Happy Reading.....
Kiara memberanikan dirinya untuk menyatakan cinta, karena apa yang Kiara rasa pada Devon jelas berbeda. Apa lagi dirinya sudah memberikan seluruh kesuciannya kepada Devon dengan sepenuh hatinya.
Devon tampak memucat.
"Keluar dari kamarku Kiara!" ucap Devon yang tampak murka.
Kiara tampak shock ketika Devon berdiri lalu menarik tubuh Kiara dan mendorong tubuhnya dengan kasar.
"Cepat berpakaian dan keluar!" bentak Devon.
Air mata pun lolos dari kedua mata Kiara. Gadis itu segera memakai pakaiannya dengan tergesa. Hatinya terasa sakit, kenapa Devon tiba-tiba berubah?
"Apa aku salah?" tanya Kiara memberanikan diri untuk bertanya.
"Jelas salah karena dalam kamusku tak ada yang namanya cinta. Aku tak suka sesuatu yang lemah, cinta? Apa itu cinta?" tanya Devon dengan nada mengejek. Kiara hanya bisa menangis.
"Cepat keluar!" bentak Devon sambil menyeret Kiara keluar kamarnya lalu menutup pintunya dengan kasar.
Kiara hanya bisa menahan sakit diperlakukan seperti sampah oleh Devon. Kiara berjalan menuju kamarnya.
Pelan-pelan Kiara menuruni tangga dengan hati-hati sambil terus berfikir, kenapa Devon marah? Apa Devon tidak menyukainya atau Devon menganggapnya perempuan murahan? Air mata Kiara kian meluber, Kiara berjalan sambil terisak-isak.
Ingin rasanya Kiara berlari dan masuk kedalam kamarnya lalu membanting tubuhnya di atas kasur dan menangis sejadi-jadinya meluapkan rasa sedihnya.
Kiara akhirnya sampai ke kamarnya namun dia di kejutkan dengan suara erangan di dapur. Kiara penasaran lalu mendekati meja dapur, Kiara melihat Isana dan Igor sedang berciuman dengan pakaian berantakkan. Bukannya kemarin Isana bermesraan dengan Lev? Kiara memalingkan wajahnya lalu memasuki kamarnya.
Mungkin seperti itulah dunia di rumah ini, mereka bisa di masuki oleh siapa saja, bersetubuh dengan siapa saja tanpa cinta seperti Devon. Memikirkan itu hati Kiara terasa semakin sakit.
"Damn it!" isak Kiara perih, Kiara tak mau berakhir menjadi eanita jalang!
Gadis itu pun berlari ke kamar mandi lalu membersihkan tubuhnya yang sudah ternoda. Kenapa baru sekarang Kiara merasa menyesal? Tapi bukankah ini yang dia inginkan? Menjadi milik Masternya, orang yang sudah menolongnya? Kiara menangis di bawah shower meratapi hidupnya yang kelam.
*****
Devon mengusap wajahnya dengan kasar, kenapa bisa dia lengah dan meniduri gadis itu? Devon membayangkan percintaan mereka semalam, Kiara sungguh nikmat dan kini dirinya ingin menyentuh gadis itu lagi.
Sebenarnya Devon tak tega berbuat kasar kepada gadis itu dan mengusirnya keluar. Namun mendengar kata cinta tubuhnya terasa alergi dan jijik. Devon menghela nafas lelah lalu menarik selimut ke samping. Devon terkejut melihat bercak darah di spreinya. Devon mengusapnya. Darah dan cairan kenikmatannya bercampur pekat dengan aroma khas. Devon tersenyum sinis, gadis itu pasti berjalan kesakitan.
Ada hati kecil Devon ingin mengejar Kiara, namun egonya melarang. Devon seorang mafia, dia seorang master dan seorang master tak boleh lemah. Apa lagi hanya dengan sosok wanita tak jelas seperti Kiara.
Devon memasuki kamar mandinya dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin, Devon harus melupakan Kiara, dia tak boleh lemah apa lagi sampai jatuh cinta pada Kiara.
Selesai mandi Devon pun memejamkan matanya, berharap rasa kantuk tiba menenggelamkan rasa bersalah dan egonya.
Keesokan harinya...
Devon sengaja meminta Kiara untuk membersihkan spreinya, Kiara yang merasa kepalanya sakit terpaksa bangun. Martha menatap wajah pucat Kiara lalu menyentuh dahinya.
"Kau demam."
"Aku tak apa.."
"Aku akan bilang jika kamu sakit." ucap Martha namun Kiara menggelengkan kepalanya.
"Jangan, aku tak mau Master semakin marah padaku." ucap Kiara.
"Memang apa yang kau lakukan semalam hingga beliau marah?" tanya Martha penasaran.
"Sesuatu yang aku juga tak mengerti, kenapa master marah." ucap Kiara.
"Baiklah, aku antar kau ke kamar master." ucap Martha dan Kiara hanya mengangguk pelan.
Mereka pun berjalan menuju kamar tuannya dan mengetuk pintu.
"Masuk!"
"Master...."
"Rapihkan kamarku dan ganti spreinya." ucap Devon tanpa menoleh sedikit pun ke arah Kiara. Devon sedang fokus pada ponselnya.
"Baik.." ucap Kiara sambil membawa sprei dari dalam lemari samping. Kiara menyingkirkan seimut dan menatap bercak darah di ranjang. Mata Kiara berkaca-kaca.
Darah perawannya..
Kiara segera mencabut sprei itu namun meleset, pening di kepalanya semakin menjadi. Devon yang melihat pergerakan Kiara yang tak seperti biasanya pun menoleh ke arah gadis itu.
"Kau kenapa?" tanya Devon namun tak di responnya. Devon mendekati Kiara, wajahnya tampak pucat dengan mata merah berair. Devon menyentuh keningnya.
"Oh shit!" rutuk Devon mendapati wanitanya demam. Devon mengangkat tubuh Kiara dan membaringkannya di sofa.
"Marta.." panggil Devon.
"Ya Master."
"Tolong ganti sprei dan rapihkan kamar ini. "
"Baik master." ucap Martha lalu mengganti spreinya dengan cekatan. Devon menelepon Alger.
"Master.."
"Suruh dokter kemari."
"Baik master."
"Dokter perempuan, cepat!" ucap Devon lalu menutup ponselnya.
Sial kenapa jantungnya berdegup kencang? Kenapa Devon merasa cemas dan takut kehilangan wanita ini? Perasaan apa ini?!!
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mother's Eyes (Tamat)
AcakWARNING!!!! SUKA, SILAHKAN BACA GAK SUKA YA JANGAN DI BACA KARENA SAYA TAK PERNAH MEMAKSA ANDA UNTUK MEMBACA TULISAN SAYA. BERISI KONTEN DEWASA JADI BUAT YANG AGAMAIS, ALIM, SIRIK DAN TAK BISA MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN, SILAHKAN MENJAUH. Kisah se...