"Bro, gue duluan ya!" Ali melambaikan tangannya dengan riang. Sehabis latihan basket ia langsung bergegas balik. Langkahnya pun semakin cepat menuju lobi sekolah, sebab Prilly sudah menunggu Ali sejak satu jam yang lalu disana. Keduanya akan pulang bersama, tepatnya sih Ali yang mengajak Prilly pulang bareng. Kebetulan juga Prilly habis mengerjakan tugas kelompok bersama Karin, Aldera dan teman yang lain. Kalau tugas kelompok Ali and the geng mah gampang, punya niatan buat ngerjain aja sudah syukur banget.
Ali semakin mendekati Prilly. Cewek itu sedang berdiri dengan headset yang tersumpal di kedua telinganya. Kepalanya digoyangkan seraya mengikuti alunan lagu yang terdengar.
"Haiii," sapanya sembari menoel lengan Prilly agar cewek itu menoleh.
"Eehh? Udah kelar? Lama banget, tai." Omel Prilly cemberut. Ia mencabut headset dan mematikan lagu yang berputar lalu memasukan ponselnya ke saku jas sekolah.
"Sorry deh. Tumbenan banget tadi pak Zai nambahin waktu buat latihan, mungkin ya karena buat perlombaan nanti."
Prilly sedikit memicingkan matanya curiga, menatap Ali dengan tatapan selidiknya. "Lo benar latihan kan? Bukan mojok sama Qenzy? Anak basket sama cheers pasti latihan bareng!" Tudingnya yang justru membuat Ali terbahak.
"Hahaha, aduhhh cantikkk, ngapain gue mojok sama mantan yang modelannya kaya biji ketumbar gitu. Ieuww, gak banget deh."
"Alah, gitu-gitu dia juga mantan lo. Pernah bikin lo mabuk kepayang karena kecantikkannya." Cibir Prilly mendengus. Giliran sudah mantan aja dijelek-jelekin, dulu coba, pasti dipuji-puji deh.
"Sewot amat sihhh neng. Sekedar mantan doang, gak lebih kali. Gak usah cemburu," kata Ali terkekeh.
Prilly memutar bola matanya malas, lalu berkata, "Ayo balik. Udah jam lima, keburu macet parah." Ajaknya kemudian berjalan mendahului Ali.
"Ayo."
Kedua sejoli itu melenggang menuju parkiran. Hari ini Ali membawa mobil sportnya. Berhubung tadi pagi berangkat tidak terlalu siang, jadi Ali memutuskan membawa mobil. Ali akan bawa motor kalau dia sedang kesiangan saja. Supaya tidak terjebak macet.
Sesampainya di mobil, Ali membukakan pintu penumpang di depan untuk Prilly. Ditambah dengan senyum manis yang Ali berikan.
"Silahkan calon pacarnya Biru,"
"Masih calon, gak usah geer." Jleb. Prilly balik ke sifat juteknya lagi. Maklum lah, kalau dia badmood pasti yang kena Ali juga. Siapa suruh membuat Prilly menunggu lama tadi.
Ali hanya diam. Kemudian cowok itu memutar depan mobil untuk duduk di kursi penumpang. Setelahnya Ali menancapkan gas ke rumah Prilly yang hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit kalau jalanan tidak macet.
Di dalam mobil terjadi keheningan. Hanya ada suara radio mobil Ali yang terdengar. Sampai akhirnya Ali ikut bernyanyi saat lagu kesukaan Prilly berkumandang.
Ku tuliskan kenangan tentang, caraku menemukan dirimu,
Tentang apa yang membuatku mudah berikan hatiku padamu.
Dua bait tersebut merupakan bait yang sangat menggambarkan keadaan hati Ali saat ini. Dari sekian banyaknya mantan Ali dan dari sekian bejibunnya gebetan Ali, entah kenapa, rasa cinta yang Ali punya hanya tulus untuk Prilly seorang. Kalau sama mantan, Ali kayaknya belum ada di tahap cinta deh. Mungkin suka atau tidak hanya kagum.
Prilly menoleh melirik Ali sembari menahan senyumnya. Ini lagu kesukaannya, ditambah pula Ali menyanyikan lagu itu dengan suara merdunya. Entah melayang kemana rasa badmood Prilly, tetiba ia merasa senang ketika mendengar Ali menyanyikan lagu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Boyfriend
FanficAwalnya si kesal gitu punya teman seorang badboy. Suka seenaknya. Biang rusuh. Tukang ribut. Annoying banget pokoknya. Tapi, lama-lama pandangan gadis berparas mungil itu berubah. Sejak 'badboy' itu menyatakan perasaannya, dunianya seakan lebih berw...