjalankan motornya untuk membelah jalan raya, seseorang tersebut segera mengikuti Shinta dari belakang menggunakan mobil miliknya.

Tanpa memperduli bahwa ada seseorang yang sedang mengikutinya. Shinta terus mengebut agar cepat sampai pada rumahnya.

Orang itu adalah Rin yang sedari tadi menunggu Shinta pada gerbang, dia di tugaskan untuk mengawas pada sekolah sebelahnya. Jadi tidak terlalu jauh, setelah tugas Rin selesai mengawas dia langsung menungu Sinta, entah apa tujuannya.

Rin tidak lagi mengikuti Shinta yang terlalu ngebut. Rin memarkirkan mobilnya pada sebuah restoran cepat saji, setelah dia masuk, setelah membeli makanan lalu Rin menjalankan kembali mobilnya.


**


Huaaa capek gue, mana rumah berantakan lagi, batin Shinta mengeluh.

Shinta melihat seisi rumahnya yang tak pernah tertata rapi, mengurus rumah sendirian itu tidak mudah jika Shinta tidak pernah melakukannya.

Hanya saja dia sangat pemalas.

Sekelip mata yang membawa Shinta dalam mimpinya, dia tidur masih mengggukan seragam sekolah yang ia kenakan, tanpa mencopot sepatunya terlebih dahulu. Mungkin karena saking lelahnya setelah pulang dari sekolah.

Selang lima belas menit Rin sedari yang mengikuti Shinta akhirnya sampai pada tujuannya, yaitu rumah Shinta.

Memarkirkan mobil di pelataran rumah Shinta yang lumayan agak sempit dan dia masuk dengan langkah yang sangat pelan, takut orang rumah akan mendengarnya.

Shinta SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang