"Gue pamit ya. Lo baik-baik disini. Gue cuma seminggu kok."
Kaylee menggeleng keras, "Gak ya bang! Gue gak mau lo kabur-kaburan kaya gini! Gak lucu plis. Seenggaknya lo izin yang bener sama papi."
Dante menghampiri keduanya. "Ngapain sih lo berdua? Bacot banget. Ehhhh? Kok lo bawa koper Li? Mau kemana? Liburan ya? Ih najis lo gak ngajak!" Cerocosnya ketika melihat koper yang Ali pegang.
"Gue titip rumah. Jagain mami sama Kaylee. Lo ngelayap mulu awas aja si. Abis sama gue." Kata Ali menghiraukan bacotan sampah Dante, eh wkwk.
"Bilang dulu sama gue lo mau kemana?"
Kaylee tiba-tiba nangis. "Banggg, jangan gini plisss. Lo gak kasihan sama mami? Dia gak bisa jauh dari lo bang. Dia bakal gak baik-baik aja tanpa lo." Ujarnya. Ia beralih memeluk Ali. Gak bisa, gak bisa. Kaylee gak bisa jauh dari Ali. Gak bisa jauh dari abang bacotnya.
"Eh, apan si? Kok lo malah nangis Kay?" Tanya Dante bingung.
Ali memeluk Kaylee pula. Sebenarnya gak tega, tapi ya mau gimana? Kalau tidak seperti ini masalah tidak akan selesai. Harus ada yang mengalah demi menyelesaikan ini semua.
"Banggg plisss jangaaaannn. I'm nothing without you. Lo pasti tau seberapa hancurnya gue tanpa lo. Apa lo seneng ya ngeliat gue kaya gak punya tujuan hidup gituuuuu?"
"Gak gitu. Gue kan harus ngobrol sama opa. Kebetulan opa gak bisa ke Indonesia. Jadi ya gue harus kesana." Tutur Ali menghapus air mata adiknya. "Itung-itung lo belajar ya kalau seandainya nanti gue beneran pindah." Sedikit candaan Ali lontarkan.
"Gakkkk lucuuuuu lo bambanggggg!!! Gue gak mau pisah sama lo! Titik gak pake koma!!!!!!!"
Dante menghela napasnya. "Jadi lo mau kabur ke Belanda? Mau ngobrol sama opa? Gue ikut dah. Siapa tau gue bisa bantu."
"Gak. Kalo lo ikut siapa yang jaga rumah? Gue nugasin lo diem disini." Jawab Ali. Dante kepo deh.
"Yailah gitu amat."
"Bacot lo bangsate."
"Lo flight jam berapa bang?" Tanya Kaylee. "Bisa gak di cancel gitu? Demi dah, gue gak mauuuuuuuu lo pergiiiiii!"
"Gak bisa dong. Kesian opa yang udah beliin tiket."
"Ih najis! Yaudah sana pamit dulu sama mami. Nanti gue anter lo ke bandara."
Ali mengangguk, lalu ia melangkah keluar kamar menemui maminya. Ini sulit. Tapi ini harus Ali lakukan. Semua demi masa depannya.
"Udah udahhhh, lo jangan sedih. Ali strong kok. Lagian kalo Ali gak ada, kan ada gue hehe." Dante memeluk Kaylee. Dia sayang banget sama Kaylee. Adiknya Biru kan adiknya dia juga.
"Gue gak bisa pisah sama bang Biru. Gue gak bisa."
"Lo harus belajar. Bener apa kata Ali tadi. Udah ya? Gak usah sedih. Nanti mami ikutan sedih."
"Semua bakal baik-baik aja kan bang?"
"Iya. Everything is fine. Lo percayain aja semuanya sama Ali. Dia tau mana yang harus dia selesaiin."
Ali menghampiri maminya yang sedang duduk sembari menonton televisi di ruang keluarga. Mau pamit sama Mami kok rasanya berat banget ya? Pasti mami gak akan kasih izin.
"Mi," panggil Ali pelan.
"Ya, boy? What happen?"
"Ali mau minta izin."
"Mau kemana lagi si? Ini udah jam delapan loh Li? Ketahuan papi keluar malem diomelin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Boyfriend
FanfictionAwalnya si kesal gitu punya teman seorang badboy. Suka seenaknya. Biang rusuh. Tukang ribut. Annoying banget pokoknya. Tapi, lama-lama pandangan gadis berparas mungil itu berubah. Sejak 'badboy' itu menyatakan perasaannya, dunianya seakan lebih berw...