"BUGHH.."
Ali melayangkan tinjuannya pada seorang lelaki yang kini tengah berdiri di hadapannya. Entah sejak kapan keduanya beradu jotos seperti itu di pinggir lapangan. Ali yang memang mudah terpancing emosinya, langsung kesal melihat Nicko, anak kelas 12-IPS5. Nicko memang terkenal dengan 'kenakalannya'. Kalau Ali and the geng nakal, nah ini lebih brutal nakalnya. Gak bisa ditolerir.
"Bro, udah bro!" Gavare berusaha memisahkan Ali dengan Nicko. Selain beradu jotos, keduanya pun saling melemparkan tatapan tajam seolah bendera perang sudah dikibarkan. "Tahan emosi lo!" Kata Gavare lagi.
Nata maju selangkah, mendorong bahu Nicko agar cowok itu mundur, lalu Nata menatap tajam Nicko, "Gak usah songong lo jadi manusia! Sok-sokan ngajak perang. Urusin aja deh masalah lo!" Ketusnya.
Nicko mengepalkan tangannya, "Sorry yaa, gue gak ada urusan sama lo. Urusan gue sama Biru!"
"Gue? Punya urusan sama lo? Cihhh... gak level!" Ali tertawa singkat, lebih tepatnya tertawa miris. "Satu lagi, kalo emang lo mau jadi kapten basket, ambil dah sana jabatannya! Gue gak minat."
Jadi tuch ya geng, masalahnya si sebenarnya simple. Bukan Ali yang salah, tapi memang si Nicko nya aja yang cari masalah.
Tadi Nicko dengan sengajanya berjalan menabrak bahu Rien cukup keras. Karena Ali tahu Nicko itu sengaja, makanya ia langsung emosi. Dan tiba-tiba saja Nicko menyerangnya.
Dari zamannya kelas sepuluh, Ali dan Nicko memang tidak pernah akur. Selalu ribut. Nicko juga sebenarnya iri sama Ali. Nicko iri karena Ali diangkat jadi kapten basket dengan mudahnya. Dan... pamor ketenaran Nicko kalah jauh dari Ali. Nicko kalah famous dari Ali, walau nyatanya wajah Nicko pun terbilang tampan. Tapi Ali lebih tampan.
Nicko ingin melayangkan tinjuannya pada Ali, Ali dengan cepat menahannya. "Lo cabut sekarang, atau gue bikin leher lo patah detik ini juga." Kata Ali serius.
"Gue gak takut." Tantang Nicko.
Ali tertawa lagi, melirik para sahabatnya yang juga tertawa, "Guys, kita ramean kan yaa.. bisa dong bikin leher ni anak patah dalam hitungan detik... siap????"
Nata, Samudra, Gavare dan Rien mengangguk cepat.
"Mulai dari gue yaa!" Rien mulai mengambil aba-aba. Kedua kepalan tangannya siap mendarat di wajah Nicko.
"STOPPPPPPP!"
Jeritan seorang cewek yang jaraknya tak jauh dari mereka terdengar. Iya si Prilly. Paling gak suka ni dia kalau ngelihat Ali ribut kaya gini. Pakai acara adu jotos.
Ali menghela napasnya kasar.
Dia gak cuma punya urusan sama Nicko, tapi sama Prilly juga. Ali yakin setelah ini Prilly akan mengomel panjang lebar, memarahi Ali yang ribut.
"Lo mundur!" Prilly menarik jas sekolah Rien, Gavare, Samudra dan Nata. Membuat ke empat cowok itu mundur beberapa langkah. Menyisakan Ali, Nicko dan dirinya yang memposisikan di tengah-tengah Ali dan Nicko.
Prilly melirik Ali lebih dulu sambil berkacak pinggang. Tak lupa ia memberikan tatapan tajamnya pada Ali, "Lo masih mau mukulin anak orang? Kapan berubahnya kaya gitu? Katanya mau berubah! Tapi terus aja pukul-pukulan gitu." Ocehnya membuat Ali meringis pelan. Nyeri di sudut bibirnya akibat pukulan Nicko kalah dengan telinganya yang panas karena ocehan Prilly.
"... Dan, lo! Mau lo tuh apa sih sebenernya? Jadi jagoan? Apa mau jadi preman?" Prilly beralih pada Nicko, "Kalo mau jadi murid brandal, mending lo cabut deh dari Andromeda! Gak guna juga ada murid kaya lo! Sekolah tuh buat cari prestasi, bukan cari musuh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Boyfriend
FanfictionAwalnya si kesal gitu punya teman seorang badboy. Suka seenaknya. Biang rusuh. Tukang ribut. Annoying banget pokoknya. Tapi, lama-lama pandangan gadis berparas mungil itu berubah. Sejak 'badboy' itu menyatakan perasaannya, dunianya seakan lebih berw...