Mati

297 0 0
                                    

Aku mengenalmu beberapa saat
Hingga kau rela menjerat lehermu dengan tali
Bergelantungan diatas kursi
Sudah tak sudikah engkau membiarkan bumi ini menopang tubuhmu lagi?

Aku menangis
Tak ada yang datang ke pemakamanmu
Tak ada Kerabat,Teman,bahkan Cinta
Tanah merah itu seakan tertawa pada jasadmu yang kaku

Jadi,aku disini pada akhirnya
Memegang tangan kaku ibumu
Yang esok harinya
Memilih jatuh ke bumi
Dari atap lantai tertinggi di kota ini
Ia menyusulmu

Aku duduk didepan kakak lelakimu
Yang meminum pelan kopinya
Lalu lemas mengeluarkan busa dari mulutnya
Cangkir yang pecah itu menjatuhkan beberapa sianida
Aku mengantarkan ia padamu

Lelaki tua itu jalan sempoyongan
Tercium alkohol dari tubuhnya
Ia terpental beberapa meter dari tempat ia berpijak
Tak melihat truk yang datang dari belakangnya
Ia adalah ayahmu

Aku mencoret margamu
Sambil meneteskan tangis yang kelabu
Begitu mudahnya kehidupan dan kematian beradu
Seakan sedang bermain dadu
Lalu kalah dalam permainan itu

Aku berjalan pulang
Masih banyak manusia manusia
Yang memenuhi bumi dengan omong kosongnya
Aku menengok kertas hitam itu
Apa air mataku cukup untuk kalian semua?

Kakek tua,istri muda,anak balita,maupun remaja
Terlilit utang,hidup sederhana, bergelimang harta,sakit sakitan,ataupun sehat sehat saja
Laki laki, perempuan ,bahkan waria
Aku siap menemuinya

Hari ini aku berkenalan denganya
Gadis kecil berkepang dua
Tersenyum dengan gigi ompongnya
Mataku berair
Nanti malam nyawanya melayang
Jantungnya lemah
Meminta berhenti bernafas
Aku berdiri lemas
Memegang ruhnya yang berwarna emas

Satu nama hilang dari daftar
Banyak sekali pekerjaan hari ini
Aku harus ke beberapa tempat lagi
Mengantarkan jiwa jiwa itu agar tak terdampar

Lalu setelah semuanya sudah kuantar
Aku pulang dengan keadaan heran
Apa aku masih bisa menyelamatkan
Seharusnya dari awal aku tegar

Hingga hari itu tiba
Seorang ibu hamil sudah dekat dengan waktunya
Aku menyapanya untuk terakhir kalinya
Ia menangis minta uluran tanganku pergi sebentar saja
Buah hatinya sedang ingin melihat dunia untuk pertama kalinya
Aku biarkan saja
Ia berusaha sekuat tenaga
Sambil meneteskan beberapa air mata

Anaknya cantik jika kau tanya
Ibu itu lemas tak berdaya
Tersenyum dengan kedua tangannya mendekapku
Aku mengelus rambutnya
Ini waktunya hukumanku

Tanganya perlahan melewati tubuhku yang hitam
Dengan dingin menatap aku yang pasrah akan keadan
Memperpanjang hidup manusia itu sebuah larangan
Penggantiku sedang menghukumku sekarang

Rasanya sedikit panas ketika tanganya keluar
Mataku mulai lemas
Kakiku jatuh berlutut di hadapanya
Tanganku tak bisa kugerakkan dan akupun jatuh tanpa kata kata terkahirku

Jadi ini namanya mati
Waktu ketika kita tak memikirkan apa yang ada
Hanya menatap sesuatu didepan sana
Apa itu cahaya?
Beberapa memori masa lalu kembali padaku

Tak ada yang sakit setelah kau melewati cahaya itu
Hanya ada pertanyaan yang tak terjawab
Dan salam tak hangat
Tentu rasanya tidak nyaman
Karena tak ada lagi pintu keluar

Lalu aku dihadapkan
Pada tembok tinggi menjulang
Beberapa bagiannya runtuh
Jatuh luruh menimpaku

Setidaknya
Aku sudah melakukan kebaikan
Setidaknya
Memberi kesempatan pada cerita yang berkelanjutan itu tidak terlalu menyakitkan
Walau memang, tak ada seorangpun yang tahu artinya penantian
Karena ia pergi dengan tenang
Bersandar padaku yang menangis pelan.

Aku seharusnya melakukannya diawal
Setidaknya itu yang dikatakan penyesalan
Karena tak berbekal amal
Aku disingkirkan
Menyedihkan bukan?

Antara Janji dan Kata KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang