Dibawah Langit

69 0 0
                                    

Aileena merasakan Vano menepuk bahunya, berusaha menenangkannya yang menunduk karna tegang. Tepuk tangan para pengunjung hadir, membuat ia tertawa sambil menutup wajahnya yang memerah.

"Lenaa. Thank you. Dan, Vano juga! Yang selalu nemenin Lena, thank you." Ucap Mba Strestha sambil menatapnya haru, dan Lena membalasnya sambil mengangguk.

Vano bergegas turun ke bawah panggung, sementara Lena sempat terkesima dengan pengunjung yang bertepuk tangan menatapnya dari luasnya venue. Namun untuk sesaat, matanya menangkap bola mata yang tak asing.

Bola mata berwarna coklat hazel. Dari kelopak mata yang mendalam dan tajam.

Apa ia tak salah lihat?

***

Mata gadis itu terkunci menatapnya.
Dan sama seperti apa yang ia lakukan tanpa sadar, mereka saling bertatapan seperti patung beku.
Terkaget melihat satu sama lain.

Entah kenapa meski jarak mereka ada di sekitar 5 meter, namun ia dapat dengan jelas melihat bola mata gadis itu.

Haru, sedih, kaget, dan rindu.

Radian berusaha menghilangkan rasa tak bernamanya dengan berdeham, lalu ia memutuskan untuk tersenyum, sambil melambaikan tangannya pelan, dan kaku.

Namun, gadis itu hanya terpaku, tak membalas senyumannya. Dengan mata berkaca-kaca.

Tanpa ia sadari, matanya juga terasa basah.

***

"Len. Aku ke toilet dulu ya." Ucap Vano, sambil menepuk punggung Lena sementara gadis itu melepas hiasan bunga di rambutnya. Mereka sedang berdiri di balik panggung di area make up.

Gadis itu terdiam, membuat Vano terenyak sesaat. Terbiasa bersama Lena akhir-akhir ini membuat laki-laki itu sadar Lena tidak baik-baik saja.

"Kenapa, Len?" Tanya Vano ingin tahu. Namun, gadis itu langsung tersenyum. "Apa? Nggak apa. Sana ke toilet."

Vano menghela nafas lega. Mungkin hanya perasaannya saja. "Okay. Nanti ketemu di sini ya."

Vano meninggalkan gadis itu yang mengangguk-angguk saja.

Namun saat Vano keluar dari toilet, dirinya menemukan Lena tidak ada di tempat mereka sebelumnya berdiri.

***

Radian menghembuskan asap rokoknya ke udara sementara ia mengistirahatkan punggungnya ke tembok parkiran yang hanya dilewati beberapa orang yang datang terlambat. Pikirannya masih ada di beberapa menit lalu.

Strestha terlihat kaget dengan kehadirannya, dan ia melihat dengan jelas gadis itu mencubit pasangan yang merupakan mantan bos Radian itu. Radian hanya tertawa dan berusaha terlihat cuek lalu menyalami mereka. Sampai pada saat Farrel berbisik, udah nemuin Lena?

Namun karena antrian masih begitu panjang, staff event organizer mengintruksikan Radian untuk maju. Sementara Farrel dan Strestha sibuk berbisik pada Radian bahwa mereka perlu bertemu lagi, Radian hanya berusaha terlihat cuek dengan melambaikan tangan. Padahal dalam hati, dia hanya ingin segera pergi dari tempat itu.

"Hahhhh...." hela nafasnya, panjang. Melihat ke arah langit yang menggelap. Hari ini mendung. Sepertinya mau hujan.

Asap rokok dan udara Jakarta. Sesuatu yang sudah jadi makanannya setiap hari, dahulu. Kemacetan, polusi, dan orang-orang dengan aksen betawi. Suara klakson motor dan mobil bercampur dengan seruan penjual makanan keliling, dan jalanan yang tak pernah sepi.

Dear My Aileena (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang