"Bersinarlah bulan purnamaaaa~~ seindah serta tulus cintanya. Bersinarlah terus sampai nanti. Bersinarlah terus sampai nanti~~~"
Petikkan gitar terdengar diiringi suara berat nan merdu. Ali dengan santainya memetik gitar sembari bersenandung kecil, duduk di atas meja milik Prilly. Hari Senin seperti ini memang jadwal pelajaran terenaknya. Kadang, gurunya itu cuma memberikan tugas, masuk sebentar lalu berlalu lagi. Hampir tiga guru yang mengajar hari Senin selalu seperti itu. Enak ye.
"Ganti lagu... ganti laguuuu! Yang lagi hits dong!" Seru Samudra protes.
Ali menghentikan petikan gitarnya sejenak, menatap Samudra, "Lagu apan? Jan yang aneh-aneh."
Samudra menggeleng pelan. Dengan tidak tahu malunya ia bernyanyi mengeraskan suara. Kompak bersama Rien dan Gavare.
"Emang lagi manjahh, lagi pengen dimanjahh.. pengen berduaan dengan dirimu saja. Emang lagi syantikk tapi bukan sok syantik. Syantik-syantik gini hanya untuk dirimu."
Ali diam, tidak memetik senar gitarnya sedikitpun. Kan, feelingnya sudah tidak enak. Pasti tu kampret tiga gak akan benar nyanyinya.
"Gupluk banget sialan!" Karin terbahak keras. Pacarnya itu, Samudra, gila kelewat batas. Suka tidak tahu malu.
"Untung pacar gue kalem, Ya Tuhan!!" Pekik Aldera bahagia. Heran juga melihat ketiga sahabatnya yang eror seperti itu.
"Bego. Bego. Bego." Nata menjitak kepala Samudra, Rien dan Gavare secara bergantian. Na ha sukur.
"Centil banget lo tiga. Kek banci di perempatan lampu merah. Cocok." Kata Ali tidak santai.
Samudra tidak memperdulikan ocehan-ocehan para sahabatnya. Biarin aja mereka ngoceh gak jelas, Samudra cuma mau nyanyi sambil joget. Dasar gelo.
Prilly yang baru saja selesai mengerjakan tugasnya, mendongak menatap Ali.
"Apa?" Tanya Ali lembut ketika engeh ditatap oleh Prilly.
"Minggat dan kerjain tugas lo!"
Ali cemberut, "Gue gak mood nulis, sumpah! Apalagi itu banyak banget. Gak usah deh ya." Melasnya yang dibalas gelengan keras oleh Prilly.
"Nulis sekarang atau....." ucapan Prilly terhenti. Ali dengan cepat turun dari meja Prilly. Menaruh gitarnya sembarang dan merampas asal buku yang tergeletak di atas mejanya.
"Iyaa iyaa gue nulis."
Prilly ikut merampas buku digenggaman Ali. "Sekarang jamnya Ekonomi, bukan Bahasa Inggris! Lo gak bisa baca hah?!" Omelnya kembali. Bagaimana tidak mengomel, Ali tadi asal mengambil buku. Aturan kan buku Ekonomi lah cowok itu malah mengambil buku Bahasa Inggris. Pantas Prilly ngomel.
Ali cengengsan sembari menggaruk kepalanya. "Ehehehe,"
"Lu jadi manusia jangan bego-bego amat napa Li!" Gerutu Aldera ikut mengomeli Ali, "Makanya SD tuh lulusin dulu!"
"Bacod yee Al! Belum aja gue getok tu pala!"
"Getok Aldera gue nistain lu!" Balas Nata sewot.
"Alah si bucin denger aja!" Ali tertawa.
Jangan tanya gimana keadaan kelas Ali sekarang. Sudah pasti rusuh. Soalnya ketua kelasnya juga gak bisa diam. Nyerocos ngegombalin Aldera mulu.
Samudra, Rien dan Gavare masih asik bernyanyi sembari berjoget. Tiga cowok yang memang urat malunya sudah putus.
Di pojok kelas segerombolan siswi sedang bergosip riang. Kelas ini biang gosipnya hacep semua. Semua gosip di Andromeda pasti mereka tahu duluan deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Boyfriend
FanfictionAwalnya si kesal gitu punya teman seorang badboy. Suka seenaknya. Biang rusuh. Tukang ribut. Annoying banget pokoknya. Tapi, lama-lama pandangan gadis berparas mungil itu berubah. Sejak 'badboy' itu menyatakan perasaannya, dunianya seakan lebih berw...