Bagian tanpa judul 19

3.9K 204 3
                                    


"Sudah? Yuk pulang."

"Mah! Rin pulang dulu ya, kita semua sehat. Hanya waktu dan suasana yang berubah, nanti kalau ada waktu Rin kesini lagi, mamah yang damai yah disana."

Seperti yang di janjikan kemarin oleh Wulan untuk menemani keponakannya mengunjungi kuburan ibundanya.

Menyayat hati pikir Wulan ketika Rin mengucapkan kata kata yang membuatnya tercekat.

Bahkan Wulan masih tidak menyangkan bahwa sang adiknya pergi mendahului untuk selamanya.

"Tant."

"Ya?"

"Katanya, mamah selalu ada di hati Rin?"

"Memang benar, mesik dia sudah tidak ada tapi dia selalu ada di hati kamu, hati papa kamu."

"Tapi kenapa mamah tidak pernah mengisyaratkan kalau dia ada di samping Rin?"

"Nanti kita bahas lain waktu saja ya? Sekarang kita pulang."

Sungguh Wulan tidak bisa menjelaskan bagaiman caranya kepada Rin, gadis yang dulunya sangat manja dan kecil yang selalu di gendong oleh Wulan ternyata sudah tumbuh dewasa.

Waktu hampir menjelang ashar, mereka menyempatkan diri untuk menjalankan kewajiban.

Setelah menjalankan kewajiban, merek untuk mampir di warung pinggir jalan.

Tempat peninggalan ibunda Rin memang di tempatkan di pedesaan yang dimana dulunya rumah wulan dan Alm adiknya, ibunda Rin.

"Aku lagi dilema tante!"

"Kenapa?

"Antara lanjut mengajar atau meneruskan kerja di kantor papa."

"Bukankah menjadi guru itu impian kamu sejak dulu?"

"Iya sih tant, tapi Rin udah tidak ada semangat lagi untuk mengajar."

"Ada masalah di sekolah? Tumben banget kamu seperti ini, ini seperti bukan kamu loh, kamu sudah 4 tahun ngajar tapi baru kali ini tante liat kamu patah semangat? Ada apa? Cerita sama tante."

Aku gak tahan lihat kedekatan anak tante dengan Shinta, batin Rin.

"Rin cuma ingin mencoba suasana baru aja kok tant."

"Yakin? Kamu itu persisi seperti ibu kamu, dia sangat pandai menyembunyikan masalah," ucap Wulan mencari kebohongan Rin yang tak ia temukan. "Yasudah kalau gitu, kamu ngomong dulu tapi sama om. Boleh apa tidak, tante hanya bisa mendukung apapun keputusan kamu. Ingat sayang, kamu tidak sendiri," lanjutnya.

"Iya tante, makasih ya."

"Sudah hampir jam 5, yuk pulang."

Sesudah menghabiskan makan dan tidak lupa untuk membayarnya, mereka bergegas menuju pulang.

Karena sang senja suda redup dan tenggelam dimakan awan hitam. Ada yang menanti, ada pula yang menunggu ia pulang.

Memang senja itu sangat indah jika kita bisa menikmatinya.


**


"Ini motor siapa tant? Wahh abang punya motor baru ya tant?"

Sejujurnya Rin tahu siapa pemilik motor yang sebenarnya yang terparkir di halaman rumah Wulan. Rin hanya berpura pura tidak tahu untuk menghilangkan segala rasa patah yang menggugah yang tidak ingin terlihat oleh siapapun, sudah Wulan katakan bukan? Bahwa seorang Rin pandai menyembunyikan masalah sendirian.

Shinta SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang