Tengah malam, mulai hanyut
Lembayung langit, tunduk menurut
Segala perilaku, tak patut
Juga jarak, tempat kita terpautTapi, jika kita bermula dari titik yang berbeda
Di akhir hanya bisa meniti jalan
Menutupi tempat kita berasal
Karena yang penting adalah cinta
Lucunya kita sudah lupa bagaimana caranyaTamat sudah, aku tak tau harus jawab apa
Tapi, jika bisa diulang
Terjebak dalam waktu dan ruang
Memutar kembali hari-hari
Merekuh sela-sela jari
Percaya bahwa kita tak sendiriMemilih pihak, kepalan tangan
Kesalahan, seluruh kepalsuan
Angka berubah, benci menular
Apa yang salah dengan negeriku
Kurang apa dunia ini?3 2 1
Tapaki lika liku
Hantarkan sendu
Berdiri tanpamu
Tapi, jika bayangmu ingin kembali
Maka aku akan di siniUntuk beberapa saat
Bebas bawa beban tanpa alasan
Waktu seakan lepas
Tak ada lagi hal yang pas
Hanya air mata yang terasa panasEntahlah, bel pulang sudah usang
Tak cukup peringatkan egomu
Tapi, jika mahkluk ungu itu benar
Daripada menghapus separuh
Kenapa tidak jernihkan yang keruh?Enggan untuk menyusul, aku tak tau asap apa yang sedang mengepul
Ujung kertas keras, hadirkan fiksi yang mulai menari
Sebuah dunia tanpa aturan memikatmu
Tapi, jika itu hanya mimpi
Kau boleh tidur lagiSayangnya, takdir ahli dalam mengakhiri
Bermain kata kunci pintu ilahi
Jadi, sudahkah anda jadi lebih baik hari ini?Atau, gila sudah memenuhimu dari segala sisi?
Tapi, jika puisi ini berlari
Kutakkan menanti di ujung jalan ini
Aku sudah tersesat, lupa yang mana diri sendiriTapi, jika...
Kau tak hilang
Maka menyerah hanya akhir yang malang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Janji dan Kata Kata
PuisiLuapan Rasa yang seharusnya tiada Mulai tanpa aba aba Hanya beberapa Tapi Nyatanya Ini bisa Membuka Luka Lama Yang tak akan kau pahami artinya Karena memang seharusnya seperti itu selamanya.