Irene mematut dirinya di pantulan cermin kamar kecil itu. Ia ingin menangis, namun seseorang melarangnya karena akan merusakkan make up yang sudah ia kerjakan selama hampir satu jam. Ia memang memakai seragam pelayan berwarna hitam dan putih. Namun, itu terlalu ketat dan roknya sangat pendek.
Bagi Irene, ia sama saja dengan gadis-gadis pelacur di klub ini. Suara dentuman musik keras yang membuat gendang telinganya hampir pecah, juga membuat Irene benar-benar muak berada di klub malam ini.
Ia terduduk di atas kursi sambil mengepalkan tangannya. Ia harus tahu jika ini bukan akhir segalanya. Begitu ia mendapat uang yang banyak, ia harus segera keluar dari klub ini dan membiayai operasi sang ibu.
Tok tok tok!
Cklek
Irene menoleh ke kanan dan menemukan sosok Krystal di sana yang juga sudah siap dengan kemeja kerjanya. Krystal tersenyum menenangkan ketika dilihatnya gadis itu terlihat sangat hancur sekarang.
"Rene, jangan terlalu memikirkan hal ini. Kita bukan wanita penghibur. Kita pelayan. Bedanya, kita membawakan miunm di klub. Tetap tenang, oke?" Krystal mengusap punggung Irene dengan lembut. Dan, gadis Bae itu menganggukkan kepalanya dengan sedikit menaruh cemas.
"Hei! Jangan banyak cerita, cepat kerja!" Teriak seseorang membuat Krystal dan Irene langsung bergegas keluar dari kamar.
-----
Irene menatap Krystal yang sedang membawakan minuman di atas nampan dengan piawai. Menaruh pesanan itu kepada pengunjung disertai sebuah senyuman tipis di wajahnya. Krystal memang sudah lama bekerja di sini. Bagaimana dengan Irene? Ia baru masuk dan lagi, ia tidak suka bau alkohol.
Bisakah ia bertahan?
"Hei! Antar minuman itu ke meja nomor delapan!" Titah seorang bartender. Irene mengangguk cepat dengan wajah takutnya. Di taruhnya minuman alkohol itu ke atas nampannya. Dan kakinya pun mulai berjalan dengan perlahan. Ia memegang nampan tersebut dengan gemetar. Seakan takut nampan itu akan meluncur dari tangannya.
Tatapannya seperti buram. Hidungnya mencium bau yang tidak sedap. Telingannya sangat sakit dan rasanya ia kesulitan bernapas.
Dan ketika ia sampai pada meja nomor delapan. Ia semakin melihat beberapa pria hidung belang yang sedang memangku para jalang dan menciumi tubuh jalang itu. Irene meneguk kasar salivanya. Tangannya terulur untuk menurunkan minuman tersebut. Namun ...
Byur!
Irene tidak sengaja menumpahkan minuman itu ke atas paha salah satu pria. Membuat pria tersebut menatap Irene dengan tajam dan marah.
"KAU TIDAK PUNYA MATA, HUH?!" Teriaknya keras membuat Irene menunduk takut sambil menangis, "SIALAN! KAU TIDAK TAHU BERAPA HARGA CELANA INI! BRENGSEK!" Makinya terus menerus membuat Irene membungkukkan badannya beberapa kali untuk meminta maaf.
"Maafkan aku. Aku mohon, ma -maafkan aku." Irene menangis sambil meremas nampan cokelat itu.
"KAU KIRA MAAF SAJA CUKUP, HUH?!"
"A -aku ..."
"Ada apa ini?" Seru seseorang membuat Irene menoleh ke belakang. Dilihatnya jika bos-nya sudah berada di belakangnya dengan tatapan marah pada Irene.
"Pegawaimu tidak becus!" Bentak pria itu dengan emosi yang meletup-letup.
Pria bernama Kibum itu membungkukkan badannya beberapa kali untuk meminta maaf. Ia juga melirik Irene yang hanya bisa menangis.
"Aku minta ganti rugi!" Ucap pelanggan itu membuat Irene melebarkan matanya. Ganti rugi katanya? Mau ganti rugia dengan apa jika dia juga masih membutuhkan uang?
KAMU SEDANG MEMBACA
• Overdose | Hunrene ✔
FanficCompleted #1 Hunrene -- 21.11.2018 #1 Irene --- 21.01.2019 ---------------------------------- I gave you everything... I gave up everything for you... I'm aiming for you slowly, without any hesitation... I'll have you at once... ...