Euphoria

66 2 0
                                    

Kamu mau kan aku angkat novel kamu jadi filmku?

Lena tertawa gugup. Novelku? Jadi filmmu? Sedang berada di dunia mana ya dia? Saat mantanmu jadi sutradara dan berniat mengadaptasi novelmu yang notabene, pacarmu pun tau kalau itu tentang mantanmu?

Oh, lupa. Bahkan Radian bukan mantan kekasihnya.

"Aileena?"

"A.. aku butuh waktu dulu." Ucapnya gagap, sambil meraih ponselnya dan membuka aplikasi taksi online. "Aku kayaknya harus pergi."

"Iya. Tenang, kamu gak harus jawab sekarang, Aileena. Kamu mau pulang?" Tanya Radian. Laki-laki itu lebih tenang, ya, sekarang, daripada sebelumnya? Dulu rasanya Lena yang lebih mengurus laki-laki itu. Sekarang Radian jadi sangat dewasa. Apakah tiga tahun bisa merubah orang sedrastis itu? Mungkin jawabannya ya.

"Aku aja yang anter." Ucap Radian sambil meraih ponsel Lena cepat saat ia memencet tombol pesan di aplikasi itu. "Aku kosong. Lagian sekarang jamnya macet, pasti harganya tambah berkali lipat kan? Aku bawa motor juga. Jadi kamu sampe rumahnya cepet. 30 menit kan waktu kita buat ngomong? Tadi baru 15 menit, di jalan 10 menit, aku bicara sama kamu cuma sisa 5 menit."

Lena masih terdiam kikuk, sementara Radian tersenyum.

"Ayo."

Benar kata Radian, di jalan mereka menghabiskan 10 menit, dan dalam diam. Tidak ada sepatah katapun muncul dari mulut keduanya. Hanya tenggelam dalam kenangan yang muncul dari parfum yang sama yang dipakai keduanya, bahu yang sudah lama tak Lena lihat, permukaan dagu Lena yang terbersit terasa di bahu Radian yang membuatnya berdebar, dipadu matahari, penuh dan riuh Jakarta. Sebuah sepuluh menit yang bisa dibilang bisa membangkitkan kenangan lama dari dua orang yang saling rindu, yang dipisahkan begitu lama, yang akhir ceritanya tak pernah jelas.

Menit ke-11 mereka sudah ada di basement apartment Lena, dan Lena tak punya pilihan lain selain membiarkan Radian ikut mengantarnya naik lift sampai ke depan pintu apartementnya, karna dirinya terlalu pusing untuk berbicara. Pikirannya berkecamuk. Kembali ke saat-saat mereka bersama saat kuliah.

Maksudnya, seperti Yellow Doors, pentas seni, lagu kelima, pasupati, puisi yang diberikan Mas Toni, Ara, rumah sakit, Kintan, jurnal hijau, ulang tahun Radian, saat Radian membentaknya, saat Radian pergi, saat ia hampir diperkosa, saat Vano menolongnya, saat pernikahan Strestha dan Farrel, atau bahkan tentang kata-kata di semua video Radian yang dengan bodohnya ia tonton sampai habis kemarin malam. Apa arti semuanya? Kenapa Radian masih ada disampingnya sekarang dan diam saja, tanpa dosa, tanpa kejelasan, dan tetap membuat dirinya dicintai dan diabaikan dalam waktu yang sama? Kenapa bahkan setelah bertahun-tahun, perasaan ini masih ada?

Lift sampai di lantai 8, dimana apartment Lena dan Jihan berada, dan Lena dengan risau membalas satu-satu pesan di ponselnya dengan cepat sebelum berjalan arah kamarnya, sementara Radian hanya berdiri menatap ke arahnya.

Reply to: Jihan Alfath
I'm ok. But Radian here with me rn. Don't tell Vano, I need to end something.

Reply to: Alvano Putra
Hai, No. Sorry baru bales. Aku baru sampe apartement. Cape banget. Kayanya aku abis ini mau bobok karna baru minum obat. How abt tomorrow? I'll call you tomorrow. Hati2 pulangnya. Sorry again, yaaa. See u.

"Aileena" panggil laki-laki didepannya lagi.

"Hm? Iya, sorry baru balesin orang-orang" cetus Lena sambil memasukkan ponselnya ke tas. "Kamu sampai sini aja, Rad. Thanks udah nganter balik" Ia bisa mendengar dirinya mulai bersikap dingin dan ada nada amarah di suaranya. Entah kenapa, ia hanya ingin marah. Dan matanya sudah panas karena ingin menangis.

Dear My Aileena (Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang