"Berisik lo, mak lampir."
Ali berdecak setelah menerima telpon dari Kaylee. Adiknya itu meminta untuk pulang bersama dengan beralasan Arga tidak bisa mengantarnya pulang. Padahal masih ada ojek online atau sejenisnya, bahkan Kaylee bisa dijemput supir, tapi anehnya adiknya itu menolak keras. Mau pulang bareng Ali aja katanya.
Samudra menoleh, "Lo telponan apa ngajak berantem sih? Bacot banget, anjir!" Katanya sembari mengemasi beberapa buku dan memasukannya ke dalam tas.
"Lo bacot, bego!"
"Jih, monyed."
Karin menoleh ke belakang, "Terus aja ngomong kasar. Yang satu bego, yang satu monyed, tua nanti mau jadi manusia apa lo berdua?!"
"Manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa."
"Manusia ganteng."
"Enyah aja lo berdua!" Karin menggeleng heran. Memang dasar dua manusia yang otaknya tertinggal di perut waktu mereka lahir. Duh, yaampun!
"Ayooo, gais! Cabutttt!" Ajak Rien semangat.
"Napa semangat banget lu, kutil?"
Rien cengengesan, "Mau ngedate."
"Sama siapa?"
"Ya siapa lagi,"
"Elga?"
"Yup."
Nata menggeplak kepala belakang Rien, "Tembak dulu bego! Ngajak jalan mulu tapi statusnya masih temenan? Bego bener jadi cowok!" Sinisnya.
"Seorang Adrien lemah kalau berurusan dengan cinta, bung." Ledek Aldera tertawa puas, "Besok gue mau komporin Elga ah, suruh jauh-jauh dari Rien. Abisnya cowok kok mental tempe. Kasian banget temen gue yang cantik itu harus digantungin sama cowok modelan kaya lo. Gue yakin, di luar sana banyak cowok yang lebih berani buat jadiin Elga pasangannya. Gak kaya lo!" Sebenarnya Aldera hanya ingin menguji keberanian Rien. Bukannya mau ikut campur atau apa ya, tapi dia gemas aja melihat Rien dan Elga. Dekat tapi tanpa status. Miris gais.
Gavare ikut tertawa, ia menepuk-nepuk bahu Rien, "Hahaha, denger tuh bacotannya Aldera, bener tau. Keburu Elga direbut cowok lain, lo baru nyaho!"
"NGACAAAAA WOI NGACAAAA!"
"NGACA NI PAKE MEJA!"
"GOBLOK BANGET DONG TEMEN GUE."
"SESAMA MENTAL TEMPE JANGAN SALING MENGHINA PLIS."
"GUE JADI VASYA SIH LANGSUNG NGEJAUH."
Vasya geleng-geleng. Sudah hapal tabiatnya Gavare dia. Gavare seperti itu bukan tanpa alasan kok. Lagi pula mereka berdua sudah pernah membahas ini, yang lain memang tidak tau. Gavare dan Vasya sepakat bersahabat baik untuk saat ini. Mungkin setelah hari kelulusan nanti, keduanya baru membicarakan hal ini lagi. Gavare masih perlu mengenal sosok Vasya begitu pun sebaliknya.
"Sya, nongki-nongki yuk, gue cariin cowok buat lo dah. Yang lebih-lebih dari Gavare, minimal berani nyatain perasaannya lah." Ujar Aldera kembali. Gemas juga dia sama pasangan Gavare-Vasya.
"Atau mau gue kenalin sama temen-temen nongki gue di rumah?" Aldera masih gencar menggoda sahabatnya. Iya, dia se-excited dan se-anarkis itu.
Nata menoyor kening Aldera, cowok itu terkekeh. "Gaya banget lo!" Katanya yang ikut membuat Aldera terkekeh.
"Ngomul aja lo terus, sampe gerbang sekolah ditutup." Suara Prilly terdengar, "Lanjutin ye, gue cabut duluan."
Ali cuma ketawa aja. Dia mengikuti langkah Prilly yang mulai meninggalkan kelas, sampai di ambang pintu Ali menengok sejenak lalu berujar, "Daahhhh gais, prince dan princess balik dulu ya! See you tomorrow!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Boyfriend
FanfictionAwalnya si kesal gitu punya teman seorang badboy. Suka seenaknya. Biang rusuh. Tukang ribut. Annoying banget pokoknya. Tapi, lama-lama pandangan gadis berparas mungil itu berubah. Sejak 'badboy' itu menyatakan perasaannya, dunianya seakan lebih berw...