34

13.8K 1.3K 236
                                    

"Sorry ya, gara-gara gue lo kena hujat gitu." Senja menatap tidak enak pada Ali. Hanya karena memposting foto dengan Ali, dia dan dirinya langsung diserang netijen. Terlebih Ali, jujur Senja tidak enak.

Ali terkekeh, "Santai bubos. Gue udah kebal. Biarin aja ah. Terserah mereka mau ngelakuin apa. Selagi gue ngerasa gue gak salah ya bodo amat. Omongan orang bagaikan angin lalu buat gue."

"Ya iya sih. Tapi lo terlalu santai. Lo apain kek biar mereka diem. Gue tau kali rasanya dihujat gimana. Dikatain segala macem." Senja meletakan sendok beserta garpu. Tadi Ali ngajak pergi makan, berhubung dia lagi kepengen soto jadi yaudah dia mengiyakan ajakan Ali. Sekalian ngobrol juga.

"Ngapain amat anjir! Percuma ah, buang-buang waktu. Mending gue belajar. Lagi ujian." Kata Ali santai. "Lagian ni ya, hidup gue gak punya banyak waktu buat ngurusin komentar netijen."

"Hahaha bagus juga pemikiran lo. Gue kira lo cuma taunya kabur-kaburan aja." Ledek Senja membuat Ali mendengus. Iya tau iya, Ali memang sebrutal itu. Yang sukanya kabur-kaburan.

"Yeeeee gue kabur kalo lagi khilap aja."

Senja menatap Ali serius. "Beneran deh, Ru, gue gak enak sama lo. Gegara kedatangan gue ke hidup lo, lo dihujat banyak orang. Apalagi sampe ada masalah sama temen-temen lo."

"Senja apa deh ah. Kan gue bilang santuy aja. Lo gak salah. Ya masa gue gak boleh temenan sama siapa aja. Hidup gue bukan di tangan netijen. Sorry sory aja ni ya." Ali menghentikan makannya. Lalu ia ikut menatap Senja. "Udah, lo gak usah pikirin gue. Justru harusnya gue yang gak enak sama lo. Harusnya gue yang ngelindungin lo."

Senja menggelengkan kepalanya. Sudahlah sudah. Kalau mereka terus membahas soal ini, tidak akan ada akhirnya. Semua yang mereka lakukan, walaupun benar, akan tetap terlihat salah.

"Stoppp stoppp! Bahas yang lain kekkk.." kata Senja.

"Ya lo duluan bahas ginian! Ngilangin napsu makan gue anjir. Hahahaha."

"Ru abis ini temenin gue kuy."

"Kemana?"

"Cari kado buat bunda lo?" Tanya Ali lagi.

"Iya. Tapi lo bantuin pilih ya! Nanti sekalian gue kenalin sama bunda. Dia penasaran sama lo katanya."

"Bilang aja sama bunda lo, Biru orangnya ganteng. Manis pake banget lagi. Nyesel kalo gak kenal." Ali tertawa sendiri. Senja hanya memasang wajah cemberutnya.

"Ye si peses, percaya diri sekali kamu!"

"Iya dong harus."

"Ini lo jalan sama gue gak ada yang marah gitu?"

"Kagak. Santai si santai. Everythings gonna be okay."

"Hidup lo terlalu santai Ru. Satu lagi, hidup lo terlalu baik sama orang."

"Kata nyokap gue, kita harus baik sama siapa pun itu. Karena kita gak tau apa yang bakal terjadi kedepannya. Siapa tau kita ngebutuhin mereka yang udah jahatin kita. Life is simple, ses."

"Ujung kalimat lo gak enak!"

"Haha bercanda. Yaudah kuy, udah kelar kan makannya?"

"Iya udah."

"Berhubung gue yang ngajak lo makan, berarti gue yang bayar. Lo sana aja sana, tunggu mobil ye."

"Iya Biru. Subhanallah sekali bacotnya."

"Ehehehe."

🌌🌌🌌

"NYET, SUMPAH YA! LO HARUS JELASIN APA YANG TERJADI! GILA SI, LO BIKIN SOSMED HEBOH GITU." Rien menggebrak meja di depannya lumayan keras. Cukup membuat Ali, Prilly dan Senja terkejut. Iya, mereka berempat lagi berkumpul di sebuah tempat makan. Atas paksaan Rien karena dia sudah gerah dengan komentar-komentar netijen yang menyudutkan sahabatnya.

The Perfect BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang