"Are u ok?"
Suara laki-laki itu hadir disertai sosoknya yang muncul di balik bahu Lena di cermin rumah sakit.
Lena menarik nafas seraya membenarkan rambutnya yang sudah tak berponi dan panjang diatas perut. "I'm fine, No. Makasih ya."Lena meraih barang-barangnya dimeja untuk dibereskan ke dalam tasnya sementara ia merasa Vano mendekat. "Ah" sakit diperutnya yang tiba-tiba datang membuatnya refleks mengernyit, membuat laki-laki itu memeganginya.
"Tuhkan, lo masih belum sembuh. Gue anter aja ya"
Lena menepis tangan laki-laki itu. Mau bagaimana juga, Vano masih sumber masalah yang membuat semua ini terjadi.
Seolah bisa membaca pikiran Lena, Vano menunduk. "Maafin gue, Len. Gue emang salah malem itu, gue kebawa cemburu."
Lena menutup matanya. Rasanya ia tidak ingin mendengar kata Vano lagi. Tapi ia bisa apa? Mau marah pun, semuanya tak bisa kembali ke awal.
"Gue sadar gue salah. Maafin gue ya? We're friends?"
Tangan putih Vano yang menjulur terpaksa membuat Lena melirik laki-laki itu. Sepertinya Vano tulus. Ya, sudahlah. Teman kan, katanya. Lagipula dia dan Radian sudah terlanjur selesai, kan? Hahaha.
"Okay. It's okay." Gumam Lena asal sambil menyambut tangan Vano. "Anterin gue ya"
Vano tersenyum, dan mengangguk.
***
"Yaampun, lo pingsan gara-gara gerd?" Ujar Jihan panik sambil mengelus-ngelus paha Lena dan memasang ekspresi khawatir. "Kok bisa sih No? Kemarin? Kapan?" Tanya Jihan, berbalik ke Vano.
"Sorean, dia lagi di Yellow Doors" jawab Vano yang berdiri menyender ke ujung kamar Lena, santai menatap Ara di sisi lain yang berdiri disamping jendela dan meliriknya dengan tatapan curiga.
Lena menyaksikan ketegangan itu dan menarik nafas.
Sejujurnya ia hanya ingin bilang "sudahlah, menyerahlah Ara, cuma lo yang antusias jodohin gue sama Radian. Radiannya kagak mau sama gue, end of the story." Yah, andai bisa kalau dia orang jahat."Gue lupa makan, sekalinya makan kopi terus. Lagi ujian juga kan..." jawab Lena lirih, rasanya mengingat kemungkinan nilai-nilai ujiannya minggu ini ia tambah ingin muntah.
"Duh Lenaaa, coba gue ikut kemarin ke Yellow Doors, huhu maafin gue!" Teriak Jihan sambil memeluk Lena. Lena hanya tersenyum tipis, mengusap-ngusap lengan sahabatnya itu.
"Kerasanya gimana awalnya, Len?" Tanya Ara pelan, Lena tercenung mendengar suara Ara yang hati-hati, seolah merasa tak enak.
"Ga kerasa sih.. cuma dari kemarin udah sakit banget, dan sorenya gue udah keringet dingin, kayanya. Gue lupa. Udah ya, gausah khawatirin gue. Makasih pada udah nyempetin kesini, termasuk Vano udah nganterin gue." Jelas Lena sambil tersenyum menatap tiga orang yang kini ada didepannya.
Ara menelan ludah, sementara Vano tersenyum mengangguk-angguk. "Udah yuk, biarin Lena istirahat. Cabut Len, get well" Ujar Vano sambil melangkah keluar. Jihan lanjut memeluk Lena, "untung besok udah ga ujian! Cepet sembuh ya, bich"
Sementara Jihan menyusul Vano sambil melambaikan tangan keluar kamar, Ara masih berdiri disana, membuat Lena agak menarik nafas, sudah tau apa yang gadis itu akan katakan. Sungguh, Lena sangat berterimakasih pada Ara yang begitu peduli padanya, tapi entahlah... sekarang rasanya menyesakkan. Ia hanya lelah mendengar kata-kata manis Ara yang menenangkannya dengan angan-angan indah; yang pada akhirnya, dihancurkan lagi oleh objek utamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/140124592-288-k761865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Aileena (Book 2)
Roman d'amourAfter everything that happens, Radian akhirnya memutuskan untuk kembali mengejar mimpinya dan menghadapi mimpi buruknya di Los Angeles, dan menutup pintu untuk orang baru, termasuk Aileena. Hari-harinya kembali dipenuhi cinta masa kecilnya, jagoan p...