23 • Rencana

3.2K 476 18
                                    

Setelah mendengar apa yang baru saja Jen katakan, Jisoo kaget. Matanya mendelik tajam. Rona merah dipipinya mulai terlihat jelas sekarang.

Apa maksud Jen tadi?
Dia bilang dia suka dengan bibirku?
Arrghh, dasar vampir mesum!

Dia segera bangun dan berdiri. Dia lalu merapikan pakaiannya dan kemudian pergi begitu saja meninggalkan Jen yang masih tidur terlentang.

"Hei, Jisoo, kau mau kemana?" Jen ikut bangun juga.

Jisoo hanya diam dan tidak menjawab. Dia terus berjalan meninggalkan vampir mesum yang sudah melumat bibirnya dengan liar dan meremas pantatnya sembarangan.

Apa Jisoo marah denganku karena yang tadi?
Tapi tadi sepertinya dia juga menikmatinya.
Ah kacau, jangan sampai dia marah lagi padaku!

"Jisoo, tunggu!" Jen berhasil meraih bahu Jisoo dan membuat Jisoo berbalik.

"K-Kau marah?" tanya Jen cemas.

Jisoo lagi-lagi hanya diam. Dia tertunduk dan tidak mau menatap Jen.

"Hei.." Jen meraih dagu Jisoo pelan, membuat Jisoo sedikit mendongak agar dia bisa melihat wajah Jisoo dengan jelas.

Setelah Jisoo mendongak dan memperlihatkan wajahnya pada Jen, Jen justru terkekeh pelan dibuatnya.

"Kenapa pipimu merah sekali? Apa kau malu?" Jen masih memegang dagu Jisoo sambil terkekeh.

"Tahukah kau bahwa kau sudah tidak sopan padaku tadi?" kata Jisoo menepis pelan tangan Jen.

"Oh benarkah begitu? Bukannya kau juga menikmatinya tadi? Bahkan kau terus saja mendesah dan sesekali menyebut namaku." kata Jen dengan santai sambil menunjukkan seringainya.

Jisoo membelalak. Matanya mendelik tajam membunuh Jen. Dia benar-benar kesal dan sekarang tangannya sudah mengepal.

"Aish, jauh-jauh sana kau. Dasar vampir mesum!" Jisoo mendorong pelan bahu Jen lalu kembali berjalan menjauh dari Jen.

Jen hanya terkekeh di belakang. Dia terus mengikuti kemana Jisoo akan pergi. Dia harus selalu berada disamping Jisoo dan menjaganya dengan baik. Seperti janjinya kala itu.

"Sebenarnya ini semua salahmu. Aku bukannya mesum, kau saja yang terus menggodaku. Sekarang kau tahu kan bagaimana jika aku sudah lemah dengan godaanmu, aku jadi khilaf seperti tadi." jelas Jen dibelakang sana.

"Apa kau bilang, hah? Katakan sekali lagi." tantang Jisoo yang sudah sangat geram.

"Aku bilang, kau terus saja menggodaku. Kau menggodaku dengan semua yang kau punya itu. Kau tahu, leher putihmu yang berkeringat membuatmu semakin terlihat sexy. Bibirmu juga, bibirmu itu sangat kecupable. Dan dadamu...ah kenapa juga kau menekan dadamu pada tubuhku tadi, huh?" Jen mengungkapkan semuanya.

"JENN KAU INI BENAR-BENAR MESUM YA!!!" teriak Jisoo sambil melempari patahan ranting yang berada di sekelilingnya.

"Hei, tenanglah. Tidak usah melempariku juga jika kau memang malu," Jen melindungi kepalanya yang menjadi sasaran itu dengan tudung mantelnya.

"SUDAH, JANGAN IKUTI AKU LAGI!" kata Jisoo melempar ranting terakhirnya lalu bergegas pergi.

Jen yang ditinggalkan disitu hanya geleng-gelang pelan melihat sikap Jisoo. Dia sedikit menahan tawanya.

"Ah, manisnya jika sedang malu begitu.." gumamnya lalu tetap mengikuti kemana Jisoo pergi.

👣👣👣

Jika dilihat dari jalan yang sedang dilewati Jisoo, sepertinya ini mengarah ke sungai. Jisoo terus saja berjalan tanpa memperdulikan Jen yang ada dibelakangnya.

Dia tahu bahwa Jen mengikutinya, dan dia juga tidak mau lagi untuk mencegah Jen. Bagaimana pun juga dia butuh Jen. Dia tidak sanggup bila harus berpisah dengan Jen. Jen sangat baik padanya walau terkadang memang mesum.

"Jisoo.." panggil Jen dari belakang sana.

"Hmm." datarnya tanpa menoleh sedikitpun.

"Apa kau akan ke sungai?" tanya Jen memastikan.

"Iya." jawabnya singkat.

"Untuk apa? Apa kau akan cuci muka lagi?" tanya Jen lagi.

"Iya." Jisoo hanya cuek dan terus berjalan.

"Oh, bagus kalau begitu." kata Jen lengkap dengan seringainya.

👣👣👣

Lim sudah sangat geram. Dia benar-benar merasa bodoh sekarang. Bagaimana dia bisa kecolongan dan sama sekali tidak tahu bahwa Jisoo adalah manusia.

Jika sejak awal dia menyadari bahwa Jisoo adalah manusia, mungkin dia sudah menangkap Jisoo dan menjadikannya sebagai tumbal untuk kesembuhan Brownz, Ayahnya.

"Arrghh, bagaimana mungkin aku tidak menyadarinya? Kenapa rasanya biasa saja seolah dia adalah vampir juga. Apa yang salah dengan hidungku ini hingga aku tak bisa mencium aroma Jisoo yang sebenarnya?" Lim heran dengan dirinya sendiri yang begitu bodoh itu.

"Aku tak akan melepaskannya begitu saja. Aku harus bisa mendapatkannya." tangannya mulai mengepal kuat.

"Maafkan aku Jen, aku memang menyayangi mu. Tapi aku lebih menyayangi Ayahku." Lim menggebrak meja hingga membuatnya patah menjadi dua.

Sekuat itu kah vampir jika sedang marah? Sampai-sampai meja besar nan kuat dari kayu jati saja dapat terbelah menjadi dua. Apa Jisoo akan aman setelah ini? Entahlah.

"Aku tahu, mereka pasti bersembunyi dalam hutan. Aku akan telusuri setiap incinya nanti malam." gumamnya penuh emosi.

👣👣👣

Jahat banget gue sampe bikin Jichu dalam bahaya gini 😅

Btw, thanks buat 2k+ votes nya 🎉

Next chapt kapan? Kalo total reads udah mencapai 7k+ yaa..
Kalo 7k+ nya cepet, ya gue update nya juga cepet.
T

hankyou 😘

#flaw

Who Are You? ─ jensoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang