Bagian tanpa judul 24

3.6K 180 9
                                    


Seperti kataku! Hukum alam itu ada, batin Shinta.

Shinta menyesap kopi penyesalah, menghisap batang rokok penuh kepahitan. Setelah dua tahun tidak bertemu dengan Rin, justru yang Shinta dapati adalah sakit hati.

Shinta tidak menyalahkan Rin, justru dia menyalahkan dirinya sendiri yang dulu pernah menolak dengan seenaknya. Bukan seenaknya, lebih tepatnya karena tidak ada perasaan cinta.

Tapi itu dulu, sebelum Shinta benar benar jatuh hati pada mantan wali kelasnya. Shinta masih tidak bisa mencerna ucapan Rin dengan baik, dan yang Shinta fikirkan sekarang adalah bahwa Rin sudah mempunyai pacar, bahkan Shinta pun melihat dengan sendirinya bahwa Rin sudah mendapatkan penggantinya.

Hari sudah menunjukan pukul delapan malam, namun Shinta masih enggan untuk beranjak pada kedai kopi yang sedang ia singgahi. Sudah dua gelas yang ia pesan, namun batinnya masih belum bisa damai, dia terus menerus memikirkan seseorang yang baru ia temui tadi.


Apa aku harus kerumah Rin lagi?

Rin?

Pulang?

Rin?

Pulang?


"AAAAA PUSING GU- Ehhhh maaf maaf," sungguh sangat memalukan ketika Shinta teriak seperti orang kesurupan dan di lihat banyak orang dari berbagai meja.

Shinta segera membayar dan buru buru keluar lantaran kejadian yang memalukan, bagaimana bisa ia tak sadar kalau dirinya masih berada pada kedai kopi.

Saat ingin ke parkiran motor, namun langkah Shinta terhenti karena lengannya di pegang oleh seorang anak kecil yang sedang membawa berbagai macam aksesoris dan alat alat make up.

"Kak," ucap anak kecil tersebut pada Shinta dengan tatapan seperti memohon dan pakaian yang sangat lusuh.

"Ya?" Shinta ikut berjongkok untuk menyamai tinggi anak kecil tersebut.

"Tolong beli daganganku, aku perlu biaya untuk menebus obat ibu di Puskesmas. Berapapun yang kakak bayar, itu sudah sangat membantu, karena hari ini aku belum menemukan pelanggan."

"Coba kakak lihat."

Anak kecil tersebut memperlihatkan dagangannya, dan Shinta telah melihat lihat aksesoris yang anak kecil tawarkan. Sebetulnya Shinta tidak ada niatan untuk membelinya, namun dengan perasaan yang sangat kasihan akhirnya Shinta pun untuk membeli aksesoris tersebut.

Shinta tersenyum pada anak itu, dan anak itu hanya memasang muka sayunya.

"Kenapa kamu sayang pada Ibu kamu?"

"Tidak ada alasan kenapa aku sayang pada Ibu, karena ia telah memberikan segalanya untukku, dia memberi aku cinta, dia memberi jiwanya, dan seluruh waktunya."

"Terus?" Shinta mulai tertarik akan pelajaran yang anak kecil berikan.

"Mungkin kasih sayangku pada Ibu masih setengah-setengah, masih membutuhkan imbalan dan suatu pujian. Tetapi Ibu tidak pernah memikirkan hal semacam itu, yang dia inginkan, semoga aku selalu di liputi dalam kebahagiaan."

Shinta sangat tersentak mendengar pemaparan anak kecil tersebut, namun ia masih bisa menguasai seluruh isi hatinya.

Shinta mengambil uang beberapa lembar pada sakunya dan memberikannya pada anak kecil tersebut, namun Shinta hanya mengambil satu gelang yang ia suka dengan sebagai bentuk bahwa ia telah membelinya.

Shinta SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang