Ralaya sudah hampir satu jam menunggu kedatangan Dev untuk menjemputnya pulang sekolah.
Daripada dia diam di kelas sendirian, Ralaya memilih menunggu di kursi panjang, dibawah pohon rindang yang cukup besar untuk menutupinya dari sinar matahari yang tengah terik-teriknya. Sesekali dia meminum minuman berkalengnya sambil membuka Instagram.
Sekolah juga hampir sepi, mungkin hanya ada beberapa orang saja yang akan mengikuti ekstrakulikuler.
Dev sudah menyuruh Ralaya pulang lebih dulu dan mengatakan kalau Rio yang akan menjemputnya, tapi gadis itu menolak dan menunggu Dev menyelesaikan urusannya di sekolah.
Gadis itu memang keras kepala.
“Kok masih disini, sih? Nungguin gue bubar latihan basket, ya?” tanya seorang cowok yang tiba-tiba duduk disebelahnya. Tanpa dia melirik, Ralaya tahu betul siapa cowok ini.
“Pengen banget gitu gue tungguin?”
Cowok itu menyugar rambutnya ke belakang, meskipun gadis ini selalu sinis padanya tapi entah kenapa itu seperti tidak pernah mengalahkan pesona Ralaya yang lainnya.
Deri terkekeh geli. “Iya dong, kalo bisa lo semangatin gue kek, kasih gue minuman dingin kek.”
“Ngaco,” jawab gadis itu singkat. Dia sedang asyik melihat-lihat Instagramnya.
Merasa diacuhkan, Deri pun nenurukan ponsel Ralaya dan mengarahkan pipi gadis itu agar menghadap ke arahnya.
“Kalo ngobrol tuh orangnya diliat, sayang.”
Gadis itu mengusap pipinya kasar. “Sana ih. Katanya lo lagi latihan, kan?”
Deri mengangguk sambil tersenyum. “Gue lagi kabur dulu. Kalo lagi berdua sama lo bawaannya selalu mikir entar anak kita bakal milih eskul apaan, ya?”
Ralaya tertawa terbahak-bahak. “Lo mabok kiranti berapa botol sih?”
Sekalipun terlihat bodoh, rasanya Deri akan rela saja. Melihat eye smile gadis ini sangatlah lucu.
Begitu menggemaskan.
Merasa tidak aneh jika Dev selalu protektif pada Ralaya sebab Deri pun akan melakukan hal yang sama.
Tapi meskipun begitu tetap saja Deri yang lebih pantas, kan?
“Sekarang berapa persen kemungkinan gue dapetin lo?”
Tawa Ralaya langsung lenyap, dia memandang Deri dengan perasaan campur aduk.
Gadis itu menghembuskan napas kasar lalu menyimpan ponsel kedalam tasnya.
Dia terdiam sejenak, menatap wajah cowok disampingnya yang sorot akan harapan.
“Masih sama.”
Deri mengangguk, dia tersenyum kecut. Berarti masih tetap tidak ada perubahan sampai sekarang?
“Gue harus apa biar lo lihat gue?”
“Lo tau kan kalau ada sesuatu hal yang gak bisa dipaksain?” kata gadis itu menatap Deri dengan raut serius.
Deri menoleh ke depan, menarik napas panjang dan menghembuskannya. Dia menatap rerumputan liar yang muncul di dekat pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Ralaya ✔
Teen FictionAku yang sedang frustasi saat ini hanya duduk bersandar di sudut ruangan. Air mata sialan ini terus saja mengganggu pandanganku. Tangan kanan-ku memegang sebuah cutter yang selama beberapa bulan ini telah menjadi teman setiaku. Dengan yakin, aku mul...