Happy Reading....
Devon mengeraskan rahangnya, apapu alasannya Kiara pernah berjanji takkan meninggalkannya, kenapa Kiara tidak mau mengatakan kegundahannya dan memberi Devon kesempatan untuk menjelaskannya?
Devon menatap sinis ke pada Martha.
"Aku akan menjadikanmu pelacur kembali, Martha!" ucap Devon membuat wajah Martha memucat.
"Ma... Master..." ucap Martha lemah.
"Lev, bawa dia ke sel bawah tanah." ucap Devon dan Martha hanya bisa pasrah menghadapi nasib buruknya.
Ada rasa sesal kenapa dia menolong gadis itu, namun nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terlambat.
Devon berjalan menuju ruang baca.
"Master."
"Bagaimana kabar Alger?"
"Misi berjalan lancar."
"Igor, cari terus Kiara sampai dapat. Aku bersumpah jika aku bisa menemukannya kembali, aku takkan melepaskannya dan aku akan memberi dia rasa sakit yang tak terperih!" ucap Devon dan Igor hanya mengangguk.
Devon menatap kamarnya, dia tak sudi berada di ruangan ini.
"Igor, aku ingin ruangan baru untuk kamarku, segera!!"
"Baik Master." ucap Igor.
Devon akan menghapus semua perasaannya pada Kiara dan tak ada yang namanya cinta di hati Devon. Cukup Kiara, pertama dan terkahir. Devon takkan pernah percaya lagi akan manisnya cinta karena perasaan itu hanya membuatnya lemah dan terlihat bodoh.
Devon berjalan menuju atap, dimana dia selalu menyepi di sana jika sedang bad mood. Beruntung tempat ini belum pernah di singgahi oleh.Kiara hingga bayangan Kiara tak bisa muncul di ruangan itu.
Devon duduk di kursi panjang dan memejamkan matanya. Bayangan wajah Kiara kembali menari-nari.di pelupuk matanya.
"Berengsek kau, dasar jalang sialan!" ucap Devon geram menahan amarahnya.
*****
Kiara menatap Markus, dia membawa Kiara ke tempat seperti klinik.
"Anda membawa saya kemana Tuan?"
"Saya akan memeriksa kesehatan anda terlebih dahulu." ucap Markus membuat Kiara bingung."Untuk apa?"
"Nanti anda juga akan tahu, Nona. Tolong percaya pada saya." ucap Markus dan Kiara mengangguk.
Baiklah, dia akan mencoba percaya pada pria di hadapannya ini, karena pada siapa lagi harus percaya?
Kiara di periksa dan dinyatakan sehat untuk sementata waktu.
"Beberapa hari lagi test anda selesai, saya harap nona mau bersabar." pinta Markus dan Kiara hanya mengangguk.
"Anda bisa makan malam, saya sudah siapkan." ucap Markus lalu membawa gadis itu ke sebuah ruangan.
Kiara meneteskan air liurnya, sejak semalam memang Kiara belum menyantap apapun.
"Silahkan." ucap Markus sopan dan Kiara langsung membawa beberapa menu makanan dan menyantapnya dengan lahap.
Markus yang melihatnya hanya bisa tersenyum, mengasihani gadis itu.
Selesai makan Kiara pun di ajak ke kamarnya.
"Boleh saya bertanya sesuatu?"
"Apa?"
"Kenapa anda bisa muncul di tengah hutan?" tanya Markus.
"Saya akan menceritakannya setelah anda mempertemukan saya dengan ibu saya." ucap Kiara. Markus tersenyum.
"Baiklah, selamat malam." ucap Markus membuat Kiara kecewa.
Spa
Namun melihat aura wajahnya, pria itu terlihat baik. Kiara menghela nafas, dia menatap kamar tidurnya. Ada rasa rindu pada Devon, biasanya pada jam segini mereka bercinta dengan hebat.
Kiara tersenyum sinis tapi sekarang Kiara harus membenci Devon. Dia sudah membunuh ibunya dan membohonginya.
Kiara berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang bau. Kiara berharap dengan membersihkan tubuhnya dia mampu mengikis rasa cintanya pada lelaki kejam bernama Devon.
Kiara menanggalkan pakaianannya dan dia melihat bekas bercak hisapan Devon di tubuhnya yang mulai memudar. Kiara menyentuhnya sambil memejamkan matanya, merasakan hembusan nafas Devon ketika dia menghisap dadanya dengan penuh gairah.
Kiara meneteskan air matanya.
"Kenapa kau membunuh ibuku...." isak Kiara, hatinya terasa sakit tak terkira.
"Aku menganggapmu penyelamatku Master, tapi apa yang kau lakukan...." rutuk Kiara sambil terduduk di bawah shower dan Kiara menangis sejadi-jadinya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mother's Eyes (Tamat)
DiversosWARNING!!!! SUKA, SILAHKAN BACA GAK SUKA YA JANGAN DI BACA KARENA SAYA TAK PERNAH MEMAKSA ANDA UNTUK MEMBACA TULISAN SAYA. BERISI KONTEN DEWASA JADI BUAT YANG AGAMAIS, ALIM, SIRIK DAN TAK BISA MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN, SILAHKAN MENJAUH. Kisah se...