3 • Manusia Pilihan

6K 658 30
                                    

Pandangan Jisoo menyebar ke sekeliling. Ini gubuk yang benar-benar sederhana. Karena didalam hanya ada sebuah tikar, alas Jisoo tidur tadi.

Kondisi didalam cukup terbantu dengan adanya lilin kecil yang hanya berjumlah 3 berjajar tak jauh dari tempat Jisoo bangun. Sepertinya itu pun sebentar lagi akan habis.

Jisoo sangat ketakutan. Dia tak ingat apapun yang terjadi sebelum pada akhirnya berada disini. Dia juga bingung harus berbuat apa sekarang.

Jisoo tidak tahu ini tempat apa, dan yang jelas dia tidak ada nyali untuk keluar guna memastikan. Namun tiba-tiba dia teringat sesuatu dan memaksanya untuk nekat segera keluar dari gubuk itu.

"Oh, tidak. Aku harus mengurus nilaiku. Aku harus bertemu dosenku sekarang juga." gumamnya dikeheningan malam.

Dia mulai berdiri dan membuka pintu gubuk yang reyot itu. Suara pintu tua yang khas saat dibuka, membuat Jisoo sedikit merinding. Dia juga merasa was-was bila ada monster atau hewan buas yang mencium keberadaannya.

"Huh, disini gelap sekali. Apa tidak ada sesuatu sedikitpun yang bisa membantu?" gumamnya dengan melihat sekeliling.

"Percuma saja jika aku bawa lilin yang ada di dalam tadi, lilin itu sudah hampir habis." pikirnya.

Dia mengelilingi gubuk itu, mencari sesuatu yang bisa ia bawa untuk meneranginya.

"Ah, ada obor. Haruskah aku bawa obor ini untuk menemani perjalananku?" gumamnya sambil mengambil obor yang saat itu menjadi satu-satunya penerangan.

"Tak apa, ini hanya hutan. Mungkin aku hanya perlu berjalan sebentar sampai menemukan jalan raya." Jisoo menenangkan dirinya sendiri yang sebenarnya sangat ketakutan.

Dia mulai berjalan sekarang. Sedikit demi sedikit dia melangkahkan kaki meninggalkan gubuk tempat dia terbangun tadi.

Jisoo tetap waspada dengan lingkungan sekitar. Bagaimanapun juga dia harus sigap nantinya bila tiba-tiba ada hewan buas yang ingin memangsa dia.

👣👣👣

Keadaan hati yang sedang gundah karena kekacauan di kerajaan, ditambah rasa kesalnya pada Ayah dan adiknya, dan adanya rasa rindu yang menggebu-gebu pada ibunya membuatnya bertindak memutuskan sesuatu tanpa berpikir panjang.

Entah siapa yang menghasutnya, dia memilih untuk pergi dari kastil meninggalkan kerajaan. Hanya membawa barang-barang yang menurutnya penting dan senjata untuk melindungi dirinya sendiri. Panah, yang ia bawa kali ini.

Sebenarnya dia tidak tahu harus pergi ke mana, yang dia pikirkan saat ini hanyalah ingin sendiri. Ia tak ingin di ganggu oleh siapapun.

Dia menghela nafas kasar. Berjalan di tengah gelapnya hutan. Walau begitu, ia tak butuh penerangan apapun. Dia tetap dapat melihat dengan jelas. Itu karena 'mata vampir' miliknya.

"Sekarang apa? Aku harus kemana?" gumamnya sambil sesekali menengok ke arah kanan-kiri.

"Aku memang ingin pergi dari kastil dan mulai hidup sendiri tanpa mereka. Tapi aku harus tinggal dimana sekarang?" gumamnya yang terbingung dengan keputusannya sendiri.

👣👣👣

Keadaan di kerajaan Roand sangat tidak kondusif. Seakan semuanya berantakan tak terselamatkan.

Brownz sedang mengalami Limited Evros dan sangat membutuhkan darah segar dari manusia di masa depan. Hal tersebut membuat Lim Agary kewalahan.

Apalagi sekarang Jen Agary, kakak Lim, memilih pergi dari kastil entah kemana. Lim bersusah payah menyelamatkan Ayahnya, tapi Jen malah tidak membantu sama sekali dan memperumit keadaan.

"Hei, Lori!" ia memanggil penasihat kerajaannya yang diketahui bernama Lori itu.

Lori dijadikan sebagai penasihat kerajaan karena dia sangat dekat dengan Jen dan Lim. Selain itu juga dia merupakan satu-satunya prajurit wanita di kerajaan Roand.

"Iya, nona?" sambil mendekat ke arah Lim.

"Jen pergi entah kemana, tolong kau urus hal ini. Kerahkan para Victon untuk mencarinya." suruhnya.

"Baik, nona. Tapi harus mencari kemana?" tanyanya.

"Terserahlah. Aku serahkan padamu, karena aku tidak bisa ikut mencari bersama kalian. Aku harus tetap berada disini untuk melakukan Ritual Evros guna menyelamatkan nyawa Ayahku." balasnya kemudian bersiap masuk ke dalam.

"Baik, nona." Lori, si vampir wanita itu segera mengerahkan para Victon.

👣👣👣

Lim berjalan memasuki sebuah ruangan kosong, dia membuka jendela lebar-lebar. Lim berdiri di tengah ruangan kosong itu, dikelilingi oleh lilin-lilin kecil yang sudah ia nyalakan sebelumnya.

Kemudian dia duduk, mendongakkan kepalanya ke langit-langit ruangan tersebut sambil menutup matanya rapat. Lagi-lagi dia melakukan Ritual Evros, yaitu pengiriman mimpi buruk kepada manusia pilihan, alias calon tumbal.

Manusia dari masa depan yang terpilih, nantinya akan terus-menerus mendapat kiriman mimpi buruk dari Lim. Namun Lim juga tidak tahu siapakah orang itu.

Dia tidak akan tahu siapa yang akan menjadi tumbal untuk Ayahnya. Lagipula, ini terjadi secara acak. Lim tidak dapat memilih sendiri atau menolak manusia yang sudah ditentukan oleh takdir.

Lim terlihat sangat fokus saat ini. Tapi beberapa saat kemudian tiba-tiba angin besar datang menghampirinya, membuat rambut panjangnya menjadi sedikit berantakan.

Tentu datangnya angin itu pula membuat lilin-lilin yang menyala disekelilingnya mati seketika.

"Apa-apaan ini?" dia kaget dan membuka matanya cepat.

"Jadi manusia itu sudah datang?" gumamnya yang kemudian berdiri, beranjak untuk menutup jendela ruangan tersebut.

"Baguslah jika begitu." seringai muncul di wajahnya.

"Bertahanlah Ayah, kau akan segera selamat." dia keluar dari ruangan itu dengan senyuman puas.

👣👣👣

Jen semakin masuk ke dalam kawasan hutan. Dia berharap akan menemukan sebuah pondok kosong untuk bisa ia tinggali. Pondok yang dimaksud disini adalah rumah kecil ditengah hutan yang tak berpenghuni.

Walaupun itu terdengar mengerikan, namun setidaknya ia punya tempat untuk sendiri atau sekedar bersembunyi. Baru saja ia akan mulai istirahat, tiba-tiba dia mendengar suara Lori, vampir wanita yang juga menjadi penasihat kerajaan.

"Nona!" teriak Lori jauh entah dimana.

"Kau dimana?" teriaknya lagi.

"Nona Jen!" para Victon mulai ikut memanggil-manggil Jen.

Jen tahu itu. Dia bisa mendengar dengan jelas suara mereka yang sedang mencari-cari dirinya. Pasti mereka akan membawa Jen kembali ke kastil.

"Ah, kenapa mereka menyusulku?" gumamnya sambil mencoba bersembunyi.

"Aku harus segera pergi menjauh dari mereka. Sepertinya aku harus cepat." katanya yang kemudian mencoba berlari secepat kilat tanpa suara.

Iya, berlari secepat kilat tanpa suara. Itu mudah bila vampir yang melakukannya.

👣👣👣

Udah kenal kan ya sama keluarga vampir nya?

Lanjut? Vote nya jangan lupa 😉

#flaw

Who Are You? ─ jensoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang