2. "She's not a bitch"

9.8K 983 151
                                    

Happy Reading
---------------------

"Dia sudah menunggumu di dalam kamar," ucap pria bernama Kyungsoo itu dengan sedikit tersenyum. Harus Irene akui, jika ia hanya menemukan kedamaian ketika berbicara dengan Kyungsoo.

Meski pun pria itu juga salah satu dari mereka, namun Kyungsoo sangat sopan ketika berbicara. Ia terkesan lembut dan tidak kasar. Bahkan, pria itu tidak pelit akan senyum.

"Kau takut?" Pertanyaan Kyungsoo sontak membuat Irene menganggukkan kepalanya. Ia bukan hanya takut, ia seperti merasa akan mati dalam beberapa menit lagi. Apa yang terjadi jika dia masuk ke dalam kamar hotel ini? Apakah ia akan baik-baik saja?

Irene benar-benar tidak siap menerima hal ini. Ya Tuhan, ia hanya ingin menyelamatkan ibunya. Mencari uang untuk biaya operasi. Tapi, kenapa semua menjadi sesulit ini? Kenapa ia terjebak dalam dunia yang salah? Ia ingin keluar namun tidak menemukan jalan apa pun.

"Kau mau ganti baju dulu? Aku menyiapkan beberapa dres yang sedikit layak untuk kau gunakan." Kyungsoo menyuruh seseorang membawakan sebuah shopping bag di mobil. Dan tidak menunggu lama, tas tersebut sudah berada di tangan Kyungsoo.

Pria Do itu menyerahkan tas belanjaan tersebut pada Irene, dan gadis itu menerimanya dengan tangan gemetar dan air mata yang hendak jatuh.

"Tidak perlu. Pakaian ini tidak akan berguna jika aku masuk," lirih Irene sambil tersenyum hambar.

"Aku berharap kau tidak berada di posisi ini. Tapi..." Kyungsoo menjeda kalimatnya sebentar karena ponselnya berdering menandakan sebuah panggilan telah masuk ke dalam ponselnya.

Pria itu menatap sejenak si penelepon, lalu menghela napasnya. Kyungsoo memilih untuk tidak mengangkatnya dan kemudian menatap pada Irene lagi.

"Masuklah. Usahakan, jangan membuatnya marah. Oke?" Kyungsoo menepuk lengan Irene dua kali, lalu membukakan pintu kamar hotel itu untuknya.

Dengan langkah berat, Irene melangkah ke dalam. Tangannya terkepal kuat di sisi badannya. Wajahnya pucat dan rasanya ia tidak bisa bernapas dengan baik. Kepalanya pusing ketika mencium bau alkohol di kamar ini.

Mata Irene menjelajah seluruh ruangan, untuk mencari keberadaan pria yang sudah membelinya dengan harga yang sangat tinggi itu. Entah kenapa, ia semakin takut ketika kakinya hampir menyentuh ranjang kamar hotel tersebut.

"Kau sudah datang?" Suara berat itu membuat Irene melonjak kaget dan akhirnya memutar tubuhnya ke belakang. Mengikuti sumber suara yang terdengar.

Irene membulatkan matanya ketika sosok pria di depannya tidak memakai kaos dan hanya celana jeans hitamnya saja. Irene meneguk salivanya dengan susah payah. Ia tidak seharusnya menatap pemandangan itu. Meski harus Irene akui, jika pria di depannya memiliki tubuh yang begitu sempurna. Kulit putih mulusnya, wajah tampan yang begitu sempurna, tinggi, dan tubuhnya juga six-pack . Harus Irene akui jika semua itu benar-benar sempurna di matanya.

Tapi, semua itu tidak merubah pemikiran Irene jika saat ini, ia berada dalam keadaan paling mengerikan semasa hidupnya.

"Cepat buka bajumu. Aku tidak punya banyak waktu malam ini," titah pria itu sambil bersiap untuk membuka lapisan terakhir di tubunya.

Irene yang mengetahui niat pria bernama Sehun itu langsung memalingkan tubuhnya dan memilih untuk tidak melihat pemandangan itu. Bukan karena apa, hanya saja Irene tidak siap memberikan hartanya pada pria gila seks seperti mereka. Irene menjaga hartanya hanya untuk suaminya kelak. Pria yang ia cintai.

Sehun yang merasa tidak dihargai seperti ini langsung tersulut emosi. Baginya, kelakuan Irene barusan sudah menjatuhkan harga dirinya sebagai pria. Tidak ada gadis yang berani melakukan ini padanya. Bahkan, mereka sudah membuka baju mereka tanpa Sehun suruh. Melemparkan tubuh mereka di ranjang sebelum Sehun meminta.

• Overdose | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang