37 • Gerbang Masa Depan (pt. 2)

2.7K 451 38
                                    

Sejak kejadian itu, Jisoo jadi lebih sering diam. Irit bicara dan jarang melakukan sesuatu. Kemanapun Jen pergi, dia selalu mempepetnya, mengikuti Jen terus. Yah, sebenarnya Jen tidak merasa risih sama sekali. Dia justru senang bila Jisoo semakin dekat dengannya. Namun yang membuat Jen terganggu adalah, Jisoo tak pernah senyum.

Apa dia sudah lupa bagaimana cara untuk tersenyum? Entahlah. Atau mungkin saja ini karena ulah Lim dan onar yang dibuat para Victon dari pasukan Lim. Mungkin saja... Jisoo trauma.

"Jisoo, ayo kita cari makan. Eum, maksudku..cari makanan untuk kau makan." ajak Jen tiba-tiba.

Bukan apa-apa, sedari tadi Jisoo memang hanya diam. Entah lapar, entah mengantuk, entah ingin apa, dia hanya terus saja diam. Jen harus selalu membujuk atau mengajak duluan jika begini.

"Aku sedang malas untuk berbuat apapun, Jen." balasnya.

"Tapi kau kan belum makan. Ya sudah, kau tunggu disini, biar aku yang mencarikanmu buah, bagaimana?" tawarnya.

"Tidak!" tolaknya cepat.

"Bagaimana jika nanti Lim dan yang lainnya itu menangkapku lagi? Aku takut, Jen!" tiba-tiba Jisoo mendekat dan memeluk Jen sangat erat.

"E-Eh? Oh, soal itu.." Jen membalas pelukan Jisoo.

"Eum, m-maafkan aku. Ini semua memang salahku." sesalnya menyudahi pelukannya lebih dulu.

Jisoo menatapnya dengan heran. Jen terlihat begitu menyesal. Kenapa dengan dia? Jisoo belum pernah menatap sorot mata Jen yang kali ini. Ini benar-benar berbeda.

"Sebenarnya, ada sebuah rahasia besar yang selama ini aku tutupi karena ego ku sendiri." akunya.

"Rahasia besar?" Jisoo mengernyit.

"Iya."

"Tentang apa?"

"Tentang aku sebagai vampir, dan kau sebagai manusia." tutur Jen lengkap.

"Hm? Ah aku tidak mengerti apa yang kau katakan, Jen." Jisoo menggeleng pelan.

"Kalau begitu biar aku ceritakan semuanya padamu."

👣👣👣

"AAARRGGHHH, SIAL!!!" amuknya.

Lim tak kuasa menahan emosi. Semua benda yang ada di sekitarnya mulai dia rusak dan dia lempar-lemparkan. Dia sudah merasa menjadi seorang anak yang gagal pada Ayahnya, dan seorang adik yang gagal pula pada kakaknya.

Tapi dia juga tidak sepenuhnya hanya menyalahkan diri sendiri saja. Dia sadar betul bahwa dalam hal ini, Jen juga ikut terlibat. Dan tentu saja, Jisoo adalah pemicunya.

"Aku salah." gumamnya sembari mengepalkan tangan.

"Aku sudah salah telah melepas mereka begitu saja tanpa bisa mengejarnya." ulangnya.

"Tapi Jen juga salah!" kini Lim telah berubah menjadi seorang vampir seutuhnya.

Mata merah menyala tersebut kembali terlihat menyorotkan amarah yang besar di dalamnya. Taring tajam yang muncul disela-sela barisan gigi juga mempertegas bahwa saat ini Lim tak sedang main-main.

"Jen sudah salah telah jatuh cinta dengan manusia penggoda itu. Bisa-bisanya dia luluh dengan rayuannya, Jen benar-benar sudah gila!!" dia menggebrak meja yang ada di hadapannya.

"Dan Jisoo, manusia penggoda itu sudah teramat sangat salah." tangan Lim kembali mengepal.

Iya, memang. Kalau sudah begini tak ada siapapun yang berani masuk ke kamarnya walau hanya sekedar menanyakan kabar atau mengantarkan sebuah hidangan makan malam. Bahkan rasanya, orang kepercayaan kerajaan seperti Lori saja juga tak berani.

Who Are You? ─ jensoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang