7. "Suddenly"

11.2K 991 395
                                    

Sehun meredam kegeramannya dengan meneguk vodka itu dengan terburu-buru. Kepalanya sangat panas dan rasanya ia ingin membunuh seseorang saat ini juga. Ya Tuhan, Sehun benar-benar ingin menembak mati siapa saja yang sekarang mengganggunya.

Kenapa?

Kalian pasti bertanya. Bukankah Sehun harusnya senang karena baru saja melewati malam panas bersama Irene? Ya. Harusnya Sehun sangat senang. Tapi, kesenangan itu harus ditunda. Kenapa?

Karena tiba-tiba saja Irene menangis dan merengek padanya agar menghentikan kegiatan mereka. Padahal, tinggal menunggu beberapa detik lagi, Sehun benar-benar memiliki gadis itu seutuhnya.

🐓

"Terima kasih," ucap Sehun dengan suara seraknya.

Dan ketika Sehun hendak menghentakkan miliknya, Irene mencengkram lengan kokoh Sehun dan menggeleng secepat mungkin, "a -aku ..."

"Rene ..."

"Sehun, a -aku belum si -siap ... hiks ..." kembali, Sehun harus melihat hal yang ia benci lagi. Yaitu, air mata Irene yang keluar di saat-saat, penyatuan tubuh mereka yang tinggal menunggu beberapa detik lagi.

"Se -Sehun, maafkan aku. A -aku ta -kut ... ki -kita tunda, hm? A -ku belum siap." Irene memohon dengan suara seraknya.

Sehun pun menutup matanya dan merebahkan diri di samping Irene. Sungguh. Hasratnya sudah sangat tinggi untuk memasuki Irene, tapi kenapa gadis itu malah memohon untuk menghentikan ini? Irene sadar tidak jika hal itu membuat Sehun sangat tersiksa, bahkan lebih tersiksa ketika ia harus dipukul oleh banyak orang.

Dia butuh pelampiasan.

"Sehun ... maaf."

"Jangan bicara denganku." Sehun menutup wajahnya dengan tangan kanannya. Entah kenapa, rasanya seluruh tubuhnya berdenyut nyeri, "kau tidur di kamar lain," titah Sehun membuat Irene mengangguk cepat.

Dan sebelum turun dari ranjang, Sehun menarik sebentar gadis itu hingga terjatuh di atas dada bidangnya. Wajah Irene memerah. Matanya beradu pandang dengan Sehun. Sungguh. Mata pria itu terlalu dalam menatapnya.

"Hun ..."

Sehun menarik pinggang itu mendekat dan langsung meraih bibir tipis yang masih memerah sempurna itu. Bibirnya melumat lembut bibir Irene. Gerakannya tidak kasar, namun lebih lembut dan menghargai. Jujur. Sehun benar-benar marah sekarang. Tapi, entah kenapa dengan mencium Irene, amarah Sehun luap entah ke mana.

Tangan Sehun mengusap punggung talanjang itu, hingga turun pada bokong Irene. Meremasnya dengan lembut membuat Irene menggelinjang. Tangan gadis itu mengusap dada bidang Sehun, tanda ia menyesal karena membuat malam ini gagal.

Setelah puas dengan bokong Irene, ia kembali mengarahkan tangannya untuk meremas aset Irene dengan lembut. Irene mendesah pelan di sela ciuman mereka. Sehun pun membaringkan Irene lagi di atas ranjang, dan bibir seksi pria itu turun untuk mengulum sebentar aset Irene.

Irene mendesah sambil terus menekan kepala Sehun.

Setelah beberapa menit saling bergumul, Sehun melepaskan kegiatan mereka dan menatap Irene yang merona.

"Maaf." Irene menatap Sehun memohon, "aku takut."

"Kau boleh pergi," jawab Sehun cepat. Dan akhirnya, Irene memakai pakaiannya lagi dan pergi dari kamar itu meninggalkan Sehun.

"Ah, sialan!" geram Sehun sambil melempar semua bantal yang berada di atas ranjang, "aku tidak mungkin mengikuti cara Chanyeol dan Kai, kan? Mau taruh di mana harga diriku jika mereka tahu aku masuk ke kamar mandi? SIALAN!" teriak Sehun dengan penuh amarah.

• Overdose | Hunrene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang