Filosofi bunga..

1K 110 1
                                        

"Bun?!" Panggil Cantik.

"Iya, sebentar!" Sahut Dwi dari dapur.

"Aku berangkat dulu ya!" Ujar Cantik.

"Iya sayang, hati-hati." Ujar Dwi menyalami Cantik.

Rasanya Cantik tidak ingin pergi kesekolah saat ini, namun ia tidak ingin membuat Dwi khawatir. Mau tidak mau, apa yang akan terjadi nanti. Itu adalah sebuah ujian baginya. Ujian kehidupan.

Seperti biasa, Cantik berjalan kaki kesekolahnya. Berat badan Cantik mulai berkurang walau hanya 2kg, tapi hal itu sudah membuat Cantik sangat senang dan bersemangat untuk terus melakukan diet.

***
"Cantik dan Athma ikut saya!" Ujar Pak Didit yang baru saja menyelesaikan pelajarannya. Murid-murid yang mendengar itu menatap Cantik yang berjalan di belakang Athma dengan tatapan kesal.

"Kalian belum mengumpul laporan hasil penelitian?" Ujar Pak Didit.

"Loh, kapan bapak kasih tugasnya?" Ujar Athma.

"Cantik? Kamu enggak ngasih tahu dia?" Athma menatap Cantik yang menundukan kepalanya.

"A-aku pasti mau ngasih tahu Pak, ta-tapi dia enggak masuk." Pak Didit menghembuskan nafasnya.

"Saya enggak mau tau bagaimana caranya, pokoknya hasil laporan penelitian itu harus ada di meja saya besok pagi!"

Cantik terdiam menatap Pak Didit yang pergi begitu saja.

"Kenapa enggak ngasih tau?" Tanya Athma kesal.

"Maaf." ujar Cantik menundukan kepalanya.

"Enggak ada gunanya lo minta maaf, yang terpenting sekarang selesaiin tuh tugas." Athma meninggalkan Cantik yang masih menundukan kepalanya.

Cantik berjalan menuju kelas masih dengan kepala yang menunduk, ia menatap Athma yang membereskan buku-bukunya lalu memasukannya kedalam tasnya. Cantik duduk terdiam melihat Athma berjalan menujunya.

"Ngapain masih duduk disini? Lo mau bikin gue enggak naik kelas?!" Ucap Athma sebal.

"Hah?" Cantik tidak mengerti maksud Athma.

"Ayo! Cepat, kita harus nyelesaiin tugas Pak Didit." Ujar Atham meninggalkan Cantik yang masih mematung.

"Woy!" Panggil Athma yang langsung membuat Cantik mengambil Tasnya dan berjalan mengikutinya dari belakang.

"Gue bakalan izin dulu ke guru piket, lo tunggu sini." Cantik menatap Punggung Athma yang mulai hilang dibalik pintu itu.

Cantik tersenyum, sebenarnya ia senang bisa keluar bersama Athma. Namun entah kenapa ia juga merasakan gelisah ketika mengingat kejadian itu. Rasa malu selalu menghantui pikirannya.

"Nih!" Ujar Athma sambil memberi selembar kertas ke Cantik.

Athma berjalan lebih depan. Sesapainya mereka di depan pagar sekolah, mereka langsung memberikan kertas tadi.

"Kita mau kemana?" Tanya Cantik masih dengan kepala yang menunduk.

"Ke Taman Bunga." Ujar Athma santai.

"Ng-ngapain?" Athma langsung menatap mata Cantik, namun Cantik langsung menundukan kepalanya.

"Tugas kita kan meneliti bunga!" Ucap Athma rada sebal.

CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang