Entah ada apa dengan pagi ini, rasanya sangat dingin sampai-sampai menusuk ke tulang-tulang ku.
Hari ini, masih sama dengan hari-hari kemarin, tatapan, tawa, dan cemohan mengejek masih aku rasakan.
Saat memasuki kelas berisi siswi-siswi yang tengah membuat lingkaran, sesekali mereka tertawa, entah apa yang mereka tertawakan.
"Woy! Nonton apa hayoo!!" Ujar Erpan yang masuk ke krumunan mereka.
"Iih! Apa sih lo! Pergi sana!" Balas Dewi yang merasa tak suka dengan kehadiran Erpan.
"Suka-suka gua lah!" Sahut Erpan.
"Udah-udah!" Ujar Bela.
"Eh, Erpan.." panggil Chika yang langsung membuat Erpan menatapnya.
"Lo deket gak sama Athma?" Tanya Chika.
Semula obrolan mereka tak membuat ku tertarik untuk ku dengarkan, namun entah kenapa saat mereka membawa nama Athma membuat ku penasaran.
"Yee.. lo kan tau sendiri, mana ada orang yang deket sama dia! Anak songong kek gitu siapa yang mau temenin!" Ujar Erpan.
"Gua nanya serius!"
"Ya gua juga serius, palingan juga yang deket sama dia itu, tuh!!" Ujar Erpan sambil menunjuk ke arah aku, "sih, siluman itu tuh!" Semua mata langsung menuju ke aku.
"Ish! Gak berguna ngomong sama lo! Dah sana pergi!!" Usir Chika.
"Emang kanapa kalian nanya kek gitu?" Ujar Erpan yang tak mempedulikan ucapan Chika.
"Jadi gini, semalem gua beli ayam bakarkan. Trus yang jual itu Athma!" Jelas Dewi.
"Ya trus kenapa? Ada yang salah?!" Tanya Erpan binggung.
"Ya salah lah! Dia kan anak orang kaya, masa bisa jualan kek gitu.
Erpan terdiam sejenak. "mungkin itu bisnis baru bapaknya kali!" Mereka terdiam dan mencoba berfikir.
"Kalau itu bisnis bapaknya, kenapa harus dia yang jualin, kan bisa suruh orang!" Erpan terdiam.
"Emang untungnya kita tau dia dagang atau enggak apa?" Dengan sedikit ragu Dewi menjawab.
"Yaa, enggak ada untungnya sih, tapi lucu aja. Dia kan sombong, kalau kita kasih tau kek gini kan biar dia diem! Enggak sombong dan songong lagi!" Erpan menatap Dewi.
"Lo sakit hati, karena di tolak dia?" Dewi mengejapkan matanya.
"eng-enggak!! Siapa yang suka sama dia!" Ujarnya mengelak.
"Dah ah, gua mau buang tai!!" Ujar Erpan tepat di wajah Dewi.
Aku kadang merasa lucu dengan dunia ini, kenapa harus mengurusih kehidupan orang lain, toh mereka enggak merugikan.
Athma masuk kedalam kelas, semua siswi terdiam sambil menatap Athma yang tak peduli dengan keadaan sekitar. Tak seberapa lama guru pun ikut masuk kedalam kelas.
"Baiklah anak-anak! Saya akan menjelaskan bagaimana menyelesaikan soal di halaman sepuluh ini!" Ujar Pak Dudi
Aku memperhatikan Athma, sesekali kepalanya menggeleng untuk mencoba menjerna apa yang dikatakan Pak Dudi. Namun kantuknya mengalahkannya, ia langsung meniduri kepalanya di atas meja, entah kenapa bibir ini tersenyum.
***
Athma berjalan santai di koridor sekolah dengan minuman bersodah di tangannya, semua tatapan menuju kearahnya, seperti biasa, semua wanita di sekolah ini memuji ketampanannya. Namun ada yang aneh dengan tatapan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik
Roman pour AdolescentsCantik adalah seorang gadis yang memiliki bobot 115kg dengan tinggi badan 157cm dan kulit yang 'tan' karna hal itu menjadikan ia sebagai olokan teman-teman sekolahnya. Ejekkan demi ejekan selalu ia dengar tiap harinya. ia tidak pernah merasakan paca...