Langit yang Sama

84 3 0
                                    


Vano memarkirkan motornya di depan bangunan kantor berbentuk rumah yang asri itu. Ia tersenyum saat bapak satpam membukakan gerbang untuknya, seraya bertanya "Jemput siapa to, Mas?"

Vano tersenyum dari balik helmnya. "Anak baru, mas. Namanya Aileena. Orangnya mungil, rambutnya pendek, putih."

"Woalah. Pacarnya ya mas?" Goda Bapak satpam yang sudah berumur itu. Vano hanya terkekeh sambil memarkirkan motor dan melepas helmnya.

"Vano" seru seorang gadis yang ia kenal. Gadis itu menatapnya aneh dari daun pintu, dengan rambut pendek yang membuatnya terlihat lebih dewasa. Vano tersenyum saat langkah kecil gadis itu menghampirinya.

"Gue bilang gak usah jemput." Ucap Gadis itu. Dan dia benar-benar terlihat kesal.

"Siapa yang mau jemput lo?" Tanya balik Vano, usil. "Gue cuma lewat, terus Pak Memed ini om gue" kata Vano seraya membaca tanda nama si Bapak yang terkekeh, "...Geer ya dia Pak?"

Si Pak Memed tertawa. "Aduh, udah jangan bawa-bawa saya" ucapnya dengan logat jawanya yang kental, seraya meninggalkan mereka berdua.

Vano tersenyum melihat Lena yang masih terlihat cantik dengan wajah tanpa make upnya setelah hari yang panjang. Rambut gadis itu kini pendek sebahu, membuatnya tambah terlihat dewasa. Bekas luka didahinya terlihat sudah menyamar, tidak seperti awal.

"Gimana hari ini?" Tanyanya, dengan tenang dan hangat. Dan dia rasa Lena merasakannya, karena gadis itu tersenyum.

"Mbak Strestha tadi ketemuin aku sama penulis." Bisik Lena. "Tebak siapa?"

Vano mengangkat alisnya, karena jujur ia bahkan tak tahu ada berapa penulis di Indonesia ini. Lena tertawa.

"Manda Natassa!" Teriak Lena, yang tetap tak direspon perubahan reaksi dari Vano yang sama sekali tak mengerti. Tapi gadis itu sepertinya sedang dalam mood yang benar-benar baik, karena gadis itu hanya tertawa dan dengan sabar menjelaskan. "Dia penulis lama yang lagi garap filmnya. Temen lama Mbak Strestha. Dan..."

"Sst" ucap Vano sambil tertawa dan menutup mulut Lena dengan telapak tangannya. "Naik dulu yuk."

"Hahahahha" tawa Lena. "Gue laper, No."

"Iya, gue tau. Makanya, yuk. Nanti lo magh lagi"

"Iya. Cus!"

"Cuuus!"

***

"Surprising, yah?" Gumam Strestha sambil menyenggol Farrel, yang sama-sama asik menatap jendela, melihat gadis yang mereka kenal sebagai sesuatunya teman mereka, alias Radian, kini tertawa dengan bocah laki-laki lain.

Farrel menaikkan bahunya sambil menyedot kopi gelasan yang ia baru beli. "Tu anak cuti?" Ucap Farrel, tak punya ide apapun mengenai hubungan Radian dan Aileena.

"Yap. Aku bingung banget tiba-tiba ada dia di pintu kemarin sore. Aku curiga sih, ada hubungannya sama Radian" ucap Strestha semangat, seperti biasa. Mengingat pertemuan yang aneh antara dirinya, Lena, dan Radian.

"Radian ke Los Angeles, tau" kata Farrel singkat, dibalas dengan mata Strestha yang membelalak.

"Ha? Serius?" ucap Strestha, sambil kembali melihat ke luar jendela. "Oh, i see..."

Dear My Aileena (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang