Antara Janji dan Kata Kata

Debu

Aku kian menebal tiap harinya
Bersarang diatas tumpukan buku cerita kita
Sudah berapa lama kau tak membukanya?

Kau membiarkanku mengotori mejamu
Membuatmu terbatuk ketika kau meniupnya perlahan
Aku hanya tak mau mulai menghilang

Terkadang aku suka berada pada kayu dipan
Menatapmu yang mulai berlaku
Sudah berapa lama kau tak menyadariku?

Terkadang jika aku ingin, aku menumpang pada angin
Lalu mengotori kulitmu yang putih bersih itu

Lalu,jika kau mulai muak akan kehadiranku
Kau kumpulkan cintaku yang dulunya tersebar
Lalu didalam sehelai kain
Aku terdiam menunggumu pulang
Tapi kenapa? Aku menemukan orang yang berbeda

Kau membuangku
Membuat cerita yang seharusnya ada
Aku terbuang
Menunggu malam yang tak kunjung datang

Aku bertemu orang orang baru
Berharap bisa menemukanmu
Aku terasingkan jika kau ingin tahu
Mereka mulai membenciku
Karena aku jatuh cinta padamu

Aku tahu
Sebuah debu bukanlah seseorang
Yang punya kepala hati dan apa itu namanya
Tapi apa salahnya jika sebuah debu ingin jatuh cinta?

Aku hanya ingin menempel pada lembaranmu
Bersandar pada bahu mejamu
Termenung saat tahu kau pulang mabuk semalam

Saat ini aku dipinggiran kota
Menatap langit tak bernyawa
Bertanya dimana tuhan berada

Seakan menjawabku
Angin mengantarkanku perlahan
Pada atap yang sangat kukenal
Akhirnya aku pulang

Aku melambai pada angin
Turunkan aku di tumpukan buku itu
Entah kenapa semua itu sudah hilang
Hanya perabotan yang tertutup kain putih yang tersisa
Tanpa menunjukkan keberadaanmu

Lalu dimana gerangan dirimu
Apa aku harus mencarimu?
Sudut mataku berair
Ternyata tetesan yang jatuh dari langit langit yang bocor
Aku mulai menangis di genangan itu

Merasa tak berdaya karena aku debu
Kuputuskan untuk bunuh diri
Dari atap bangunan tertinggi
Ditengah kota yang ramai itu

Selamat tinggal cintaku
Biarlah kesadaranku hilang waktu mengingatmu
Biarlah angin membawaku
Sampai debu ini benar benar hilang.
Sampai cinta ini tak bersisa

Habisilah aku.