Happy Reading....
Aida membawa Kiara ke istananya, ya rumah yang sangat besar seperti istana kerajaan.
"Sayang, apa kau baik-baik saja?" tanya Aida yang melihat Kiara yang tampak gelisah.
Rumah ini lebih besar dari rumah Devon meski penjaganya tak sebanyak di rumah Devon.
Tiang rumah yang tinggi besar dengan interior klasik mewah yang Kiara yakin harga mengukirnya saja bisa sampai jutaan dollar.
"Aida, siapa wanita itu?" tanya seorang pria paruh bayah yang tampan.
"Kakak, ini anak kita Adelaida!" pekik Aida bahagia namun di tanggapi dingin oleh Vladimir.
"Apa kau yakin?"
"Tentu saja, ini buktinya dan dia memang anak kita, mirip kita sayng!" ucap Aida sambil merangkul Kiara.
"Dad..." ucap Kiara namun langsung di potong.
"Istirahatlah Adele." ucap Vladimir dingin.
Apa benar dia ayahnya?
Kenapa sikapnya dingin dan terkesan tak suka?"Kita ke kamar." ucap Aida dan Kiara hanya mengangguk pelan.
Sesampai di kamar Aida mengelus kepala Kiara.
"Mungkin ayahmu capek dan belum terbiasa dengan kehadiranmu."
"Tapi kenapa aku merasakan hal yang janggal Mom?"
"Mungkin itu hanya prasangkamu saja. Beristirahatlah Sayang..." bisik Aida lalu pergi meninggalkan Kiara.
Aida merasa kecewa dengan suaminya, kenapa Vladimir menyambut dingin darah dagingnya sendiri? Bagaimana pun Kiara adalah anak kandungnya.
Aida menemui Vladimir di ruang baca.
"Kakak, kenapa kau menyambut Adelaida seperti itu?"
"Seperti itu bagaimana?"
"Dia putri kita yang hilang."
"Apa kau yakin itu anak kita?"
"Tentu saja, selain tes DNA ada kemiripan juga dengan kita, Kak!"
"Aku tak tahu harus bersikap apa. Tiga belas tahun dia menghilang dan hidup miskin apa sikapnya takkan mempermalukan kita sebagai bangsawan Aida?" tanya Vladimir sinis membuat hati Aida sakit.
"Tapi itu semua bukan kesalahan anak kita Kak dan kita bisa menyekolahkannya. Mendidiknya menjadi seorang bangsawan seperti anak-anakmu yang lain." ucap Aida namun Vladimir tampak tak suka jika putra-putranya di samakan dengan Adelaida.
"Sudahlah, aku lelah membahas anak itu!" ucap Vladimir ketus lalu pergi ke kamarnya.
Aida hanya bisa menghela nafas, merasakan sakit di hatinya.
Kenapa Vladimir tampak tidak menyukai Adelaida?
*****
Kiara menatap kamarnya yang sangat luas, mungkin dua kali lipat dari luas kamar Devon. Kiara duduk di ranjang empuknya, Kiara rindu Devon!
Air matanya menetes, andai Devon tidak membohonginya, tega membunuh Laura dan memberikan mata wanita itu pada Kiara.
"Aku benci kau Master..." isak Kiara sambil mengusap air matanya.
"Jadi kau anak yang hilang itu?" tanya Dima membuat Kiara terkejut.
"Siapa kau?"
"Aku adik tirimu, Dima dan kau punya satu adik tiri lagi bernama Lenin. Sayang dia sedang asik berpesta." ucap Dima datar.
"Namaku Kiara."
"Nama yang cantik, Adelaida." ucap Dima lalu mendekat dan menghapus air mata Kiara yang masih membasahi ujung matanya membuat Kiara merasa tak enak hati.
"Dima..."
"Jangan menunjukan kelemahanmu, Dad takkan suka."
"Dad sepertinya memang tidak menyukaiku."
"Kau benar."
"Kenapa?" tanya Kiara sedih dan Dima hanya mengedikan bahunya.
"Bersiaplah, Lenin tak semanis aku." ucap Dima membuat Kiara menaikan halisnya.
Orang sedingin Dima di bilang manis?
"Makan malam akan segera di mulai, cepat mandi dan turun. Dad tak suka anak yang tidak disiplin." ucap Dima."Terima kasih Dima." ucap Kiara dan Dima hanya tersenyum tipis lalu pergi meninggalkan kamar Kiara.
Kiara segera membersihkan tubuhnya dan segera turun ke ruang makan. Kiara terkejut melihat Dima sudah menunggunya di depan pintu.
"Kau menungguku?"
"Cepat turun!" perintah Dima sambil berlalu meninggalkan Kiara dan gadis itu pun mengikuti Dima dari belakang.
Kiara menatap meja makan yang memanjang dan penuh dengan makanan.
"Sayang..." sapa Aida dan menarik Kiara agar duduk di sampingnya.
"Aku tak suka keributan di saat makan!" ucap Vladimir membuat nyali Kiara menciut.
"Makan yang sopan, perhatikan aku." bisik Dima dan Kiara mengangguk.
Kiara menatap satu lelaki lagi yang pasti bernama Lenin, lelaki itu menatap sinis Kiara lalu membuang muka tak suka!
Kiara beruntung memiliki adik tiri sebaik Dima, entahlah Dima tak sesinis Lenin. Mereka pun berdoa sebelum makan lalu mulai makan.
Kiara makan paling terakhir karena sibuk mencontoh cara makan Dima yang sebenarnya tak jauh berbeda dengan cara Devon makan.
Kenapa pikirannya selalu membanding-bandingkan keluarganya dengan Devon? Hati Kiara terasa sakit memikirkan lelaki itu.
Braaaakkk!!
Vladimir menggebrak meja tak suka melihat Kiara melamun
"Jangan melamun ketika sedang makan Adelaida!"
"Ha..?"
"Apa makanannya tidak enak?" sindir Vladimir membuat mata Kiara berkaca-kaca.
Kenapa ayahnya tampak benar-benar membencinya?
"Maaf." ucap Kiara cepat lalu memasukan makanannya ke mulutnya.
Masakan yang lezat pun jadi terasa hambar jika di makan dalam keadaan tertekan. Ini semua gara-gara Kiara memikirkan Devon. Kiara harus segera menyingkirkan Devon dari hidupnya, harus!!!
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mother's Eyes (Tamat)
AléatoireWARNING!!!! SUKA, SILAHKAN BACA GAK SUKA YA JANGAN DI BACA KARENA SAYA TAK PERNAH MEMAKSA ANDA UNTUK MEMBACA TULISAN SAYA. BERISI KONTEN DEWASA JADI BUAT YANG AGAMAIS, ALIM, SIRIK DAN TAK BISA MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN, SILAHKAN MENJAUH. Kisah se...