"Bor, Ali tuh kemana sih? Dia udah dua hari gak ada kabar. Prilly juga kalo ditanya tentang Ali kaya gak niat jawab gitu." Rien bertanya, tapi mulutnya terus mengunyah nanas yang terlihat segar itu.
Samudra menggeplak kepala Rien, "Telen dulu nanas lo di dalam mulut. Nanti keselek bayi lu ikutan mati lagi. Kan kesian Elga."
"Bangcad kau Sam."
Nata yang lagi serius nusukin cilok ikut bersuara, "Kayanya mereka lagi berantem deh. Masih dengan persoalan yang sama, gara-gara perang sama toyib."
"Kasian si bang Ali. Ka Prilly marah banget kayanya." Langit ikut memberikan pendapat, "Kenapa gak coba tanya Kaylee? Dia pasti tau dimana abangnya."
Gavare mengotak-atik ponselnya. "Gue baru chat Kaylee. Terakhir Ali ngechat dia malem itu, setelah kita perang, Ali pamit ke villa papinya di puncak. Habis itu dia gak pernah hubungin Kaylee lagi."
"Kata si Arga juga Kaylee nangis terus mikirin abangnya. Maklum, dia khawatir sama Ali." Kata Samudra. Dia lagi mikirin gimana caranya nyatuin Ali dan Prilly lagi.
Tiba-tiba Elga datang bersama Aldera dan seorang cowok, ya, bisa dibilang mirip dengan Elga. Aldera langsung menghampiri Nata. Tuhkan, si Nata memang nyebelin. Aldera datang aja dia gak engeh, masih serius makanin cilok.
"By!" Panggil Aldera, berusaha sabar.
Nata menoleh lalu menyengir lebar, "Eh? Kok udah sampe aja sih? Kapan nyampenya? Gak engeh aku."
"Mati aja lu!" Gerutu Aldera.
"Siapa ni El, Al?" Tanya Gavare tanpa basa basi. Bukan gak mau basa-basi sih, tapi dia orangnya kepoan. Langsung to the point.
Elga tersenyum lebar, "My twins." Jawabnya singkat yang mampu membuat Rien tersedak nanas. Buru-buru Samudra memberi air minum sebelum temannya metong. Eh. Wkwk.
"Napas makanya! Lu kalap banget sih kalo liat nanas," Gavare terbahak. Mampus yen mampus.
Rien mengelap tangannya yang sedikit basah. Lalu ia mengulurkan tangannya pada kembaran Elga itu. "Adrien Sagara, calon suami Elga."
Nata terkekeh, "Bodoamat anjeng."
Cowok tadi tersenyum, "Gara. Kembarannya Elga."
"Salam kenal bor!" Gavare, Samudra dan Nata langsung bertos ria dengan Gara. Ngapa si Gara ganteng bat dahhhh? Suka akutu.
"Thanks guys. Semoga bisa berteman baik." Balas Gara. Tidak butuh waktu lama untuk pendekatan. Mereka memang gitu, welcome dengan siapapun.
"Jadi gimana, ada perkembangan info soal Ali ataupun Prilly?" Tanya Aldera balik ke tujuan awal mereka bertemu malam ini. Membicarakan soal Ali, Prilly dan juga Kaylee. Drama rumah tangga yang belum selesai-selesai.
Samudra menggeleng, "Enggak ada. Bahkan Kaylee pun gak tau Ali dimana sekarang." Jawabnya lesu.
"Apa kita perlu samperin villa nya Om Vano? Pastiin aja sih dia ada disana atau enggak. Jujur gue takut. Pikiran dia lagi kalut banget, papinya aja belum sembuh total." Kata Gavare. Tumben bener mas.
Nata memberi pendapatnya, "Jangan deh. Biarin dulu sampe besok, kalo emang gak ada info apa-apa, baru kita cek Ali kesana. Ya tapi jangan semua. Perwakilan."
"Nah. Gue setuju,"
"Yaudah gitu aja."
"Siap."
🌌🌌🌌
"Ka, Kaylee mohon sama kakak, maafin abang. Maafin abang yang selalu bikin kakak sedih. Kaylee gak tega liat abang kaya gini ka. Kaylee takut abang disana berbuat hal yang lebih parah. Abang butuh support kita ka. Kaylee gak bisa nyamperin abang sendirian. Abang butuh kakak juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Boyfriend
FanfictionAwalnya si kesal gitu punya teman seorang badboy. Suka seenaknya. Biang rusuh. Tukang ribut. Annoying banget pokoknya. Tapi, lama-lama pandangan gadis berparas mungil itu berubah. Sejak 'badboy' itu menyatakan perasaannya, dunianya seakan lebih berw...