Suara bising malam hari membangunkan Athma dari tidurnya, ia membuka pintu kamarnya dengan perlahan, mencoba mengintip apa yang terjadi.
"Dia bukan anak ku!! Dia anak hasil perselingkuhan mu dengan brandalan itu!!"
"Kurang ajar kamu!! Kamu pikir saya wanita murahan?! Dia anak mu!! Anak kandung mu!!"
"Enggak!! Aku tahu semuanya!! Lebih baik bawa pergi anak itu!!"
"Tega kamu mas!! Dia anak kandung mu!! Kalau kamu tidak percaya, tes DNA!!"
"Untuk apa?!! Anak haram tetap anak haram.."
"Athma bukan anak haram!!!" Jerit wanita itu lalu pergi.
"Kalau kau ingin pergi, bawa anak mu itu!! Gak sudih aku membesarkannya!!"
Athma menutup kembali pintu kamarnya, ia berlari menuju kaca jendela kamarnya, ia menatap sang ibu yang menangis lalu pergi.
"Mamah.." panggilnya kecil.
Air matanya mengalir, membasahi pipi chabi miliknya. Hanya kamar yang gelap dan sunyi ini yang menemani malam si kecil Athma. Isakan tangisnya mulai terdengar, semakin lama semakin kencang.
"Diam!!" Athma menangis lebih kencang dari sebelumnya. Ghandi menghampiri Athma, lalu mengambil sebuah bantal di atas kasur dan menekan wajah Athma dengan batal tersebut.
Suara isakan tangisnya menghilang, yang Athma rasakan hanyalah sesak nafas, ia membutuhkan udara. Kakinya menendang-nendang, mencoba untuk meronta.
"Kak!! Kak Athma! Kak Athma kenapa?!" Ujar Rani yang melihat Athma kesulitan bernapas. "Kak bangun kak!!" Ujarnya lagi sambil menarik tangan Athma sampai ia terbangun dari mimpinya.
Athma termenung, tatapannya kosong. Keringat membasahi keningnya. "Kakak gak papa?" Tanya Rani yang menghilangkan lamunannya.
Athma hanya membalasnya dengan senyum, "kakak gak papa." Rani masih menatap Athma dengan khawatir.
"Rani, panggilin emak ya." Athma menggeleng.
"Enggak usah, kakak gak papa kok." Rani terdiam.
"Kalau gitu bangun, kakak gak sekolah?" Athma menggeleng.
"kayanya hari ini, kakak mau istirahat. Mau tidur sampe sore, jangan ngintip-ngintip ya.." ujar Athma menggoda Rani yang langsung pergi meninggalkannya.
Athama kembali menutupi tubuhnya dengan selimut, matanya menatap kosong kaca dinding dingin kamarnya. "Anak haram.." air mata Athma kembali menetes lama kelamaan penglihatannya menggelap.
***
"Karin!!" Panggil Raka dengan roti di tangannya, "ini buat kamu.." ujar Raka sambil menyodorkan roti itu.
"Makasih!" Jawab Karin sambil tersenyum senang.
"Kamu enggak lupa kan lusa ulang tahun mamah?" Tanya Raka.
"Masa lupa.. kan ulang tahun calaon mertua.." jawab Karin dengan tersipu malu.
Raka mencium pipi Karin, "kalau gitu, besok aku jemput! I love you!!" Ujar Raka lalu lari.
Karin mematung, ia menyentuh pipi yang baru saja di cium oleh Raka. Pipinya memerah, senyum senang terukir di bibirnya. "I love you to.." jawabnya.
Karin berjalan ke arah ruang latihan dengan tangan yang masih memegangi pipinya.
"Lagi sakit gigi?" Tegor Gladis yang berada di depan pintu. Dengan sepontan Karin melepaskan tangan dari pipinya. "Eng-enggak.. tadi ada nyamuk nakal." Ujar Karin dengan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik
Teen FictionCantik adalah seorang gadis yang memiliki bobot 115kg dengan tinggi badan 157cm dan kulit yang 'tan' karna hal itu menjadikan ia sebagai olokan teman-teman sekolahnya. Ejekkan demi ejekan selalu ia dengar tiap harinya. ia tidak pernah merasakan paca...