Perpisahan Sementara

1.2K 98 31
                                    

"Cantik!" Panggil Dwi dari luar kamar Cantik.

"Iya?" Sabut Cantik dari dalam.

"Keluar, dulu nak, Bunda sama Ayah. Mau ngomong.." Cantik pun keluar dari kamarnya.

"Ngomong apa, Bun?" Tanya Cantik penasaran.

"Makanya, sini dulu." Dwi merangkul Cantik ke tempat dimana Ardi yang sudah menunggu.

"Sini, duduk dulu." Ucap Ardi.

"Ada, apaan sih ini?" Cantik pun duduk.

"Gini, Ayah dinaikan jabatannya.." Cantik tersenyum.

"Bagus, dong! Makan-makan dong!"

"Tapi.." ujar Ardi terjeda. "Kita, sekeluarga bakal pindah." Lanjutnya yang membuat Cantik kaget.

"Pindah kemana?!" Tanya Cantik.

"New York," Cantik tercengang tak percaya. "Kamu lanjut kuliah disana." Lanjutnya.

"Cantik, enggak mau." Tolak Cantik.

"Bunda sama Ayah juga enggak mau, tapi ini udah tuntunan kerja." Sahut Dwi.

"Kalau gitu, cari kerja aja ditempat lain." Ucap Cantik yang membuat Ardi menggelengkan kepalanya.

"Enggak segampaing itu."

"Pokoknya Cantik enggak mau."

"Kita disana cuman lima tahun, setelah itu kita balik lagi ke sini. Paspor dan surat-surat lainnya sidah siap." Ujar Ardi.

"Kalau gitu, Cantik disini aja! Ayah sama Bunda aja yang kesana." Sahut Cantik.

"Kamu mau sama siapa disini?! Siapa yang jagain kamu!" Tanya Dwi dengan nada yang meninggi.

"Udah-udah. Cantik, Ayah enggak mau tau. Kamu mau atau enggak. Lusa kita berangkat!" Final Ardi.

Cantik pun berlari menuju kamarnya, lalu menutup pintu kamarnya dengan kencang.

"Astagfirllah, anak itu! Lama-lama kenapa sifatnya seperti itu.." ujar Dwi mengelus dadanya.

"Udah, biarin." Ujar Ardi.

***
Raka menatap layar ponselnya hampa.

"Raka!" Panggil Reni yang memasuki kamarnya.

"Kenapa, Mah?"

"Mamah minta tolong, besok ambilin baju jaitan Mama di tempatnya tante Dermi."

"Ck! Mamah ini, ganggu loh. Besok itu Raka mau tidur sampe sore!" Ujar Raka kesal.

"Kamu ini, disuruh orang tua kaya gitu! Kalau Mamah udah gak ada, tau rasa kamu!"

"Iya, iya! Rak ambilin." Reni lun keluar dari kamar Raka.

***
Cantik menangis, ia membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya ketika di New York nanti. Di dalam negaranya saja, ia sudah dibully. Apa lagi, di negara orang.

"Aku enggak mau.." ujarnya sambil terisak.

Air mata Cantik tak henti-henti, membuat matanya lama kelamaan membengkak.

Sampai akhirnya mata itu pun kelelahan, menutup sendiri, lalu membiarkan Cantik untuk masuk kedalam mimpinya.

***
Embun pagi menyelimuti rerumputan, kehangatan matahari belum mampu membangunkan Athma dari tidurnya.

Namun, suara aduh diluar tendanya, mampu membuatnya mengunpat kesal.

"Berisik!" Jeritnya sambil keluar dari tendanya.

CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang