21.2 "Blessing"

8.4K 702 108
                                    


Wendy membuang napasnya setelah mereka sampai di rumah. Chanyeol yang saat ini tengah berada di dapur dan membuatkan calon istrinya itu teh hangat hanya memandang heran wajah Wendy yang terlihat bimbang dan khawatir. Entahlah, raut wajahnya menggambarkan sesuatu yang serius. Chanyeol khawatir itu adalah hal yang penting, namun Wendy tak ingin menceritakannya.

Setelah membuat teh panas tersebut, Chanyeol menyerahkannya pada Wendy dan perempuan itu menerimanya masih dengan raut wajah tak tenang. Chanyeol pun yang tidak tahan melihat wajah itu, akhirnya menangkup pipi wanitanya dan menatap dalam iris matanya.

"Katakan padaku. Ada apa, sayang?" tanya Chanyeol sembari mengusap pipi Wendy dengan lembut.

Wendy menghela napas. "Irene..."

"Irene?"

"Dia..."

"Kenapa?" Chanyeol semakin penasaran dengan apa yang hendak Wendy katakan. "Apa? Jangan buat aku penasaran!" kata Chanyeol mendesak membuat Wendy membuang napasnya lagi.

"Dia... Anak dari pria itu," kata Wendy menurunkan vokalnya sedikit. Sontak, mata Chanyeol membulat tidak percaya. Ia mundur beberapa langkah sembari memasang ekspresi terkejutnya sehabis mendengar pemaparan Wendy barusan.

Apa katanya? Wendy tidak salah menebak kan?

Bukan, bukan Chanyeol tidak tahu maksud perkataan wanitanya. Ya, wanita pujaan Sehun itu menjadi pencarian nomor satunya ketika melihat Sehun merana karena perempuan itu. Jadi, segalanya tentang Irene cukup Chanyeol ketahui dengan baik. Apalagi mengenai keluarga Irene dan ayahnya.

"Kau serius?"

Wendy mengangguk. "Dia.. Hiks..." Wendy menggigit bibir bawahnya menahan mati-matian air mata yang hendak jatuh membasahi pipinya.

Chanyeol membuang napasnya lalu segera memeluk tubuh Wendy dengan erat dan mengusap punggung perempuan itu dengan sayang. "Sshhh... Semuanya akan baik-baik saja," ujar Chanyeol sambil mengecup kening Wendy sayang.

"Bagaimana bisa aku tenang, Yeolie? Dia... Dia tepat di depanku. Dan rasanya... Aku tidak sanggup," jawab Wendy menggeleng kemudian meremas kemeja Chanyeol demi menyalurkan perasaannya yang bercampur menjadi satu.

"Aku tahu, tapi..."

"Dia... Anak dari pria jahat itu Yeolie! Kau harus tahu!"

"Sayang... Tenanglah, kau sedang hamil!" sentak Chanyeol sembari meremas pundak Wendy dan menatapnya lekat.

"Irene tidak bersalah, Wen. Dia tidak tahu apa-apa!"

"Ta-tapi..."

Chanyeol membuang napasnya kemudian menarik tengkuk perempuan itu dan menyatukan kening mereka. Keduanya saling diam dan hanya terdengar suara napas Wendy yang tak beraturan. Chanyeol tahu bagaimana cara menenangkan kekasihnya, dan cara seperti ini adalah hal yang sering ia lakukan ketika Wendy histeris.

Setelah merasa Wendy cukup tenang, ia memeluk tubuh wanitanya dengan lembut, dan mengecup Puncak kepala Wendy dengan sayang. "Kita akan membicarakannya besok, hm? Sekarang, minum obatmu dan tidur. Aku akan minum sebentar."

"Aku boleh ikut?"

"Kau tidak suka alkohol..."

"Aku mau ikut!" desak Wendy dan Chanyeol mengalah lalu menarik pergi Wendy menuju ruangan privasinya.

︶︿︶

Sehun melepaskan jasnya, kemudian melepaskan dua kancing kemejanya hingga sebagian dada bidangnya terlihat. Malam ini, ia melihat kamar tidurnya yang kosong. Irene terpaksa ia pulangkan ke apartemen ibunya karena sepanjang jalan Nyonya cerewet itu terus menghubungi wanitanya agar kembali pulang. Dan sungguh, jika ia bukan calon mertuanya, maka Sehun akan dengan senang hati menembak mati wanita tua itu karena sudah berani memberi jarak antara Sehun dan Irene.

• Overdose | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang