"Kay!" Ali menepuk-nepuk pelan pipi Kaylee. Adiknya itu terlelap di sofa rumah sakit, di dalam kamar inap papinya. Papi Vano sudah melewati masa kritisnya, namun kondisinya masih lemah. Semalam Papi Vano sadar setelah koma selama tiga hari.
Kaylee menggeliat.
"Woi, bangun ilah." Ali menepuk sekali lagi pipi Kaylee. "Ayo balik, kita harus sekolah."
Kaylee membuka matanya, "Kay gak mau sekolah ah. Izin aja. Mau jagain papi hari ini."
"Lo harus sekolah. Lagian ni ya, papi biarin istirahat dulu, siapa tau pas kita kesini lagi papi udah membaik keadaannya. Kalo ada lo, kasian papi. Itu suara kan berisik banget kalo ngejeplak." Kata Ali meledek. Tentu Kaylee memberengut. Masih pagi tapi ngajaknya perang. Abangnya doang dah.
"Hina gue sesuka hati lo bang."
Ali tertawa lucu, "Baperan lo ah. Ayo balik."
"Terus papi sama siapa?"
"Sama mami, adekku sayang. Bentaran lagi mami sampe sini kok. Udah nelepon gue tadi." Ali beranjak, mendekati brankar papinya.
Tangannya Ali terulur menggenggam jemari Papi Vano, "Papi, cepet sembuh. Ali tau papi orang yang kuat. Buktinya papi berhasil melewati masa kritis papi kan?" Ujarnya pelan. Kaylee yang sudah berdiri di samping Ali, langsung memeluk lengan abangnya. Mau nangis lagi masa. Gak tega sama papinya.
Ali melirik sekilas Kaylee, "Jangan nangis lu ah. Ganggu papi yang lagi tidur." Ucapnya berusaha menghibur Kaylee kala gadisnya itu sudah siap menumpahkan air matanya lagi.
"Abaaaaanggggg!" Kaylee membenamkan kepalanya di dada Ali. Aaahhhh, kenapa akhir-akhir ini dia cepet banget nangisnya sih?
Ali terkekeh pelan, "Idieh, dasar cengeng."
Tak berselang lama, mami Rietta membuka pintu. Ia tersenyum sembari berjalan mendekati kedua anaknya.
"Masih pagi udah peluk-pelukan, kenapa si?" Tanyanya terkekeh. Senang juga sih ngelihatnya. Moment yang jarang terjadi.
Kaylee enggan melepaskan pelukkan pada Ali. Malu dia ketahuan nangis depan mami.
"Tau ih, ngapa sih peluk-peluk gue? Udah keleus. Ada mami nohh.." kata Ali meledek adiknya lagi.
"Gak mau! Nanti mami ngeledek Kaylee."
Maminya terkekeh. Ia menarik lengan Kaylee agar anak bungsunya itu menatap ke arahnya. "Kaylee gak boleh nangis lagi. Cukup kemarin ya sayang kita nangis-nangisan. Kan papinya juga udah melewati masa kritisnya. Kalo Kaylee tangisin terus nanti papi sedih. Sekarang gimana caranya kita untuk buat papi lebih kuat dan bisa melewati kondisi lemahnya." Ujarnya membuat Kaylee mendongak menatap manik mata maminya.
"Kaylee gak boleh nangis?" Tanya Kaylee.
"Gak. Lo resek kalo lagi nangis. Main nemplok-nemplok di badan gue." Ali yang menjawab. Dasar kampret.
Mami Rietta tertawa, "Udah sana kalian berangkat sekolah! Belajar yang bener. Ali apalagi, jangan bolos-bolos pm. Udah mau ujian nasional. Kalo gak lulus mami kirim kamu ya ke luar negeri. Biar jadi gembel disana."
Ali mengerecutkan bibirnya, "Doa mami jelek banget sih. Yaudah ya, Ali jalan sekarang. Harus ke rumah dulukan ganti baju." Katanya menyalami tangan Mami Rietta.
"Kaylee berangkat ya mi." Kaylee ikut menyalami tangan Mami Rietta.
"Iya, hati-hati ya! Ali jagain Kaylee!"
"Siap komandan."
"Tapi nanti Kaylee pulang bareng Arga ya mi?"
"Iya sayang. Langsung pulang ya. Jangan ngelayap."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Boyfriend
FanfictionAwalnya si kesal gitu punya teman seorang badboy. Suka seenaknya. Biang rusuh. Tukang ribut. Annoying banget pokoknya. Tapi, lama-lama pandangan gadis berparas mungil itu berubah. Sejak 'badboy' itu menyatakan perasaannya, dunianya seakan lebih berw...