Part 28

11.6K 841 6
                                    

Happy Reading.....

Devon mengerjapkan matanya, dia merasakan pelukan kecil membelit tubuhnya. Ditatapnya Kiara yang masih tampak terlelap tidur. Devon melihat lengan kaosnya yang sedikit terangkat, pasti Kiara sudah melihatnya. Devon menggeserkan tubuhnya.

"Hmm... Devon..." guman Kiara sambil mengerjapkan kedua matanya yang lentik.

"Morning babe.." bisik Devon membuat wajah Kiara merona.

Devon menempelkan bibirnya di bibir Kiara dengan lembut dan menghisapnya cukup lama lalu melepaskan pagutannya.

"Morning kiss..." guman Devon.

"Aku suka..." ucap Kiara sambil tersenyum bahagia.

Kiara ingin seperti ini selamanya, sampai kakek nenek, sampai mau memisahkan.

"Kita sarapan." ucap Devon.

"Biar aku yang ambilkan."

"Telepon Martha saja!" ucap Devon lalu mengangkat gagang telepon yang ada di nakas dan meminta sarapannya di antar ke kamar.

"Aku mau ke kamar mandi!" ucap Kiara sambil memegang miliknya layaknya orang yang sedang kebelet pipis, padahal Kiara tak mau Martha memergokinya berduaan di atas ranjang dengan Devon.

Devon hanya tersenyum dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Tak lama Martha muncul dengan membawa meja dorong berisi makanan.

"Master, ini sarapannya." ucap Martha lalu menyimpannya di samping meja kecil dekat tempat tidur.

"Saya permisi." ucap Martha setelah selesai menyimpan semua makanan.

"Terima kasih Martha." ucap Devon membuat hati wanita itu bahagia.

Ini pertama kalinya masternya mengucapkam terima kasih kepadanya.

"With my pleasure..." ucap Martha dengan suara bergetar, Martha senang akhirnya tuannya bersikap baik dan menganggap dirinya. Martha segera keluar dari kamar masternya dengan perasaan bahagia.

Kiara membuka pintu kamar mandi dan berjalan mendekati Devon,  wajahnya terlihat segar setelah mencuci wajahnya.

"Sarapan, Kiara!"

"Kau yang perlu sarapan, setelah itu minum obatmu."  ucap kiara membuat Devon tersenyum merasa di perhatikan.

"Suapi!"

"Apa?"

"Kalau begitu, aku tak mau makan!"

"Kau?"

"Kenapa?" tanya Devon dengan nada merajuk.

"Baiklah!" ucap Kiara sebal.

Harusnya Kiara yang merajuk tapi kenapa jadi Devon? Apa kata dunia jika musuhnya melihat seorang mafia segarang Devon merajuk pada gadis kecil seperti dirinya?!

Kiara menyuapi Devon dengan telaten,

"Aaa?"

"Apa?"

"Buka mulutmu, Kiara!"

"Aku tak lapar!"

"Kalau begitu aku juga tak mau makan!"

"Devon!" bentak Kiara kesal namun Devon tetap kukuh merajuk memperlihatkan puppy eyes-nya

"Astaga, baiklah!" ucap Kiara mengalah.

Selesai sarapan, Lois datang untuk melihat luka dan mengganti perban.

"Tunggulah di luar." ucap Devon.

"Aku tak mau!" ucap Kiara keras kepala, dia penasaran, separah apa luka Devon.

"Terserah!" ucap Devon mengalah.

Kiara memperhatikan bekas jahitan sekitar lima centi di lengan atas Devon.

"Apa itu sakit?"

"Sedikit!" ucap Devon, mata Kiara berkaca-kaca, dia tahu Devon berbohong.

Devon menatap wajah Kiara.

"Kenapa?" tanya Devon terkejut melihat wajah sedih Kiara.

Air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Devon menarik tubuh gadis itu dan memeluknya.

"Maafkan aku, aku janji akan menuruti semua perintahmu!" isak Kiara membuat Devon terharu.

"Aku tak apa-apa Kiara, sungguh!" bisik Devon. Lois yang melihat kesedihan Kiara hanya tersenyum iri, betapa Kiara mencintai Masternya.

*****

Alger memberikan helaian rambut Kiara yang dia dapat dari Martha. Marco tersenyum puas

"Paling lambat lusa saya kabari." ucap Marco.

"Oke, aku tunggu kabar selanjutnya." ucap Alger.

Alger menelepon Rafael, dalam deringan ke tiga telepon tersambung.

"Mr Mahendra."

"Ada apa?"

"Kapan tepatnya pembacaan wasiat itu di bacakan?"

"Hari senin." ucap Rafel.

"Minggu saya ke sana." ucap Alger.

"Aku tunggu Mr Slavic."

"Baik Mr Mahendra." ucap Alger lalu telepon terputus.

Pernikahan Devon dan Kiara akan di laksanakan hari Sabtu, ada kemungkinan Kamis atau Jumat hasilnya keluar. Alger mulai gusar, amda Kiara anak dari keluarga Valdislav, Alger takut keluarga itu memisahkan mereka.

Ya Tuhan, tugasku tentang Ariana saja belum di mulai, kenapa masalah Masternya semakin pelik? Alger menyayangi Devon seperti pada adiknya sendiri.

"Kau sedang apa Alger?" tanya Devon membuat Alger terkejut.

"Master?"

"Ada yang kau sembunyikan?" tanya Devon dengan tatapan penuh intimidasi membuat Alger meneguk salivanya dengan hati-hati.

Tbc

My Mother's Eyes (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang