6. "Surrender"

10.9K 946 149
                                    

"Kau tak tahu cara makan?" suara berat itu kembali membuat Irene tersentak.

Ya. Jika dia bertanya apa Irene tidak tahu cara makan, jawabannya ya. Irene tidak tahu cara mengunyah makanan ketika berdekatan dengan pria ini. Berada pada satu meja dan makan hidangan yang sama dengannya, membuat Irene melupakan segala kemampuannya.

Irene meremas sendok dan garpu di kedua tangannya. Matanya terus menunduk di bawah sejak sepuluh menit yang lalu. Dan hal itu mengundang kegeraman bagi pria di hadapannya. Ia merasa tidak dihargai oleh Irene, dan ia merasa Irene sangat berlaku tidak sopan padanya.

"Kau masih takut padaku?" tanya pria itu lagi. Namun, tidak ada jawaban dari bibir kecil yang sedang bergetar itu, "kau tahu sifatku. Aku tidak suka diabaikan," ucapnya lagi sambil memotong daging tersebut.

Irene tentu mengingat kejadian apa yang sudah ia lihat satu jam yang lalu. Pembunuhan nyata itu masih terbayang di kepalanya, bahkan membuatnya sampai trauma hanya dengan melihat Sehun.

"A –aku, tidak naf –su ma –makan." Perkataan Irene sontak membuat Sehun menjatuhkan pisau dan garpunya bersamaan.

Ia menatap Irene dengan tatapan rendahnya, kemudian mengusap bibirnya dengan serbet. Sehun pun berdiri dari tempatnya, dan menuju seorang anak buahnya, mengambil pistol dari sisi kiri anak buahnya tersebut. Menarik pelatuknya, dan tanpa permisi, langsung mengarahkannya pada kepala Irene.

"Makan!" bentak Sehun membuat Irene tersentak. Ia benar-benar takut sekali. Kenapa ia berada di rumah pria ini? Kenapa nasibnya harus berakhir seperti ini?

"Ya! Kau mau apa?!" teriak Kyungsoo yang sudah berada di ruang makan tersebut.

Pria Do tersebut, langsung menurunkan pistol Sehun dan mengambil benda tersebut lalu memberikannya pada anak buah Sehun, "kau sudah gila, huh? Itu hanya semakin menakutinya!" bentak Kyungsoo sambil menatap Irene yang sekarang sedang menangis dengan hebat.

"Dia tidak mau makan!" teriak Sehun geram.

"Tapi bukan begitu caranya, Sehun." Kyungsoo menghela napasnya, "Irene-ssi, kau baik-baik saja?" tanya Kyungsoo lembut dan Irene sontak menggelengkan kepalanya, "kau ingin sesuatu?" tanya Kyungsoo lagi.

"A –aku, hanya ingin pu –pulang ... hiks ... aku ha –harus menjaga ibuku di –rumah sakit ..." ucapnya lirih dengan penuh tangis.

"Izinkan dia menemui ibunya, Hun. Kasihan," pinta Kyungsoo yang sudah tidak tega melihat Irene tersiksa terus menerus berada di kurungan Sehun.

Sehun pun mencebik, "tidak, sampai dia datang sendiri padaku dan menyerahkan tubuhnya." Sehun langsung berjalan menaiki tangga untuk masuk ke kamarnya.

Kyungsoo menghela napas, kemudian menatap Irene yang masih tertunduk dan menangis. Irene mendengar syarat pria itu. Bahkan ketika Sehun yang meminta, Irene tidak sanggup melakukannya. Apalagi jika Irene sendiri yang menyerahkan tubuhnya sendiri pada Sehun. Tidak. Hal itu tidak akan terjadi.

Bahkan, sampai dunia runtuh pun, Irene tidak akan mau melakukan hal keji tersebut.

Tapi, itu adalah satu-satunya syarat yang Sehun ajukan padanya. Apakah Irene harus berterima kasih? Berkat kebaikan Sehun juga, ibunya masih bisa dirawat di Willis, kan?

"Aku tidak tahu dia akan seperti ini." Kyungsoo mendesah pelan kemudian duduk di hadapan Irene, "itu pilihan yang sulit. Aku tahu," ucap Kyungsoo tersenyum masam.

"Apa dia itu manusia?"

"Kurasa bukan." Kyungsoo tersenyum, "tapi, hmm ... ini hanya rahasia kecil kita, ya?" bisik Kyungsoo tiba-tiba membuat Irene menatap lekat pria di depannya sambil mengusap air matanya.

• Overdose | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang