13 • Si Merah Pekat

3.4K 518 27
                                    

"Lori, tolong ambilkan aku minum. Aku haus." suruh Lim pada orang kepercayaan di kerajaannya itu.

"Baik, nona." Lori hendak mengambilkan Lim minum.

"Eum, apa nona Jen juga ingin ku ambilkan minum?" tanya Lori sebelum pergi.

"Ah, tidak. Nanti saja, aku akan mengambilnya sendiri."

"Lalu bagaimana dengan nona yang ini?" Lori menunjuk sopan dengan jelpol tangannya ke arah Jisoo.

"Eum, iya boleh, aku ingin minum." kata Jisoo dengan cepat.

Jujur saja, dia memang haus. Jika kalian tanya kenapa, perjalanan dari hutan tadi menuju kastil ini memang cukup jauh. Itu membuat Jisoo kelelahan.

Flashback On

Sebenarnya Jisoo ingin beristirahat dulu karena kakinya sudah benar-benar lemas. Namun dia merasa tidak enak untuk mengatakannya pada vampir yang baru ia temui, yang katanya bernama Lim Agary itu.

Walaupun dia manis dan wajahnya sangat menggemaskan, tapi tetap saja Jisoo tidak enak. Mereka kan baru bertemu juga. Tapi untungnya Jen menyadari hal itu.

Jen melihat raut wajah Jisoo seperti kelelahan. Langkah kakinya juga tidak secepat yang sebelumnya.

"Jisoo, apa kau baik-baik saja?" tanyanya sambil menangkup kedua pipi Jisoo dan menatapnya.

"Aku..lelah. Kakiku mati rasa, Jen." jawabnya dengan wajah lesunya.

Lim yang juga mendengar itu kemudian berbalik ke arah mereka berdua yang masih tertinggal di belakang. Lim berhenti sejenak, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Sebenarnya sudah dekat. Tapi jika kau memang tidak kuat, sini.." Jen lalu berjongkok.

"Naiklah ke punggungku, aku akan menggendongmu sampai ke kastil." lembutnya.

"Ah, dasar kakak tidak berguna! Pandai sekali dia memanfaatkan keadaan. Curi-curi kesempatan saja." batin Lim di depan sana.

"Apa tidak apa-apa?" tanya Jisoo.
Jen hanya mengangguk dengan senyum simpulnya dibawah sana.

"Tapi, aku sedikit berat." kata Jisoo.

"Tak apa, aku kan kuat." kata Jen dengan sombongnya.

"Baik kalau begitu." Jisoo kemudian naik ke punggung Jen perlahan. Dia hanya memastikan dia tidak akan menyakiti Jen.

"Huh, sepertinya kau benar. Kau memang berat." ucap Jen setelah berhasil berdiri dengan menggendong Jisoo di punggungnya.

"Kau ini!" pukul Jisoo pelan ke bahu vampir yang menggendongnya itu.

Jen hanya terkekeh. Sementara di depan sana, lagi-lagi adiknya tidak diperhatikan sama sekali.

"Kerja bagus, Jen! Teruslah seperti itu, dan rayu semua vampir dari setiap kerajaan." godanya dengan senyum miring di wajahnya.

"Heh, diam kau anak kecil!" balasnya.

Flashback Off

"Kalau begitu bawakan dua minum. Satu untukku dan satu untuk Jisoo." kata Lim pada Lori.

"Baik, nona." Lori lalu segera menuju ke dapur kastil.

Jen kaget mendengar bahwa Jisoo haus dan ingin minum. Apa dia yakin bisa meminum minuman dari kastil ini?

"Jisoo, k-kau yakin ingin minum?" bisik Jen di telinga Jisoo.

"Aku haus, Jen. Aku ingin minum." balasnya yang ikut berbisik juga.

"Tapi minuman disini--" belum selesai Jen berbisik memberitahu Jisoo, Lori sudah datang membawakan minum.

"Silahkan, nona." kata Lori yang membawa nampan yang diatasnya ada dua gelas berisikan cairan berwarna merah pekat.

"Terimakasih, kau boleh pergi." kata Lim setelah mengambil dua gelas itu.

"Baik. Permisi, nona-nona." Lori lalu pergi meninggalkan mereka bertiga di ruang tengah ini.

"Ini untukmu, Jisoo." Lim menyerahkan gelas yang ada di tangan kanannya itu kepada Jisoo.

Jisoo mengernyit bingung. Cairan merah kental di gelas yang ia genggam saat ini sangatlah aneh baginya. Baunya juga anyir walau ia tak mendekatkan hidungnya untuk menghirupnya langsung.

Jisoo menatap Jen sebentar. Sementara Jen yang sedang ditatap dengan tatapan bingung itu hanya diam. Dia berharap Jisoo mengerti dengan sendirinya.

Lim yang saat itu masih bersama mereka, sudah langsung meminum si merah kental miliknya.

Jisoo melihat itu. Jisoo memperhatikan Lim saat meminum minumannya.

Entah kenapa raut wajah Jisoo berubah menjadi jijik. Itu benar-benar menjijikkan baginya. Tiba-tiba ia merasa mual. Rasanya ia ingin muntah sekarang juga.

Namun Jen peka dengan itu. Dia lalu menangkup wajah Jisoo dengan kedua tangannya. Mengarahkan wajah Jisoo ke wajahnya.

"Aku tau, kau pasti merasa tidak nyaman dengan pemandangan itu kan?" lirih Jen pada Jisoo tanpa membuat Lim mendengar pembicaraan mereka.

"Maka dari itu lihat aku saja. Tatap wajahku yang lucu ini." kata Jen dengan bangga, guna menghibur Jisoo juga.

Jen mengambil alih gelas yang Jisoo bawa. Kemudian dia meletakkannya di atas meja, samping tempat mereka berdiri.

Mereka masih terus bertatapan. Sepertinya mereka betah berlama-lama berpandangan seperti itu. Entah kenapa Jisoo merasa nyaman dengan tatapan teduh yang Jen berikan.

Kornea abu-abu milik Jen membuat Jisoo ingin terus-menerus menatapnya tanpa bisa lepas. Seolah Jen sudah menghipnotisnya sekarang.

Dan perasaan apa ini? Kenapa Jisoo merasakan rasa yang berbeda? Hatinya merasakan keanehan. Dia sudah lupa dengan perutnya yang mual, dan tak lagi ingin muntah. Yang dia rasakan sekarang ini justru ingin mengeluarkan secara paksa ribuan kupu-kupu yang secara lancang memenuhi perutnya.

Perlahan dia mulai tersenyum, menunjukkan senyum manisnya pada Jen. Jen benar-benar bisa membuatnya tenang. Jisoo merasa bahwa Jen bisa mengontrol dirinya. Jisoo senang bisa berada di dekat Jen, vampir yang katanya akan menjaganya dengan baik itu.

👣👣👣

Jisoo lupa kali ya kalo minuman mereka beda? 😂

Next? Vote nyaa...

#flaw

Who Are You? ─ jensoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang