30 • Kabin 19

2.7K 438 24
                                    

Disini masih gerimis tipis. Sangat tipis. Jen harus berteduh sebelum hujan benar-benar turun. Tudung mantel tidak terlalu membantu. Apalagi dia tengah bersama Jisoo, itu artinya dia tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri, dia juga harus memikirkan Jisoo.

"Jisoo, ayo ikut aku!" Jen menarik tangan Jisoo lembut.

"Mau kemana?" tanya Jisoo sembari mengikuti kemana Jen pergi.

"Ayo kita naik itu." tunjuk Jen pada salah satu wahana.

"Bianglala?" Jisoo menautkan alisnya.

Oh, tidak!

"K-Kita naik yang lain dulu saja bagaimana?" bujuk Jisoo.

"Tidak, jika kita naik yang lain kita akan kehujanan. Sebentar lagi hujan akan turun, kau tahu." terangnya.

"T-Tapi.." raut wajah Jisoo seketika langsung berubah panik.

"Sudah, ayo." Jen menggiring Jisoo untuk kesana.

Bianglala. Memang bianglala adalah sebutan untuk wahana tersebut jika di masa depan. Tapi mungkin sebutan bagi Jen dan kaum vampirnya adalah.. Kincir Angin.

Wahana satu ini memang indah dan sangat romantis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wahana satu ini memang indah dan sangat romantis. Ini wahana idaman setiap pasangan kekasih, bukan? Tapi Jen dan Jisoo bukanlah sepasang kekasih. Mereka naik ini juga hanya karena untuk berteduh saja.

"J-Jen.." lirihnya setelah mereka sudah akan masuk ke salah satu box besi itu.

"Hmm?" toleh Jen pada Jisoo yang entah mengapa genggaman tangannya mengerat.

"Ini...tidak safety." ujar Jisoo.

"Safety itu apa?" Jen bertanya polos.

"Ah safety itu aman. Ini tidak aman, Jen!" tuturnya.

"Aman kok." singkatnya lalu masuk.

"Ah tapi Jen.." Jisoo masih ragu untuk menyusul Jen yang sudah masuk ke dalam box besi dihadapannya.

"Aman bagaimana coba? Bisa saja mesinnya mati secara tiba-tiba, dan kita terperangkap berada di dalam terus-terusan karena tidak bisa keluar." elak Jisoo.

Bagus, dong, jika begitu.
Kita bisa berduaan selama mungkin kalau memang itu terjadi.

"Ini aman..." lembutnya menatap dengan tatapan teduhnya.

"...jika kau naik bersamaku." lanjutnya lalu menyuruh Jisoo masuk.

👣👣👣

Mencekam. Itulah yang ada dibenak Jisoo saat ini. Dia benar-benar merasa takut. Bahkan sejak masuk ke dalam kabin dia hanya memegangi pagar besi yang terjajar rapi mengelilinginya.

Setiap kali ia melihat ke bawah rasanya benar-benar pusing. Pucat mendadak, itu yang Jisoo alami sekarang. Tak heran, dia memang takut dengan ketinggian.

Who Are You? ─ jensoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang