12. "She's mine"

13.9K 941 180
                                    


Entah kenapa, rasanya Sehun malu sehabis mengucapkan kalimat laknat itu pada Irene. Alhasil, Irene hanya tertawa jenaka menganggap ucapan Sehun sebagai candaan tanpa arti. Jujur, Sehun kesal dan marah karena Irene tidak menganggapnya serius.

Padahal, Sehun sudah memasang tampang paling seriusnya. Dan, saat ini, perempuan itu masih sibuk menahan sakit di perutnya karena terus terngiang-ngiang perkataan Sehun.

Oh, bukannya Irene tidak sopan, hanya saja, ia merasa Sehun sangat lucu ketika mengatakan sebuah kalimat yang sangat tidak cocok untuk karakternya yang bersifat kasar dan kejam. Ayolah, tadi itu, Sehun terlihat seperti laki-laki jaman now yang sangat alay.

Ah, tapi, Irene juga aslinya tidak peka ketika Sehun bilang begitu. Entah gadis itu telmi atau apa, yang jelas, Irene hanya menganggap hal itu gurauan saja.

"Berhenti tertawa, Rene!" bentak Sehun tidak suka. Pria itu bahkan merajuk dan memunggungi Irene.

Irene pun berhenti tertawa. Ia mencoba mengatur perasaannya sendiri dan mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air mata karena tawanya begitu pecah tadi.

Irene memegang pundak Sehun, namun Sehun menepis tangan Irene sedikit kasar. Irene pun merasa bersalah karena sudah menertawai Sehun tadi. Oh, dia tidak bermaksud apa-apa padahal.

"Hun...mau makan?"

Well, usaha Irene mengajak Sehun bicara tidak mempan, karena pria itu memejamkan matanya berpura-pura tidur. Aksi merajuk Sehun sebenarnya terlihat lucu. Seperti seorang pria manja yang sedang meminta perhatian dari kekasihnya.

"Aku pergi?" tanya Irene dan masih sama, Sehun tidak mau menjawabnya.

Dan, ketika Irene sudah mengambil tasnya, lalu bersiap keluar dari ruangan, sebuah tangan hangat menahan pergerakannya. Irene terhenti dan tersenyum kemenangan. Semarah-marahnya Sehun, tetap saja pria itu tidak ingin Irene meninggalkannya.

Ya. Irene mendapatkan kelemahan Sehun sekarang.

"Jika kau keluar, aku akan menembak kepalamu!" bentak Sehun garang.

Irene memutar jengah matanya. Sungguh. Alasan Sehun dari jaman bahula sampai sekarang selalu sama. Menembak kepalanya. Tapi mana? Meski Irene menjadi perempuan pembangkang, Sehun tetap bersikap biasa saja. Ancaman itu sudah terlalu kebal untuk Irene dengar. Tidak begitu berarti lagi, untuk menakuti Irene.

Irene pun melipat tangannya di dada, lalu mendekat pada Sehun. Dicondongkannya kepalanya pada Sehun membuat pria mengerut bingung.

"Mau tembak? Ayo tembak!"

Oh, jadi Irene memancingnya? Sungguh. Perempuan ini sedang menguji kesabaran Sehun sepertinya.

"Jangan macam-macam, Rene...kau..."

Chup

Sehun mengerjap beberapa kali, ketika merasakan Irene baru saja mencium keningnya dengan lembut. Irene pun hanya tersenyum setelah melakulannya. Sungguh. Hal barusan sudah membuat jantung Sehun hampir lepas dari tempatnya, dan juga, membuat sesuatu di dadanya ingin meledak dan terasa ada yang menggelitik nadinya.

"Jadi menembak kepalaku?"

Sehun yang melamun langsung kembali sadar dan memalingkan wajahnya ke samping. Astaga, kenapa ia malu begini? Tidak ada di kamus hidup Sehun, jika ia akan tersipu karena seorang perempuan. Di mana harga dirinya sebagai pria? Menggelikkan.

"Ayo makan," kata Irene lalu duduk di ranjang Sehun, dan membuka bekal itu. Sesekali, Irene menatap Sehun yang masih terkejut dengan kejadian barusan. Astaga, bahkan hanya ciuman di kening saja? Kenapa reaksi Sehun berlebihan sekali?

• Overdose | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang