Bagian tanpa judul 6

8.3K 353 4
                                    


Masa masa paling indah, dengan siapa.
Kisah kisah disekolah.
Orang gak ada cowoknya, isinya jeruk semua.

Selain Yasmin, teman sekolah Shinta yang lainnya tidak ada yang tahu bahwa dia seorang L, karena pada dasarnya meskipun Shinta cantik. Tetapi dia terkenal dengan reputasi tanpa pasangan.

Hari ini Shinta berniat tidak berangkat sekolah karena ingin membuka toko lebih pagi, kejar target untuk biaya sekolahnya, kalau bukan dia sendiri yang membiayainya. Siapa lagi.

Karena waktu kemarin ada uang, tetapi dengan sialnya dia mencelakai seseorang. Terpaksa uangnya untuk biaya mengobati si korban dan sopir taksi.

Padahal waktu itu Miss Rin menawarkan, tetapi Shinta yang masih sadar diri menolak keras. Shinta masih sadar ini bukan soal tentang uang, tetapi soal harga diri.

Entah bagaimana jadinya kalau dia menerima tawaran Miss Rin waktu itu.

Shinta sudah berada ditokonya.

Dengan style yang tidak pernah berubah, celana panjang robek pada bagian lututnya dan menggunakan kemeja laki laki, rambut tergerai bebas yang menambah kesan cantik, tapi banyak yang bilang ganteng jika Shinta bergaya rambut ala laki laki.

Seperti biasa, sambil menunggu customer, dia menikmati secangkir kopi dan rokoknya.

Mungkin teman teman yang belum mengetahui Shinta akan kaget jika melihatnya diluar sekolah, memang jika disekolah Shinta selalu bergaya seperti perempuan pada umumnya. Karena dia pernah menggunakan celana tapi langsung ditegur oleh gurunya.

Dan sejak saat itu Shinta tidak berani memakai seragam seperti laki laki, dia masih menghargai gurunya.

Satu demi satu customer mulai ramai, memang sejak awal pertama ia membuka toko kue ini selalu ramai.

Shinta's Cake ini menyediakan berbagai kue untuk berbagai acara, dan juga melayani pembelian partai besar maupun kecil.

Toko kue Shinta lumayan besar sehingga menyediakan beberapa etalase untuk tempat berbagai kue dan varian rasa dan berbagai bentuk model kue.

Biasanya ada seseorang yang membantu Shinta jaga toko, anak dari tetangga. Tya namanya.

Jika sedang tidak sekolah. Tya biasa bermain ke tempat Shinta untuk ikut menjaga toko, menurutnya itung itung membantu.

Tetapi Shinta mengerti, setiap tanggal satu Shinta akan memberi bea kepada Tya, tergantung Tya membantu Shinta berapa hari dalam jangka satu bulan, itu sudah di atur oleh Shinta.

Menurut Tya itung itung membatu orang tua untuk membiayai sekolahnya, meskipun Tya anak orang berada, tetapi dia tidak pernah memandang siapa itu Shinta, bagi Tya. Shinta itu sudah di anggap sebagai kakak, maklum lah Tya anak terakhir dari keluarganya, dan kakaknya Laki laki.


**


"Siang."

"Siang, siapa ya?"

"Rize, ada?"

"Ada, masuk dulu aja."

"Iya, permisi ya," kata Shinta sopan.

Yang barusan membuka pintu rumah bukan orang tua Rize, tapi kakak pertama laki laki dari keluarga Rize. Ikmal.
Memang Rize adalah anak terakhir dari keluarganya, kedua kakaknya laki laki semua, jadi wajar saja jika Rize sedikit manja dan sangat disayang.

Menurut Shinta, terkadang memang hidup tidak adil, kenapa harus dirinya yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya.

"Gue ke atas dulu kasih tahu adek gue."

"Iya."

"Emm..Situ?"

"Ohh iya, gue Shinta."

"Ikmal."

Mereka berjabat tangan untuk memperkenalkan diri, dan Ikmal langsung menuju atas untuk memberitahu adiknya bahwa ada Shinta.

Ikmal sudah kembali ke bawah dan mengatakan kepada Shinta bahwa dirinya langsung di suruh ke atas.


Shinta langsung bergegas ke atas.

"Lo ngapain kesini?"

"katanya tadi suruh ke atas."

"Udah gak butuh."

"Ok kalo gitu gue pulang lagi."

Baru memegang gagang pintu. "Lo beneran balik, gue lapor Bokap!!"

Segera saja Shinta masuk lagi ke kamar Rize langsung dan duduk. "Lo jadi orang rese banget sih Flo?" Mungkin Shinta sudah mulai tidak tahan dengan sikap Rize yang menurutnya seenaknya.

"Temenin gue."

"Kemana?"

"Ya disini."

"Terus gue musti ngapain disini, cuma duduk gitu?"

"Ya ngapain kek. Tidur atau apa gitu, intinya temenin gue disini."

"Ya ya ya, ngalah aja gue mah."

Bahkan Rize sudah lupa akan Shinta tentang tanggung jawab yang akan mengobatinya. Baginya, ada Shinta di sampingnya itu sudah cukup untuk membuatnya senang.

Entah Rize merasa ada sesuatu yang berbeda pada diri Shinta, intinya dia selalu merasa nyaman ketika berada di dekat Shinta, padahal mereka baru saja kemarin berkenalan. Tapi Rize sudah berlebihan.

Shinta dengan santainya tiduran dikasur Rize, sedangkan Rize yang duduk sambil selonjoran di kasur pinggir Shinta dan bersandar pada sandaran tempat tidur.

"Shinta," kata Rize mengawali pembicaraan.

"Apaan?"

"Lo.. Lesbi ya?"

"Lo kalo ngomong gak bisa di saring dulu apa?" Sewot Shinta.

"Halahh gak usah ngelak, mudah bagi gue nebak seseorang mana yang normal mana yang bukan."

Si arogan ko bisa tau gitu ya? batin Shinta bertanya tanya.

"Apa? Lo heran kenapa gue bisa tau kalo lo lesbi, gitu?" Tanya Rize lagi dengan santainya.

"Gue punya beberapa temen dikelas yang kaya lo, jadi gue gak heran nebak seseorang yang gitu," lanjut Rize. "Lo mau gue kenalin dari satu temen gue gak?" kata Rize lagi dan lagi.

"Kalau gue maunya sama lo, gimana?" Goda Shinta pada Rize.

"Lo nantangin gue?"

Nyali Shinta seketika menciut karena Rize berbicara seperti itu, pikir Shinta. Rize bakalan takut karena Shinta menggodanya, tapi ternyata tidak, justru Shinta sendiri lah yang takut.

"Gak!"

"Awas aja kalau gue uda sembuh total, gue bakalan nidurin lo!"

"Lo ngomong apaan sih?" Shinta semakin takut pada ancaman Rize.

"Gue gak peduli. Intinya kalo gue uda sembuh, gue bakal nyari lo kemana pun."

"Kalo udah ketemu. Lo mau apain gue?" Kata Shinta dengan remehnya.

"Gue uda bilang, gue bakal nidurin lo."

"Coba aja kalo bis-"

Shinta SenjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang