"Bangun!!!"
Teriakan itu kontan memaksa Lena membuka kelopak matanya yang terasa bengkak. Sinar mentari yang terik menyilaukan pandangannya, seiring dengan bunyi tarikan gorden yang terpasang di kamarnya.
Tubuhnya yang remuk berusaha bangun dari kasur, dan kini disana ada Jihan, Vano, Hasyim, Bintang, Tita, dan Ghani. Keenam orang yang berdiri didepan ranjangnya dengan setelan siap pergi.
"Bangun, Aileena!! Kita ke Dufan! Besok masuk kampus!" Teriak Jihan dan Tita yang menyusul dengan seruan, sementara gadis itu masih bingung saat Vano tiba-tiba menghampirinya dan menggendongnya bak putri untuk bisa berdiri.
Matanya masih terpaku pada Vano yang tersenyum padanya dengan tangan yang masih merangkul pinggangnya yang semakin kurus. "Yuk." Bisik Vano, membuat Lena terenyak.
"Siapa siap ke dufan!?" Teriak Jihan, membuat kamar yang panas itu terasa meriah.
"Yo!!!" Seru semua orang, membuat Lena sadar dari mimpinya.
***
Pantulan cermin dengan jelas menampakkan sosok Lena yang sudah tak melihat dirinya sejak seminggu yang lalu. Rambutnya sudah sepanjang dada, lurus tak terurus. Matanya yang sembab kini sudah tertutup concealer, dibantu oleh Tita. Bibirnya yang pucat dan pecah-pecah sudah dibubuhi lip gloss dan sedikit lipstick merah muda. Garis lehernya terlihat lebih tampak daripada sebelumnya, membuat gadis itu mengusapnya dengan nafas berat, seolah mengingat rasa sakitnya. Bekas luka di dahinya masih terlihat jelas, membuatnya kontan menutup mata.
"Len! Udah siap?" Jihan melongok dari balik pintu, membuat Lena terkaget dan segera berdiri. Di daun pintu sudah terlihat Jihan dan Nenek yang tersenyum ke arahnya; entah kenapa, itu membuatnya ingin menangis. Kakinya melangkah memeluk Jihan, dan Nenek.
Dua wanita yang disayanginya itu membalas pelukannya. Neneknya berbisik, "Anak cantik, anak cantik" dengan nada yang orangtua beri saat menimang anaknya, membuat air matanya semakin ingin jatuh. Namun Jihan menggenggam tangannya dari sisi lain dan berkata. "Ayok. Liburan." Membuat Lena tersenyum tipis dan mengusap air matanya, menyadari bahwa suara mesin mobil Vano terdengar jelas di halaman rumah.
"Yuk, Len!" Seru Hasyim di kursi penumpang sementara Vano menyetir, dan yang lain sudah duduk di dalam tersenyum pada Lena dan Jihan yang melangkah ke dalam mobil. Tubuhnya kini terduduk di kursi tengah, tersenyum kikuk melihat teman-temannya yang kini tertawa melambai-lambai ke Nenek Lena.
Mobil melaju dan lagu John Mayer - Gravity terputar di radio, membuatnya sesak kembali diantara orang-orang yang mencoba mengerti dirinya saat tak mengertiㅡ namun saat itu, setidaknya, Lena memilih untuk ikut tersenyum.
***
"Hahhahaha!!! Kaco!!!!" Teriak Vano sambil bergelak tawa melihat reaksi Hasyim, Bintang dan Tita yang tak terkontrol di wahana menyeramkan yang mereka naiki.
"Aduh gakuat gue. Kaco. Cari minum yuk" keluh Ghani yang wajahnya kini merah, campuran tertawa, kepanasan, dan kelelahan. Jihan menyahut, "Yuk!!! Lena Vano mau ikut?"
Tanpa sadar Vano langsung menggelengkan wajahnya. "Nungguin tu orang-orang. Nitip aja air mineral!" Teriak Vano, pada Ghani dan Jihan yang lalu bergegas.
Saat itu ia sadar ia tak mendengar suara Lena. Ia langsung menoleh ke sekitarnya mencari sosok gadis yang misinya dibahagiakan hari itu, dan Lena disana, menopang dagu di pagar pembatas wahana, melamun. Rambut lurusnya terikat asal, sementara kulit putihnya di basahi keringat karna udara yang panas, dan lagi-lagi, gadis itu terlihat menghela nafas panjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Aileena (Book 2)
RomanceAfter everything that happens, Radian akhirnya memutuskan untuk kembali mengejar mimpinya dan menghadapi mimpi buruknya di Los Angeles, dan menutup pintu untuk orang baru, termasuk Aileena. Hari-harinya kembali dipenuhi cinta masa kecilnya, jagoan p...