Hanya luar sama, kita disatukan
Dipaksa makan banyak, untuk kebaikan
Salah, terkucilkan
Menatap tawa, dari pojok meja yang penuh coretanAda yang merajut rasa, begitu sementara
Setiap senja, tanpa jeda
Mulut melahirkan itu mulai tuntut apa-apa
Sekarang, apa yang tersisa dari kita?Jalan setapak, lorong tambahan
Jalur banyak, lupa menapak
Berhenti mimpi, baca bukumu
Sekarang, apa kau merasa seperti orang lain?Berbeda salah
Dipermalukan, karena ekspresinya keluar
Mulutmu bungkam, rusak karena jahitanBahagiakan orang lain, kita haus kasih sayang
Sekarat tanpa perhatian, mulut itu membuka paksa
Perih, darah keluar dari sanaUntuk kita menjadi, sukses tanpa arti
Tanpa suka, nestapa menanti
Untuk apa akhir bahagia dongeng itu?
Untuk siapa semua prestasi pajangan itu?Apa itu semua yang sebenarnya kita inginkan?
Apa ini semua harga sebuah jalan?
Ragaku, kosong tanpa jiwa
Terkekang, hanya sebuah bonekaKecewa, semua menuntut mengerti
Tatapan, gerak-gerik menderit
Untuk siapa semua itu?
Balas budi?
Entahlah, bel pulang sudah berbunyiSelamat tinggal
Hidup tanpa cintaku ini
Tanah kan menyapa
Jasad tanpa mimpi
Merekah lebar
Tanpa tangisan
Hanya celaan
Membinatangkan binatang jalang yang terkapar
Tertutup tanah merah
Bertabur bunga sosialSemua itu berakhir
Hanya karena tekanan
Dari lingkungan yang dipaksakan
Dari orang-orang yang menyatukan
Aku lenyap kesepianLangit itu ingin kembali pulang
Pada bumi yang mulai lengang
Sendiri, kosong, salah
Aku lenyap tak diperdulikan
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Janji dan Kata Kata
PoetryLuapan Rasa yang seharusnya tiada Mulai tanpa aba aba Hanya beberapa Tapi Nyatanya Ini bisa Membuka Luka Lama Yang tak akan kau pahami artinya Karena memang seharusnya seperti itu selamanya.